Wednesday, July 20, 2016

Begitulah Pesan Istriku Padaku

“Sayang, banyak beramal ya”, demikian pesan istri saya diikuti dengan doa-doa baik setelah pesan tersebut. Pesan tersebut yang begitu saja muncul dalam pikiran saya ketika saya jumpai seorang kakek duduk menunggu barang jualannya di dekat kampus. Saya lihat ada dua keranjang yang pastinya berisi barang dagangannya. Sebuah pikulan tersandar di dekatnya. Saya penasaran bagaimana dia bisa sampai di kampus. Si kakek kemudian menceritakan perjalannnya. Yang jelas, jarak tempat tinggalnya jauh dan sampai di tempat yang saya temui dia naik bus trans jogja.



“Inilah saatnya saya beramal”, demikian ucap saya dalam hati. Saya meniatkan beramal bukan dengan memberikan sejumlah uang tetapi dengan membeli barang daganganya. Saya bertanya tentang harga barang dagangnnya. Tanpa tawar-menawar, saya membayar sebagaimana harga yang dia sebutkan. Saya akui harganya memang jauh dari harga biasanya. Rentang harga tidak biasa itulah yang saya anggap sebagai kesempatan beramal.
Saya menaruh hormat dan segan bagi seseorang yang tampaknya tidak mampu tetapi memilih untuk bekerja (baik berjualan atau usaha lainnya) dibandingkan dengan mereka yang meminta-minta sedekah dari rumah ke rumah. Seperti kata pepatah, “Tangan di atas yang memberi lebih baik daripada tangan di bawah yang meminta”. Beramal walaupun besar tetapi istiqomah lebih baik dibanding banyak tetapi hanya banyak tetapi hanya sekali.
Sebenarnya, kita tidak akan kekurangan ide untuk berbuat baik. Tersenyum kepada orang lain saja dihitung sedekah. Sedekah yang murah tanpa mengeluarkan uang tetapi tidak jarang orang mengabaikannya, yaitu memberikan senyuman yang tulus. Menyingkirkan duri dari jalan dihitung juga sebagai kebaikan, bahkan perwujudan keimanan. Saya teringat, makna penting hadits tentang menyingkirkan duri dari pinggir jalan ketika saya mengalami kecelakaan sekian waktu lalu di Pemalang. Sebabnya sepele, ada balok kayu ukuran 50 cm melintang di jalan dan saya tidak bisa menghindarinya. Andai jalan itu bebas dari balok, tentulah akan kecil kemungkinan terjadi kecelakaan. Setelah saya cerita penyebab kecelakaan yang saya alami pada rekan saya seorang dokter dari Jepara, beliau ternyata juga pernah mengalami kecelakaan di jalan gara-gara ada lubang tergenang air yang tidak dia sadari dan tidak bisa dihindari sehingga jatuh. Lengannya terkena besi sebesar jari. Besi itu ada di jalan. Andai ada orang yang menyingkirkan besi tersebut sebelumnya tentulah kecil kemungkinan ada teman saya terkena besi. Hal baik yang seolah tampak sederhana tetapi bisa menjadi sebuah amal kebaikan dan dampak dari amal baik itu dirasakan banyak orang.
Sudah selayaknya kita berlomba-lomba dalam beramal kebaikan. “Ojo prei dadi wong apik”, jangan bernah berhenti menjadi orang baik. Jadilah orang baik dimanapun berada, kapanpun, pada siapapun, seberapapun kebaikan yang dilakukan, dan apapun kebaikan yang dilakukan.

*) Pariman Siregar (Seorang suami yang mencintai istrinya & Seorang ayah yang menyayangi anak-anaknya)

0 komentar:

Post a Comment