Friday, December 31, 2010

Inspirasi: Menyelami Keajaiban Kehidupan


-->
Ingatkah suatu kali, masa dimana anda merasa tidak kuat lagi menanggung berbagai permasalahan? Saat ketika mengeluh dengan nada protes pada Tuhan, mempertanyakan mengapa semuanya mesti terjadi dalam kehidupan? Dalam sepertiga malam, tiada daya, penuh kelelahan kemudian anda berpasrah diri untuk mendapatkan penyelesaian. Dan entah bagaimana jalannya, tiba-tiba beberapa waktu kemudian (mungkin hari, bulan, mungkin juga baru sekarang ini) ternyata semua yang telah dijalani menuntun pada keberhasilan.
Semua yang dialami ternyata menjadi proses pendidikan, pendewasaan yang menghantarkan diri seperti sekarang ini. Aneh jika dipikir-pikir alur dan perjalanannya, hanya kesyukuran yang akhirnya perlu dilakukan. ”Tuhan Maha Bercanda,” kata teman saya. Maksudnya, ketika logika bumi sudah tidak mempan maka pasrahkan, biar logika langit yang menyelesaikan. Tiba-tiba jalan yang tidak disangka-sangkakan datang begitu saja, di saat yang tepat, disaat dibutuhkan, kala itu pula keajaiban Tuhan datang. Ingat berbagai peristiwa ajaib yang pernah anda lalui?
Dalam kesempatan yang lain mungkin ingat saat melakukan semacam coba-coba, iseng-iseng berhadiah istilahnya. Orangtua yang memasukkan lamaran kerja. Sekian waktu, anda sendiri mungkin pula orangtua anda sudah lupa, saking lamanya tidak ada panggilan, dikira tidak diterima. Namun, sungguh diluar perkiraan, ada surat dari kantor pos. Tanpa ada rasa apa-apa, dibuka surat tersebut dan mengherankan ternyata itu surat panggilan tes kerja. Betapa gembiranya orangtua. Anda sendiri merasa tidak habis pikir dengan surat panggilan tersebut.
Sekian kali melamar pekerjaan, entah berapa banyaknya sampai-sampai tidak terhitung jumlahnya. Dalam kepasrahan jiwa, kekhusyukkan dalam berdo'a, dan penyerahan diri pada Yang Maha Pencipta, ada saja keajaibannya. Bukan hanya satu tempat diterima, dua bahkan diterima kerja di beberapa tempat sekaligus sampai-sampai bingung juga untuk memilihnya. Ada yang mengalami hal demikian? Allah Maha Kaya, Maha Kuasa.
Bagi sebagian yang lain, barangkali bukan perihal lamaran kerja. Ingat saat ujian Sipenmaru atau SPMB dulu? Ikut-ikutan daftar ujian masuk perguruan tinggi, temannya tidak lolos tetapi justru yang iseng-iseng malah keterima. Padahal jika diingat-ingat saat mengerjakan ujian juga biasa-biasa saja. Kalau mau dihitung-hitung jumlah yang benar-benar dikerjakan tidak lebih banyak dari soal yang dikerjakan dengan sekenanya. Saat teman yang lain ngos-ngosan belajar, andanya nyantai, rilek seraya tanpa beban. Ujian? ”Ya, ujian.” Kerjakan dan pasrahkan semuanya pada Allah SWT. Jika diterima, ya disyukuri. Kalaupun tidak diterima mungkin belum keberuntungannya. Anda pernah mengalami hal serupa? Hasilnya malah lebih bagus dari yang dikira?
Dalam hal jodoh, sekian kali menjali hubungan, sekian melakukan ta'aruf bahkan hampir sampai lamaran tetapi belum mendapatkan yang diidamkan. Dalam kepasrahan, renungan antara kenyataan dan harapan, nyaris sudah tidak berharap lagi hal ideal yang diinginkan justru semuanya datang. Orang yang selama ini diidamkan, sesuai keinginan diri dan apa yang orangtua syaratkan, muncul begitu tiba-tiba menyatakan diri ingin menjadi patner berkeluarga. Anda merasakan hal yang demikian? Caranya, jalannya, orangnya, semuanya tidak dinyana-nyana sampai-sampai ada yang masih bertanya-tanya apakah itu benar-benar nyata. Mereka yang mengalami hal demikian pastinya akan, mengiyakan dan bisa bercerita panjang.
Fenomena lain yang biasa orang alami adalah ketika mereka menghadapi sebuah permasalahan; dipikir-pikir, direnungkan sampai tidur tidak nyenyak, makan pun terasa tidak enak belum juga ketemu jawaban. Entah kenapa, tiba-tiba muncul petunjuknya ketika sedang mandi. Tanpa pikir panjang, keburu jawabannya hilang, mandi pun segera diselesaikan. Orang menyebut fenomena tersebut dengan istilah ”Eureka.” Saya menyebut ide yang muncul tiba-tiba tiba-tiba sebagai inspirasi.
Ketika seseorang menerima informasi maka informasi tersebut dicocokkan dengan memori yang telah ada untuk diterjemahkan. Saking kompleknya informasi yang masuk menyebabkan kesulitan pikiran untuk memprosesnya secara cepat. Anda ingat ketika banyak hal yang harus anda kerjakan kemudian menjadikan anda kebingungan?
Untuk mengatasi kebingungan, biasanya seseorang butuh waktu tenang guna merenung tindakan yang harus dilakukan. Sementara menjernihkan pikiran, informasi-informasi diinkubasi (diolah) dan pikiran bawah sadar pun aktif bekerja. Di sanalah, pikiran bawah sadar bekerja dengan kreatifitasnya, semua informasi dicocokkan walaupun tidak logis. Akibatnya, jawaban yang muncul (inspirasi) berwujud simbol dan kemunculannya tiba-tiba. Dalam ilmu neurologi, diketahui bahwa saat seseorang mendapatkan jawaban dari permasalahannya maka ada semacam kilatan dalam sambungan neuron di kepala. Layaknya ruang gelap yang kemudian menjadi terang.
Dari mana datangnya inspirasi?
Dari mana datangnya berbagai jalan keajiaban tadi?
Apa pula sebenarnya yang dimaksud pikiran bawah sadar?
Kata inspirasi merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris, “inspiration.” Jika dirunut-runut, kata tersebut berasal dari Bahasa Latin, ’in’ dan ’spiro’ yang diartikan sebagai “nafas Tuhan.” Dalam Bahasa Arab, inspirasi sejajar dengan makna ilham. Ispirasi merupakan ilham atau pencerahan yang diterima manusia dari Tuhan. Saat manusia melampaui batas-batas dimensi material dirinya, maka dia akan menemukan pencerahan. Olehkarena itulah, inspirasi (jawaban) permasalahan biasanya muncul saat pikiran tenang (rileks). Dalam keadaan tenang tersebut, informasi-informasi dan ide-ide dari alam ketidaksasaran menyembul keluar.
Alam ketidaksadaran dalam kajian psikologi dikatakan berperan dalam penyesuaian terhadap dunia dalam. Hal-hal yang diperoleh individu selama kehidupan (ingatan, hal-hal yang tertekan) dan hal-hal yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa manusia dari generasi ke generasi (emosi, dorongan-dorongan primitif) merupakan isi dari ketidaksadaran. Jung, seorang tokoh psikologi analitis menyebut masing-masing ketidaksadaran tersebut dengan ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi berasal dari pengalaman pribadi, ketidaksadaran kolektif merupakan warisan turun temurun dari generasi ke generasi.
Emosi dikatakan sebagai salah satu dari isi ketidaksadaran kolektif. Mengapa ekspresi senang (senyum) seluruh manusia hampir sama? Menurut Jung, karena ekspresi tersebut turun-temurun diwariskan dari generasi pertama hingga kita, sekarang ini. Namun demikian, Jung sendiri sadar bahwa ada dari isi ketidaksadaran kolektif yang asing, hal-hal yang sama sekali tidak bisa dibuat sadar. Dia mengatakan, ”Ketidaksadaran kolektif sebagai warisan kejiwaan yang besar daripada perkembangan kemanusiaan yang terlahir kembali dalam struktur tiap-tiap individu.” Maksudnya, saking komplek dan rumitnya isi ketidaksadaran kolektif, dia berasumsi bahwa semuanya diwariskan secara alamiah oleh manusia.
Apakah benar bahwa ketidaksadaran kolektif (sumber dari inspirasi) hanya sekedar produk alamiah kemanusiaan? Justru dalam bagian ini hal mendasar yang perlu didetailkan. Dalam pandangan Islam, apa yang dikatakan Jung sebagai ketidaksadaran kolektif merupakan potensi fitrah yang Allah SWT berikan pada setiap manusia. Kekomplekan isi dari ketidaksadaran yang diketahui dari manifetasi isi ketidaksadaran seperti; symptom (gejala), mimpi, fantasi, khayalan, dan reflek merupakan fitrah dari Tuhan. Sudah semestinya seseorang akan mendapat pencerahan (inspirasi) jika menyelami dunia dalam dirinya sendiri, menyingkap tabir yang menutupi fitrahnya. Benarlah ungkapan. ”Barang siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya.”
Lawan dari ilham adalah dhon (sangkaan). Jika ilham merupakan pencerahan dari Tuhan maka dhon bersumber dari asumsi-asumsi yang dilandasi hawa nafsu dan bersifat merugikan diri sendiri juga orang lain. Sederhana untuk melacak kebenaran sangkaan, cek-lah dengan pertanyaan berikut;
1. Apa yang anda sangkakan?
2. Darimana anda mendapatkan refrensi sangkaan tersebut?
3. Seberapa valid sumber yang anda jadikan refrensi?
4. Bermanfaat atau merugikan sangkaan tersebut bagi diri anda?
Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS An-Naas: 1-6).
Berserah diri pada Allah SWT dan berlepas dari segala asumsi-asumsi merupakan kunci yang harus dipegang kuat dalam mendapatkan hasil lebih dari teknik dalam buku ini. Wujud riilnya adalah meniatkan segala tindakan hanya untuk Allah SWT; berpasrah diri, beribadah, penyembahan, hidup, dan mati termasuk pula hasil dari segala kegiatan. Bekerja dengan melibatkan Tuhan, dan merasa lega atas segala yang didapatkan dari usaha yang dilakukan.
Perhatikan keterangan dalam Surat Al Faatihah dan Surat An-Naas. Saya yakin setiap muslim pernah membacanya, setidaknya 17 kali sehari dalam sholat. Surat Al Faatihah merupakan surat pembuka dalam Al Qur’an, sedangkan Surat An-Naas adalah surat terakhirnya. Jika dicermati, isi dari Surat Al Faatihah sebagai surat pembuka diulang kembali sebagai penegasan pada Surat An-Naas. Subhanallah.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang [1]. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai[4] di Hari Pembalasan[5]. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9] (QS Al Faatihah: 1-7).
Banyak kenikmatan (keajaiban) yang tidak disadari seseorang. Bisa jadi saking sering keajaiban dalam kehidupannya sehingga dianggap biasa, mereka mengatakan sebagai sebuah kebetulan. Anda tentu ingat saat-saat ketika muncul pertolongan, penyelesaian masalah, terkabulkannya do’a yang tidak disangka-sangka cara dan jalannya. Oya, pernahkah merenungkan bahwa segala yang anda dapatkan apakah benar-benar usaha anda atau lebih banyak dikatakan keberuntungan? Perencanaan ideal yang dibuat apakah lebih banyak terjadi atau lebih banyak gagalnya? Kepasarahan kepada Tuhan menjadikan banyak cara elegan, tidak manusia sangka-sangkakan bermunculan, bukan? Maka cobalah untuk mengingat kembali dan menuliskan berbagai pengalaman ajaib dalam kehidupan anda. Keajaiban yang saya maksud adalah segala yang terjadi berupa kebaikan dan itu bukan semata-mata karena usaha yang anda lakukan.

Monday, December 13, 2010

Dari Penjaga Mimpi*


Behind the success of great people, there is a great vision,” begitulah sebagian inspirasi dari Ngeteh Pagi kami bersama Rumah Prestasi Indonesia di Semarang. Setelah direnung-renungkan benar adanya memang. Orang-orang besar senantiasa memiliki visi yang besar bahkan melampaui usianya. Pun dalam banyak kesempatan, logikanya jauh melampaui logika zaman dimana dia berada.
Semua bermula dari impian. Seorang motivator menyemangati saya ”use your imajination to create your future, don’t use your memories”. Dalam merancang masa depan, seseorang membutuhkan angan-angan, impian, khayalan. Bukankah semua berawal dari sana?

Memiliki impian ternyata membutuhkan keberanian. Walaupun bermimpi itu gratis tetapi banyak yang kesulitan menyebutkan impiannya. Pernah dalam suatu training, saya katakan kepada para peserta, “Seandainya Tuhan mengabulkan segala permintaan (impian), apa saja yang akan anda minta?” Saya berharap sekali mereka akan menuliskan berlembar-lembar keinginannya. Saya tegaskan seraya membangun kepercayaan diri untuk bermimpi, ”Sebanyak-banyaknya, terserah ingin menuliskan berapa.” Saya cermati ternyata banyak yang nampak kebingungan, impian apa yang akan dituliskan.
Impian-impian ibaratkan lentera yang akan senantiasa menyala, menerangi setiap relung jiwa, dan menuntun seseorang pada labuhannya. Butuh energi yang besar memang untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan. Sudah begitu adanya kodrat alam, ”Makin tinggi pohon makin besar pula tantangan anginnya”. Angin yang manjadikan memacu pohon itu menguatkan akarnya. Dengan akar yang kuat, makin banyak pula sari makanan yang diserapnya, dan makin banyak pula buah yang dihasilkan.

Untuk mengawali langkah, bagi sebagian orang merupakan suatu kesulitan. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, begitu memang. Namun, seiring perjalanan, keberhasilan-keberhasilan yang sudah didapatkan akan menjadikan optimisme semakin mengembang. Jangan pernah meremehkan impian anda.
Dalam berbagai tulisan dan ceramah yang saya berikan, saya berusaha menyemangati orang-orang untuk tidak membiarkan ada yang mencuri mimpi-mimpi mereka. Para pencuri yang melemahkan semangat tetapi tidak pernah bertanggung jawab. ”Apakah mereka bertanggung jawab atas kehidupan anda?” Tidak, tentunya. Setiap diri bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Orang boleh berkata apapun tentang kita tetapi cukuplah pohon mangga menjadi pelajarannya. ”Orang melemparinya dengan batu, dia memberikan buahnya untukmu.” Saat orang merendahkan kita, saat itu kita merasa teraniaya. Bukankah itu waktu yang tepat untuk berdo’a? Tidak perlu sakit hati dicaci, suatu saat dia akan kita beri bukti.

Mari saling menyemangati wahai saudaraku, kita akan reunikan 5,10, atau 20 tahun lagi bahkan di surga nanti. Kita akan bercerita tentang mimpi dan perjuangan ini. ”Jadikan kelelahan suatu saat menjadi hal menarik untuk dikenangkan.”
Kuatkan diri saat ada yang melemahkan mimpi;
”Kami sadari bahwa kami hanyalah orang-orang biasa. Kami sadar sesadarnya. Tetapi impian kami telah mengalahkan diri kami yang biasa tadi. Dan kami tidak akan pernah menawar impian-impian kami karena kami telah memenangkannya dalam imajinasi kami. Semua tinggal realitas. Dan kami yakin realitas hanya perihal momentum. Tuhan yang akan mengatur dengan Perencanaan-Nya yang indah. Sementara menunggu momentum itu, kami akan sambut realitas yang akan datang dengan hati penuh kebahagiaan, dengan senyum dan hati lapang, dan tangan terbuka penuh riang.”
-->
Dari meja" NGETEH PAGI BERSAMA RUMAH PRESTASI",
Pariman Siregar Founder Quantum Motivation Center & Penulis Buku MASTER from minder.
  • Terima kasih untuk; Imron H, Yayan SW, Icha, Senjha, Agus S, Siswadi, Rifki, Senjha, Santi, Nandar, dan semua sahabat di Rumah Prestasi dan Ngeteh Pagi.
  • Buat teman-teman di Quantum Motivation Center dan MasterMind saya; Wahyu, Ali, Yekti, Ferry, Fifi, Bima, Puspa, Prima, Idham, dan semua temen-temen QMC yang terpisah jarak dan dulu sempat kerja bareng.
  • Buat semua teman-teman FB saya dan semua yang berinteraksi dengan saya.

Sunday, November 7, 2010

Karena Cinta Senantiasa Memberi Inspirasi*

Masih ingat tulisan sebelumnya yang terdapat ungkapan, “Cinta itu fitroh yang suci, dia akan terkotori oleh dominasi, keinginan memegang kendali, dan menguasai”?

Cinta yang terkotori hanya akan melemahkan pemiliki cinta itu sendiri. Kerenggangan, mengatasnamakan ketidakcocokan, dan terancam perpisahan. Tentulah hal demikian tidak perlu terjadi ketika masing-masing menempatkan cinta sebagai ungkapan saling berbagi dan memberi bukan meminta dan menuntut kembali.

Dipahamilah kemudian kenapa mereka yang biasa menjalani hubungan lama (dalam istilah umum disebut pacaran) akhirnya hanya berujung perpisahan. Meninggalkan kekecewaan yang menjadikan semacam trauma bagi seseorang dan berkembang menjadi kecurigaan tak beralasan dalam jalinan hubungan. Rasa cemburu berlebihan yang dilandasi kekhawatiran kehilangan. Tindakan yang kadang dimaknai terlalu mengkontrol dan membatasi kebebasan pasangan cintanya. Orang bijak mengomentari cinta yang demikian, “Membatasi berkembangnya potensi diri seseorang”.

Padahal bertemunya rasa cinta seharusnya melahirkan loncatan pencapain yang lebih dalam kehidupan. “Bukankan cinta itu adalah energi yang menggerakkan?” Mereka yang dalam hatinya bersemayam cinta mampu melakukan segalanya demi yang dicinta. Orang awan menyebut pengorbanan tetapi baginya, itu adalah wujud cinta yang dibuktikan. Sampai sekarang kita bias melihat Tajmahal, salah satu keajaiban dunia yang terlahir dari bukti cinta. Para penulis barangkali akan menuliskan nama yang dicintanya dalam halaman persembahan buku yang dia tulis. Buku yang akan menghiasi rak insan di pelosok negeri ini atau mungkin sampai lintas generasi. “Anda tidak akan memahami cinta jika anda tidak pernah mengalaminya,” begitu kata orang.

Hanya cinta yang rabbani yang akan melahirkan cinta sejati. Hanya cinta yang diikat dalam tali keimanan yang akan melahirkan sejarah sampai akhir zaman bahkan di surga akan jadi kenangan. Pernikahan, itulah jalan yang agama sediakan untuk mengumpulkan yang berserakan. Potensi genetis, intelektual, spiritual dst berkumpul untuk mewujudkan visi yang illahi. Kecemburuan dalam cinta yang demikian mendapat ganjaran.

Kecemburuan, sebuah kutub dalam sisi lain cinta. Kecemburuan merupakan hal wajar dalam kehidupan. Semua orang pastilah mengalaminya. Konsekuensi menaruh perasaan pada orang lain adalah kecemburuan. Mengetahui kalau yang dicintai mendapat perhatian orang lain bagi sebagian orang itu menyakitkan. Begitulah cemburu. Rasa cinta yang dimaknai harus memiliki menjadi pemicu kemunculan kecemburuan. Sebuah perasaan tidak nyaman jika si dia beralih perhatian.

Kewaspadaan berlebih hanya akan menimbulkan kelelahan dan ketidakproduktifan. Berfokus pada kelemahan dan pengalaman tidak menyenangkan hanya akan mengkungkung kreatifitas dan menghambat pencapaian. Kepercayaan merupakan kunci dalam keadaan yang demikian. Sebuah kepercayaan yang dilahirkan dari kejernihan jiwa atas segala pengalaman was-was dalam hubungan. Keterbebasan dari pengalaman tidak menyenangkan dan hubungan masa lalu yang menemui kebuntuan.

Dibutuhkan namanya Rekayasa Emosi. “Langit bisa saja mendung tetapi hati anda bisa tetap bergembira”. Artinya mencoba untuk menarik diri dari situasi dan menjadi pengamat keadaan yang terjadi lalu setelah detail memahami barulah menentukan reaksi. “Senantiasa ada sudut pandang lain dalam menyikapi masalah”. Murnikan logika dari emosi, begitu sederhananya. Dalam hubungan sesekali butuh jeda jarak memang akan masing-masing tidak larut dalam keadaan. Hal yang wajar sebagai kesempatan melihat peningkatan pencapaian. Tidak perlu dibawa ke ranah emosi dan asumsi yang malah menjadikan keruh keadaan. Tunggulah sebentar kemudian ketika semua jernih kembali, hubungan akan semakin dekat. Karena cinta senantiasa memberi inspirasi. Senyum dan tersenyumlah tidak ada yang perlu anda takutkan. Berbahagialah CINTA!

Pariman Siregar: Penulis Buku MASTER from minder dan Founder QMC
Terima kasih buat seseorang yang meyakinkan dan senantiasa memberikan semangat untuk tetap istiqomah dalam kehidupan ini.
Terima kasih buat seluruh pembaca MASTER from Minder, karena pembacalah semangat itu jadi semakin menyala dan membara.
Thanks for my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Fery, dan Wahyu. Buat Idham, Prima, Rajab Ali. DR. Yeniar Indriana juga ibu Farida Hidayati S.Psi,. MSi, Pak Achmad Mujab Masykur S.Psi, Pak Bambang Suherman yang menjadi patner dalam sharing dan berbagi.
Mohon do'a untuk buku kedua juga S1nya :)

Saturday, November 6, 2010

Telah Aku Temukan Cinta Sejati Itu*

Pernahkah anda menaruh harapan pada seseorang tetapi akhirnya “kandas” di tengah jalan? Anda mungkin sedang dalam pencarian pasangan hidup yang selama ini begitu anda impikan tetapi belum juga kunjung datang? Atau anda sudah membangun hubungan dan ingin mendapatkan cinta berkelimpahan? Semoga tulisan kali ini bisa memberikan sedikit pencerahan.

“Cintailah dia karena ANDA BERKELEBIHAN cinta bukan karena ANDA KEKURANGAN cinta atau berharap ingin dicinta”.
Jatuh cinta pada lawan jenis adalah sebuah kewajaran apalagi ketika usia beranjak dewasa. Menaruh harapan besar pada seseorang, suatu saat menjadi pasangan pun hal yang lumrah dilakukan. Dalam kehidupan ini, semua diciptakan berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula perempuan; ada siang, ada malam; ada gelap, ada juga terang dst. Manusia diciptakan beragam; bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, tiada lain untuk saling mengenal. Diciptakan dari satu kemudian berkembang sebagaimana sekarang pun sudah Tuhan rancang. Kata seorang filsuf, “Hakekat kehidupan adalah kasih sayang”.

Rasa cinta merupakan fitroh yang suci dalam setiap diri. Seiring bertambahnya usia, rasa itu pun mengalir menemukan muaranya, bergantian dan terus berkembang. Pada awal fase kehidupan, orangtua merupakan muara kasih sayang yang terus mengalirkan cinta dan perhatian. Bergulir masa dan bertambah cinta karena pertemanan dan persahabatan. Semakin dewasa, semakin berkembang cinta mengalir menuju pasangan jiwa. Kehidupan berumah tangga, menyemai cinta, melahirkan anak-anak yang ceria yang kemudian melestarikan siklus cinta kembali. “Ketika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan maka mereka akan belajar menemukan kasih dalam kehidupan,” begitu kata para ahli ilmu jiwa.

Suasana keluarga akan berpengaruh dalam diri seseorang terkait cara pandang terhadap dunia ini dan tindakan menyikapinya. Dikatakan bahwa orangtua akan menjadi refrensi seseorang dalam penentuan pasangan. Gambaran ideal orangtua dijadikan pertimbangan dalam pemilihan pasangan. Seorang wanita bisa begitu dekat dengan seorang laki-laki karena dia menemukan figur seperti ayahnya dalam diri laki-laki tersebut. Penuh perhatian, kasih sayang, pemaaf, dan pengertian. Demikian pula dengan laki-laki yang berharap pasangan hidupnya adalah seorang wanita yang ideal. Semua orang sah-sah saja menentukan gambaran pasangan hidupnya. Mencintai berarti mencurahkan segala yang dimiliki untuk yang dicintainya. “Selama anda mendedikasinya untuk memberi tanpa berharap kembalian maka yang terjadi anda akan lebih banyak juga dalam mendapatkan, sebaliknya jika anda terus meminta maka kekurangan yang akan anda dapatkan,” begitu orang bijak menasehatkan.

Cobalah telisik ke dalam hati untuk mengetahui alasan cinta terhadap seseorang. Ada sebagian orang yang menemukan cinta karena orang tersebut memiliki figur seperti seseorang yang darinya mendapatkan kasih sayang. Alasan cintanya lebih semacam kompensasi kalau boleh dibilang. Kemunculan cinta yang dilatarbelakangi karena sumber cinta yang selama ini memberinya telah terkurangi. Secara alamiah, hati mencari sumber lain yang bisa mengisi penuh rasa cinta itu. “Mencintai seseorang karena kekurangan cinta dan berharap dia mendapatkan balasan cinta,” begitu sederhananya.

Bagi mereka yang kemudian menyadari lalu mengubah dari kompensasi menjadi sumber energi, dari berharap menerima menjadi memberi akan mendapati kelanggengan cinta. Sedangkan mereka yang tidak menyadari dan tidak bertransformasi menemukan diri mereka dalam kekecewaan. Itulah mengapa ada orang-orang yang memiliki hubungan kedekatan lama tetapi akhirnya tidak bermuara pada rumah tangga. Ada juga yang cinta dalam rumah tangganya tergoyang dengan alasan tidak menemukan lagi kecocokan. Entah aalasan mendasar apa yang dulu dijadikan landasan cinta. Bisa jadi hanya sebatas kompensasi, subtitusi kebutuhan cinta dst. “Putusnya” hubungan cinta karena dia telah menemukan muara lain dimana dia mendapatkan lebih.

Mereka yang sama-sama kekurangan cinta kemudian bertemu, berjanji saling melengkapi akhirnya menemukan cinta sejati. Dalam kekurangannya, mereka menemukan hakekat cinta yaitu saling berbagi dan saling memberi. Selama tidak ada dominasi maka cinta akan terus abadi. “Cinta itu fitroh dan suci, dia akan terkotori oleh dominasi, keinginan memegang kendali, dan menguasai”. Selamat menemukan cinta sejati, sambut dengan bahagia di hati.


Pariman Siregar: Penulis Buku MASTER from minder dan Founder QMC
Terima kasih buat seseorang yang meyakinkan dan senantiasa memberikan semangat untuk tetap istiqomah dalam kehidupan ini.
Terima kasih buat seluruh pembaca MASTER from Minder, karena pembacalah semangat itu jadi semakin menyala dan membara.
Thanks for my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Fery, dan Wahyu. Buat Idham, Prima, Rajab Ali, Fajri. DR. Yeniar Indriana juga ibu Farida Hidayati S.Psi,. MSi, ak Achmad Mujab Masykur S.Psi yang menjadi patner dalam sharing dan berbagi.
Mohon do'a untuk buku kedua juga S1nya :)

Sunday, October 17, 2010

Menjadi Ayah yang Mengagumkan


Selembut kelincikah?
Atau seseram harimau?
Mungkin pula semengagumkan merak?
Segagah elang?
Ataukah selayaknya beruang kutub yang senantiasa memberikan kehangatan?
Tulisan kali ini buka bertutur perihal pelajaran biologi. Sudah lewat rasanya pembahasan perihal pelajaran itu kecuali bagi kawan-kawan di MIPA. “Parenting” itulah tema tulisan kali ini. Berangkat dari mencermati derasnya status FB terkait pernikahan. Mudah-mudahan bisa menjadi bekal bagi mereka yang telah menetapkan diri menjadi seorang ibu ataupun ayah.
Ya, demikianlah. Keputusan berumah tangga tentulah diikuti dengan kepemahaman tanggung jawab menjadi orangtua. Sebelum pernikahan barangkali yang terbayangkan kebahagiaan-kebahagiaan berdua-duan dengan pasangan. Saat bangun tidur di sepertiga malam, ketika membuka mata terlihat di sana seorang pangeran tampan (bagi para wanita) atau seorang bidadari impian (bagi para laki-laki). Mungkin pula suka cita hari-hari, romatisme makan sepiring berduanya.
Ada tanggung jawab baru yang menyusul ternyata. Beberapa waktu kemudian seorang wanita hamil, mengandung buah hatinya. Dia sudah menjadi seorang ibu. “Sebegitu cepatkah?” demikian sebagian wanita mengungkapkan ketidaksiapannya akan tanggung jawab sebagai ibu. Demikian pula dengan seorang laki-laki, kehamilan seolah mengabarkan tanggung jawab sebagai orangtua sudah dimulai. Bukan lagi perihal pasangan tetapi buah hati, cinta yang selama sekian waktu disemai ternyata bertumbuh. Tugas selanjutnya setelah benih tersebut tumbuh adalah menjaganya, miliharannya hingga suatu saat nanti berbuah dan siap dituai. Karena itulah orang Jawa memimiliki istilah “ngundoh mantu” ketika putri mereka menikah.
Jika anak hidup dengan omelan, Ia belajar mengomel
Jika anak hidup dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi
Jika anak hidup dengan ejekan, Ia belajar jadi pemalu
Jika anak dengan dipermalukan, Ia belajar merasa bersalah dan rendah diri
Jika anak hidup dengan toleransi, Ia belajar bersabar
Jika anak hidup dengan dorongan, Ia belajar kebenaran
Jika anak hidup dengan rasa aman, Ia belajar percaya
Jika anak hidup dengan persetujuan/penerimaan, Ia belajar menyukai dirinya
Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, anak belajar menemukan kasih di dunia
Lebih luas lagi ternyata tanggang jawabnya. Mencarikan nafkah dengan bekerja itu hal yang biasa. Bekerja siang malam untuk anak dan istri (bagi laki-laki) atau membantu suami bekerja untuk menambahi pendapatan keluarga (bagi wanita). Namun, menyediakan waktu untuk berdiskusi dari hati ke hati, mendengarkan curhatan anak, menyemak hafalan Al Qur’an mereka, dan interaksi dengan anak sudah selayaknya mendapat perhatian. Ketika menjadi orangtua, ayah atau ibu, ingin seperti apa dalam pandangan anak-anak?
Selembut kelincikah? Atau seseram harimau? Mungkin pula semengagumkan merak? Segagah elang? Ataukah selayaknya beruang kutub yang senantiasa memberikan kehangatan? Karakter apa saja yang menggambarkan diri anda? Menjadi ayah yang mengagumkan? Atau menjadi ibu yang menginspirasi? …
Pariman Siregar: Penulis Buku Master from Minder dan Founder QMC
Terima kasih buat temen-temen QMC
Terima kasih buat seseorang yang meyakinkan dan senantiasa memberikan semangat untuk tetap istiqomah dalam kehidupan ini.
Terima kasih buat seluruh pembaca MASTER from Minder, karena pembacalah semangat itu jadi semakin menyala dan membara.
Thanks for my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Fery, Ali, dan Wahyu. Buat Idham, Prima, Rajab Ali, Fajri. DR. Yeniar Indriana juga ibu Farida Hidayati S.Psi,. MSi yang menjadi patner sharing dan berbagi.
Mohon do'a untuk buku kedua juga S1nya. : )

Tuesday, September 28, 2010

Aku Nanti di Gunung Fuji


“Anda bukannya kak, Arim?” sapa perempuan itu dengan nada ragu, setengah tidak percaya.
Suasana pesawat boleh dibilang cukup hening. Mereka sibuk dengan aktifitas sendiri, ada yang membaca koran, majalah, tidur, ada pula yang diam memandang ke luar. Getaran pesawat sedikit terasa, mendakan ketinggian bertambah. Rumah-rumah penduduk semakin lama hanya kelihatan seperti titik-titik kemerahan akhirnya lenyap digantikan sedikit awan putih.
Pesawat Jakarta-Beijing sudah hamper 1 jam terbang. Seorang pramugari menghampiri seorang laki-laki yang duduk di bagian tengah. Sepertinya ada yang dia butuhkan.
“Anda bukannya kak, Arim? Kakak kelas saya?” tanya pramugari itu.
“Dik, dirimu jadi pramugari di sini?” jawab lelaki itu sedikit terhenyat melihat seorang perempuan di hadapannya. Wajah perempuan itu tidaklah asing bagi dirinya. Dia adalah adik kelasnya waktu kuliah dulu dan sempat mengambil mata kuliah yang sama.
Sudah kali ketiga ini sebenarnya dia menaiki pesawat yang sama untuk tujuan Jakarta-Beijing. Kali pertama dalam rangka keberangkatan memenuhi undangan kedutaan besar RI di Jepang. Di sana dia diminta untuk presentasi community development yang selama ini dikembangkannya di wilayah Jawa Tengah. Kali kedua dalam rangka pertemuan dengan kolega pengembangan SDM untuk beberapa perusahaan Jepang di Indonesia. Namun demikian, perjalanan ke Jepang yang ketiga inilah tampaknya yang spesial. “Ngeteh”, ya ngeteh. Keberangkatan untuk memenuhi undangan sahabat-sahabatnya satu angkatan dulu. “Ngeteh sambil menikmati keindahan Gunung Fuji”.
Dulu, semuanya boleh dibilang hanya angan-angan tetapi sekarang semuanya menjadi sebuah kenyataan. Entahlah, sepertinya memang sudah menjadi tabiat alam, mereka yang memiliki impian dihadapkan dengan kenyataan keadaan. Realitas keadaan yang umumnya menjadi semacam kendala, alasan, mungkin pula penghalang seseorang untuk merajut dan merangkai gemilang masa depan.
Use your imajination to creat the future don’t use your memories”. Mereka yang menggunakan rekaman masa lalu untuk merangkai masa depan terutama pengalaman masa lalu tidak menyenangkan hanya akan dihadapkan pada hambatan, keterbatasan bahkan ketidakberdayaan. Keadaan yang menjadikan seseorang semakin sempit ruang imajinasi.nya Padahal, ruang imajinasi adalah ruang kebebasan untuk membangun kenyataan. Dari ruangan itulah kaberanian dimulai, energi, pencapaian, dan keyakinan bisa menemukan kesejatiannya. Hanya dibutuhkan kemenangan dan keberhasilan kecil berulang untuk menguatkan menjadi kenyataan. Ya, itulah keadaan mereka dan apa yang mereka lakukan sekian tahun yang lalu.
Masih jelas dibenaknya sharing pekanan bercerita tentang impian. Hanya sebagian yang bersedia menyampaikan keinginan mereka di masa depan. Seolah-olah menanggung dosa besar jika impian itu tidak menjadi kenyataan. Seakan aib jika orang lain tahi impiannya. Namun, dia yakian dalam hati teman-temanya pastilah ada semangat, energi besar yang akan mentransformasi bayangan dan angan menjadi realitas. Tidak butuh waktu lama ternyata, kepompong yang dulu diam dan malu-malu sekarang menjadi kupu-kupu dengan ragam keindahan. Kupu-kupu yang menjadikan taman negeri ini semakin indah. Ada yang menjadi konsultan SDM, penulis, dosen, pengusaha tour and travel, pemiliki rumah sakit, ada pula yang memiliki klinik, konsultan kesehatan masyarakat, pengusaha sesuai bidang mereka, ada yang besar di pemerintahan, ada pula yang besar dari sektor swasta, dan ada juga di pelayanan publik. Arab, Thailand, Jerman, Singapura, Malaysia, UK, Afrika Selatan, US, dan banyak Negara yang pernah mereka singgahi.
Ada yang bilang, bekal utama yang Tuhan berikan pada manusia adalah keyakinan. Manusia diminta untuk terus menjaga keyakinanan pada Tuhan dimanapun dan sampai kapanpun. Keyakinan akan potensi yang dimiliki, masa depan yang cerah, orang-orang juga lingkungan memberi suplai energi meraih mimpi. “Yakin bisa pasti bisa, jujur, disiplin, berani, dan kerja keras!” untaian kalimat yang menjadi jargon.
Semua menjadi kenyataan dan sebentar lagi akan bertemu dengan mereka di Jepang. Melihat putihnya salju Gunung Fuji, merasai udara dingin pegunungan sambil menikmati hangatnya secangkir teh yang mengepul dengan aromanya yang khas. Duduk bercengkrama, bereuni bersama teman-teman lama, masing-masing membawa keluarga, dan saling bercerita perjalanan suksesnya. Itulah hal yang spesial di perjalanan kali ini.
“Halo…Mas Arim melamun? Masih ingat nama saya?” tanya pramugari yang tidak lain adalah adik kelasnya itu.
“Ee…Saya hanya kaget, sudah tiga kali menaiki pesawat yang sama tetapi baru kali ini bertemu. Saya masih ingat, dong. Siapa yang tidak ingat perempuan secerdas dirimu?” jawabnya menyembunyikan kekagetan.
“Ngomong-ngomong, siapa perempuan cantik dan anak kecil yang manis di sebelah Mas Arim?”

-->
Pariman Siregar: Penulis Buku Master from Minder dan Founder QMC
Terima kasih spesial untuk Guru saya di Semarang Bpk Effendi Nogroho beserta keluarga atas bimbingannnya.
Teman-teman di Etos Semarang baik pendamping maupun etoser.
Buat seluruh pembaca Master from Minder, terima kasih juga untuk my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Ali, Fery, dan Wahyu.

Thursday, September 16, 2010

(Jangan) Lihat Ke Bawah!


“Melihatlah ke bawah!” nasehat yang umum pernah orang dapatkan. Artinya, membiasakan diri agar senantiasa mensyukuri setiap nikmat yang didapatkan. Memahami bahwa nikmat yang Tuhan anugerahkan jauh lebih melimpah dari keadaan kenyataan yang seseorang rasakan. Dengan kepemahaman tersebut, tumbuhlah optimisme, energi yang menggerakkan dalam pencapaian impian-impian.
“Kepahlawanana kolektif,” kata Anis Matta.
Ada satu masa seseorang mengalami kemandegan, kelambatan dalam mencapai impian. Dalam keadaan yang demikian, perlulah dipahami bahwa sebenarnya Tuhan menghendaki untuk sejenak melihat proses yang selama ini dijalani. Adakah yang perlu disempurnakan? Setelah benar-benar mencermati, umumnya langkah-langkah berikutnya lebih mudah. “Ternyata hanya begitu saja” begitu simpulnya ketika melewati garis finish. Setiap orang memang memiliki jatah masing-masing yang harus diselesaikan. Tidak perlu berpanas-panas dalam persaingan, justru kasih sayang dan saling memberi dukungan yang ditumbuh suburkan. “Mampu menyumbangkan peran dalam kesuksesan, itulah sebagian kesuksesan”. Manusia super power sekalipun tetaplah memerlukan dukungan dalam meraih impian-impian.
“Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati esok hari,’ demikian pesan Umar.
“Melihat ke bawah!” Bukan berarti mandeg dari berusaha. Tetaplah anda menyebar jalan perihal jumlah ikan yang datang, biarlah Tuhan yang menghadirkannya. Dalam suatu kesempatan, perlu direnungkan ketika ingin melihat ke bawah. Jangan-jangan justru dirinya yang berada di posisi paling bawah, tidak ada lagi orang yang lebih bawah. Mengatasnamakan zuhud untuk membenarkan kemalasan bangkit dari keadaan. Seseorang yang memiliki segala kelimpahan untuk digunakan tetapi tetap memilih hidup dalam kesederhanaan, itulah zuhud.
Lebih pilih mana bahagia tetapi miskin; tidak bahagia tetapi kaya; dibanding bahagia ‘tetapi’ kaya?
“Saya lebih memilih berlimpah bahagia dan super kaya!”

-->
Pariman Siregar: Penulis Buku Master from Minder dan Founder QMC
Terima kasih buat temen-temen QMC
Terima kasih buat seseorang yang meyakinkan dan senantiasa memberikan semangat untuk tetap istiqomah dalam kehidupan ini.
Terima kasih buat seluruh pembaca MASTER from Minder, karena pembacalah semangat itu jadi semakin menyala dan membara.
Thanks for my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Fery, dan Wahyu. Buat Idham, Prima, Rajab Ali, Fajri. DR. Yeniar Indriana juga ibu Farida Hidayati S.Psi,. MSi yang menjadi patner sharing dan berbagi.
Mohon do'a untuk buku kedua juga S1nya. : )