Sunday, November 7, 2010

Karena Cinta Senantiasa Memberi Inspirasi*

Masih ingat tulisan sebelumnya yang terdapat ungkapan, “Cinta itu fitroh yang suci, dia akan terkotori oleh dominasi, keinginan memegang kendali, dan menguasai”?

Cinta yang terkotori hanya akan melemahkan pemiliki cinta itu sendiri. Kerenggangan, mengatasnamakan ketidakcocokan, dan terancam perpisahan. Tentulah hal demikian tidak perlu terjadi ketika masing-masing menempatkan cinta sebagai ungkapan saling berbagi dan memberi bukan meminta dan menuntut kembali.

Dipahamilah kemudian kenapa mereka yang biasa menjalani hubungan lama (dalam istilah umum disebut pacaran) akhirnya hanya berujung perpisahan. Meninggalkan kekecewaan yang menjadikan semacam trauma bagi seseorang dan berkembang menjadi kecurigaan tak beralasan dalam jalinan hubungan. Rasa cemburu berlebihan yang dilandasi kekhawatiran kehilangan. Tindakan yang kadang dimaknai terlalu mengkontrol dan membatasi kebebasan pasangan cintanya. Orang bijak mengomentari cinta yang demikian, “Membatasi berkembangnya potensi diri seseorang”.

Padahal bertemunya rasa cinta seharusnya melahirkan loncatan pencapain yang lebih dalam kehidupan. “Bukankan cinta itu adalah energi yang menggerakkan?” Mereka yang dalam hatinya bersemayam cinta mampu melakukan segalanya demi yang dicinta. Orang awan menyebut pengorbanan tetapi baginya, itu adalah wujud cinta yang dibuktikan. Sampai sekarang kita bias melihat Tajmahal, salah satu keajaiban dunia yang terlahir dari bukti cinta. Para penulis barangkali akan menuliskan nama yang dicintanya dalam halaman persembahan buku yang dia tulis. Buku yang akan menghiasi rak insan di pelosok negeri ini atau mungkin sampai lintas generasi. “Anda tidak akan memahami cinta jika anda tidak pernah mengalaminya,” begitu kata orang.

Hanya cinta yang rabbani yang akan melahirkan cinta sejati. Hanya cinta yang diikat dalam tali keimanan yang akan melahirkan sejarah sampai akhir zaman bahkan di surga akan jadi kenangan. Pernikahan, itulah jalan yang agama sediakan untuk mengumpulkan yang berserakan. Potensi genetis, intelektual, spiritual dst berkumpul untuk mewujudkan visi yang illahi. Kecemburuan dalam cinta yang demikian mendapat ganjaran.

Kecemburuan, sebuah kutub dalam sisi lain cinta. Kecemburuan merupakan hal wajar dalam kehidupan. Semua orang pastilah mengalaminya. Konsekuensi menaruh perasaan pada orang lain adalah kecemburuan. Mengetahui kalau yang dicintai mendapat perhatian orang lain bagi sebagian orang itu menyakitkan. Begitulah cemburu. Rasa cinta yang dimaknai harus memiliki menjadi pemicu kemunculan kecemburuan. Sebuah perasaan tidak nyaman jika si dia beralih perhatian.

Kewaspadaan berlebih hanya akan menimbulkan kelelahan dan ketidakproduktifan. Berfokus pada kelemahan dan pengalaman tidak menyenangkan hanya akan mengkungkung kreatifitas dan menghambat pencapaian. Kepercayaan merupakan kunci dalam keadaan yang demikian. Sebuah kepercayaan yang dilahirkan dari kejernihan jiwa atas segala pengalaman was-was dalam hubungan. Keterbebasan dari pengalaman tidak menyenangkan dan hubungan masa lalu yang menemui kebuntuan.

Dibutuhkan namanya Rekayasa Emosi. “Langit bisa saja mendung tetapi hati anda bisa tetap bergembira”. Artinya mencoba untuk menarik diri dari situasi dan menjadi pengamat keadaan yang terjadi lalu setelah detail memahami barulah menentukan reaksi. “Senantiasa ada sudut pandang lain dalam menyikapi masalah”. Murnikan logika dari emosi, begitu sederhananya. Dalam hubungan sesekali butuh jeda jarak memang akan masing-masing tidak larut dalam keadaan. Hal yang wajar sebagai kesempatan melihat peningkatan pencapaian. Tidak perlu dibawa ke ranah emosi dan asumsi yang malah menjadikan keruh keadaan. Tunggulah sebentar kemudian ketika semua jernih kembali, hubungan akan semakin dekat. Karena cinta senantiasa memberi inspirasi. Senyum dan tersenyumlah tidak ada yang perlu anda takutkan. Berbahagialah CINTA!

Pariman Siregar: Penulis Buku MASTER from minder dan Founder QMC
Terima kasih buat seseorang yang meyakinkan dan senantiasa memberikan semangat untuk tetap istiqomah dalam kehidupan ini.
Terima kasih buat seluruh pembaca MASTER from Minder, karena pembacalah semangat itu jadi semakin menyala dan membara.
Thanks for my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Fery, dan Wahyu. Buat Idham, Prima, Rajab Ali. DR. Yeniar Indriana juga ibu Farida Hidayati S.Psi,. MSi, Pak Achmad Mujab Masykur S.Psi, Pak Bambang Suherman yang menjadi patner dalam sharing dan berbagi.
Mohon do'a untuk buku kedua juga S1nya :)

Saturday, November 6, 2010

Telah Aku Temukan Cinta Sejati Itu*

Pernahkah anda menaruh harapan pada seseorang tetapi akhirnya “kandas” di tengah jalan? Anda mungkin sedang dalam pencarian pasangan hidup yang selama ini begitu anda impikan tetapi belum juga kunjung datang? Atau anda sudah membangun hubungan dan ingin mendapatkan cinta berkelimpahan? Semoga tulisan kali ini bisa memberikan sedikit pencerahan.

“Cintailah dia karena ANDA BERKELEBIHAN cinta bukan karena ANDA KEKURANGAN cinta atau berharap ingin dicinta”.
Jatuh cinta pada lawan jenis adalah sebuah kewajaran apalagi ketika usia beranjak dewasa. Menaruh harapan besar pada seseorang, suatu saat menjadi pasangan pun hal yang lumrah dilakukan. Dalam kehidupan ini, semua diciptakan berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula perempuan; ada siang, ada malam; ada gelap, ada juga terang dst. Manusia diciptakan beragam; bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, tiada lain untuk saling mengenal. Diciptakan dari satu kemudian berkembang sebagaimana sekarang pun sudah Tuhan rancang. Kata seorang filsuf, “Hakekat kehidupan adalah kasih sayang”.

Rasa cinta merupakan fitroh yang suci dalam setiap diri. Seiring bertambahnya usia, rasa itu pun mengalir menemukan muaranya, bergantian dan terus berkembang. Pada awal fase kehidupan, orangtua merupakan muara kasih sayang yang terus mengalirkan cinta dan perhatian. Bergulir masa dan bertambah cinta karena pertemanan dan persahabatan. Semakin dewasa, semakin berkembang cinta mengalir menuju pasangan jiwa. Kehidupan berumah tangga, menyemai cinta, melahirkan anak-anak yang ceria yang kemudian melestarikan siklus cinta kembali. “Ketika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan maka mereka akan belajar menemukan kasih dalam kehidupan,” begitu kata para ahli ilmu jiwa.

Suasana keluarga akan berpengaruh dalam diri seseorang terkait cara pandang terhadap dunia ini dan tindakan menyikapinya. Dikatakan bahwa orangtua akan menjadi refrensi seseorang dalam penentuan pasangan. Gambaran ideal orangtua dijadikan pertimbangan dalam pemilihan pasangan. Seorang wanita bisa begitu dekat dengan seorang laki-laki karena dia menemukan figur seperti ayahnya dalam diri laki-laki tersebut. Penuh perhatian, kasih sayang, pemaaf, dan pengertian. Demikian pula dengan laki-laki yang berharap pasangan hidupnya adalah seorang wanita yang ideal. Semua orang sah-sah saja menentukan gambaran pasangan hidupnya. Mencintai berarti mencurahkan segala yang dimiliki untuk yang dicintainya. “Selama anda mendedikasinya untuk memberi tanpa berharap kembalian maka yang terjadi anda akan lebih banyak juga dalam mendapatkan, sebaliknya jika anda terus meminta maka kekurangan yang akan anda dapatkan,” begitu orang bijak menasehatkan.

Cobalah telisik ke dalam hati untuk mengetahui alasan cinta terhadap seseorang. Ada sebagian orang yang menemukan cinta karena orang tersebut memiliki figur seperti seseorang yang darinya mendapatkan kasih sayang. Alasan cintanya lebih semacam kompensasi kalau boleh dibilang. Kemunculan cinta yang dilatarbelakangi karena sumber cinta yang selama ini memberinya telah terkurangi. Secara alamiah, hati mencari sumber lain yang bisa mengisi penuh rasa cinta itu. “Mencintai seseorang karena kekurangan cinta dan berharap dia mendapatkan balasan cinta,” begitu sederhananya.

Bagi mereka yang kemudian menyadari lalu mengubah dari kompensasi menjadi sumber energi, dari berharap menerima menjadi memberi akan mendapati kelanggengan cinta. Sedangkan mereka yang tidak menyadari dan tidak bertransformasi menemukan diri mereka dalam kekecewaan. Itulah mengapa ada orang-orang yang memiliki hubungan kedekatan lama tetapi akhirnya tidak bermuara pada rumah tangga. Ada juga yang cinta dalam rumah tangganya tergoyang dengan alasan tidak menemukan lagi kecocokan. Entah aalasan mendasar apa yang dulu dijadikan landasan cinta. Bisa jadi hanya sebatas kompensasi, subtitusi kebutuhan cinta dst. “Putusnya” hubungan cinta karena dia telah menemukan muara lain dimana dia mendapatkan lebih.

Mereka yang sama-sama kekurangan cinta kemudian bertemu, berjanji saling melengkapi akhirnya menemukan cinta sejati. Dalam kekurangannya, mereka menemukan hakekat cinta yaitu saling berbagi dan saling memberi. Selama tidak ada dominasi maka cinta akan terus abadi. “Cinta itu fitroh dan suci, dia akan terkotori oleh dominasi, keinginan memegang kendali, dan menguasai”. Selamat menemukan cinta sejati, sambut dengan bahagia di hati.


Pariman Siregar: Penulis Buku MASTER from minder dan Founder QMC
Terima kasih buat seseorang yang meyakinkan dan senantiasa memberikan semangat untuk tetap istiqomah dalam kehidupan ini.
Terima kasih buat seluruh pembaca MASTER from Minder, karena pembacalah semangat itu jadi semakin menyala dan membara.
Thanks for my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Fery, dan Wahyu. Buat Idham, Prima, Rajab Ali, Fajri. DR. Yeniar Indriana juga ibu Farida Hidayati S.Psi,. MSi, ak Achmad Mujab Masykur S.Psi yang menjadi patner dalam sharing dan berbagi.
Mohon do'a untuk buku kedua juga S1nya :)