Saturday, May 27, 2017

Service Excellence Bersama Para Bidan dan Frisian Flag

Pada dasarnya setiap orang suka untuk diberikan pelayanan yang terbaik lebih-lebih diperlakukan secara spesial. Ingatkah mengapa lebih sering beli di toko A dibandingkan took B yang produknya sama-sama berkualitas? Jawablah adalah karena bagusnya pelayanan yang diberikan. Realitasnya, para pembeli tidak semata-mata menjadikan kualitas produk sebagai alasan untuk mereka datang kembali guna membeli suatu produk tetapi ada alasan lain; proses, pengaruh iklan/adanya promosi, dan pelayanan baik yang diberikan. Bagi para mereka yang bergerak dalam bisnis dan pelayanan sudah tentu menyadari peran penting kualitas pelayanan bagi kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas tentunya akan kembali datang melakukan pembelian, syukur-syukur mereka melakukan promosi gratis dengan menceritakan pada orang lain. Dengan demikian, ujung-ujung keuntungan bagi para pemilik usaha. Orang Tiongkok bias berpesan, “Jika tidak bisa tersenyum, jangan buka toko”. Senyum merupakan bagian dari pelayanan yang baik. 
Pada 20 Mei 2017, saya dipercaya oleh Frisianflag berbagi inspirasi tentang service excellence pada para bidan di wilayah Kebumen. Sebagaimana diketahui bahwa profesi bidan merupakan profesi yang fokus pada bidang pelayanan kesehatan. Materi tentang service excellence menjadi materi yang sangat relevan dan penting jadi bekal dalam memberikan pelayanan lebih-lebih jika dikompliti dengan pengalaman dan hasil riset terkait kesehatan. 
Saya sharing tentang “psikosomatis”, yaitu orang-orang yang mengeluhkan gangguan fisik tetapi sebabnya karena faktor psikologis. Sebuah fakta memang bahwa tidak semua keluhan fisik disebabkan oleh sumber penyakit berupa bakteri atau virus, pendekatan yang diberikan juga tidak selalu harus dengan obat yang diminum. Ada orang-orang yang mengeluhkan gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor psikologis, tekanan pikiran, stres atau permasalahan berat yang terus saja membebani psikisnya.Mereka yang datang dengan keluhan fisik tersebut sangat butuh pelayanan prima. Bentuknya bisa berupa keramahan, penerimaan, senyuman, didengarkan dengan penuh ketulusan biarkan mereka curhat. Sebuah bukti yang saya temui sendiri, para pasien di sebuah puskesmas begitu antusias saat datang berobat. Sebabnya, mereka dilayanani dengan ramah, bisa curhat banyak, dan mereka banyak yang memberikan testimoni keluhannya berkurang (sembuh). Kesempatan untuk ‘curhat’ itulah yang menjadi salah satu faktor penting. 
Ada teknik dan langkah-langkah penting yang bisa dijadikan bekal bagi para penyedia layanan kesehatan terkait dengan service excellence. Membawakan materi tentang service excellence pada bidang kesehatan tentu tidak sama persis dengan service excellence layanan jasa keuangan. Ada hal-hal teknis yang nyambung dengan ilmu konseling, psikoterapi, dan ilmu marketing. Dua yang pertama itulah yang membuatnya berbeda. Lagi-lagi, ketika saya diminta untuk menyampaikan 1,5 jam, saya mengambil waktu 2 jam untuk menjelaskan dan memberikan simulasi. Itu pun masih belum semuanya bisa saya berikan walaupun saya sudah berusaha keras meringkas materi yang seharusnya 2 hari diberikan. Saya tidak bisa membiarkan para peserta yang datang membawa ilmu yang menggantung, 2 jam saya berikan poin-poin. Jika suatu saat menginginkan yang lebih powerfull, tentunya dengan senang hati saya bisa dikontak di 085.226.992.485 dengan mudah. (Pariman, M.Psi, Psikolog)

Sunday, April 30, 2017

Outbound dan Pelatihan di Kebun Teh Pagilaran

Hampir setiap instansi memiliki security. Security menempati posisi penting yang bertanggung jawab terkait keamanan. Tanggung jawab tersebut mengharuskan pribadi yang kuat dan tegas. Di sisi lain, pada instansi tertentu security “memiliki” peran layaknya front liner yang mengharuskannya bersikap ramah dan banyak senyum. Utamanya pada instansi yang bergerak dalam pelayanan publik. “Kesan terhadap security seolah saat pelatihan lebih banyak diajarkan tentang ketegasan (‘keras’) tetapi saya di sini ternyata ditugasi untuk melayani yang mengharuskan banyak senyum dan ramah”, demikian salah satu kesan dari seorang security di suatu instansi.


Tepatnya, 8 Oktober 2016 lalu saya kebagian untuk menyampaikan materi pada security Universitas Pekalongan. Tempatnya di kebun teh Pagilaran. Pagilaran merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Batang. Perjalanan sekitar 45 menit dari pusat kota kea rah selatan. Banyak orang memilih untuk ke Pagilaran guna menikmati udara segar dan hamparan hijau kebun teh di sana. Perkebunan teh yang sudah ada sejak zaman penjajahan kolonial Belanda. Pohon tehnya ada yang sudah berumur seratus tahun lebih.


Pagilaran menawarkan kesejukan dan kesegaran udara, sangat cocok untuk refreshing. Ada banyak penginapan dan rumah yang bisa disewa untuk keluarga. Cukup murah, rumah dengan 3 kamar tidur lengkap dengan dapur dan kamar mandi hanya kisaran 1 juta sehari semalam. Tersedia aula untuk acara gathering atau training yang juga bisa disewa.


Pagilaran bisa jadi salah satu alternatif untuk kegiatan pelatihan atau gathering. Hal tersebut sepertinya yang menjadikan alasan Alumni Fakultas Hukum Unissula Angkatan 80/81 memilih Pagilaran sebagai salah satu tempat untuk reunian pada 26 Maret 2017 lalu. “Reunian kali ini seru, paling seru dibandingkan sebelum-sebelumnya”, itulah salah satu kesan dari peserta. Kemasan acara yang menarik yang memberikan kesan tak terlupakan merupakan hal penting dalam acara reuni. Rektor Universitas Pekalongan merupakan ketua dari acara reuni tersebut dan berperan besar dalam kesuksesan acara.


Salah satu sesi acara yang menarik adalah outbound. Rangkaian permainan yang menjadikan semuanya bisa terlibat, aktif, dan tentunya ada nilai edukatif di dalamnya. Pilihan tempat permainan bisa di luar atau area terbuka sembari menikmati pemandangan sekitar dan udara yang segar. Bisa juga tempat permainan di dalam ruangan terkhusus ketika cuaca sedang hujan sehingga tidak memungkinkan diadakan di luar. Tentunya jenis permainan akan disesuaikan sehingga tetap mengena di hati peserta. Itulah yang kami usahakan, saya bersama rekan, seorang psikolog pendidikan Aji Cokro D. M.Psi, Psikolog. Pada akhirnya, sebagai diberi kepercayaan fasilitator belajar banyak hal dan harus siap membuat keputusan yang sigap di lapangan. (Pariman, M.Psi, Psikolog)

Saturday, April 29, 2017

Smart Parenting di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Parenting atau pengasuhan merupakan tugas bersama antara ayah dan ibu. Parent(ing) – Orangtua (ayah dan ibu), bukan fathering (ayah saja) atau mothering (ibu saja). Namun demikian, konstruksi budaya dalam kehidupan bermasyarakat seolah memberikan tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak lebih banyak pada para ibu. Ayah seolah (boleh) lepas tangan karena fokus dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan materi bagi keluarga. Padahal, materi hanya bagian kecil dari tanggung jawab yang harus dipenuhi.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa ayah memiliki peran besar bagi perkembangan anak, baik aspek kognitif, afektif, motorik, dan sosial. Ada peran-peran tertentu yang tidak bisa digantikan dan bersifat melengkapi antara ayah dengan ibu. Peran penting pengasuhan bagi perkembangan anak utamanya pada awal masa anak-anak. Ada usia-usia yang disebut golden age, yaitu usia 6 tahun pertama. Pada usia tersebut, perkembangan otak (memori) berlangsung sangat cepat sehingga stimulasi yang tepat akan bermanfaat besar bagi perkembangan anak. Kenyataannya, tidak banyak orangtua tahu hal tersebut dan memahami apa yang seharusnya dilakukan, lebih-lebih “ibu-ibu muda” atau “ayah-ayah muda”. (Sampai saya membuat halaman "Psikologi Menjawab")


Orangtua dengan anak pertama umumnya belum lama dalam membangun rumah tangga. Kondisi ekonomi belum stabil, pekerjaan belum mapan, rumah ada yang masih ngontrak atau ikut orangtua, dan situasi penyesuaian lainnya. Keadaan tersebut bagi sebagian orang tentulah menyita sebagian besar waktu sehingga perhatian pada anak kurang. Bahkan, ada situasi pekerjaan yang membuat para ayah seolah tidak punya pilihan waktu untuk banyak berinteraksi dengan anak karena tempat kerja yang jauh. Tentunya tidak ada cara lain kecuali mengoptimalkan waktu yang ada ketika bersama keluarga secara kualitas. Quality time selain terus berusaha menambah quantity time.

Masa-masa 6 tahun pertama adalah masa-masa dalam menanamkan kesan pada anak. Bagaimana kesan anak terhadap ayah dan ibunya, rekaman kuatnya ada pada 6 tahun pertama. Pada usia 6 bulan, ada sudah memiliki rekaman kuat tentang wajah orang-orang terdekatnya. Rekaman tersebut menjadi frame kedekatan hubungan. Olehkarena itu, sungguh disayangkan jika anak lebih banyak memiliki rekaman ingatan orang lain dibandingkan dengan orangtuanya sendiri. Ingatan tersebut terus berkembang dan anak mulai mengidentifikasi mana orang dekatnya dan mana orang yang asing bagi dirinya. Usia 9 bulan, anak sudah memahami hal tersebut sehingga jika ada orang asing, dia bisa saja menangis karena beranggapan orang asing itu mengancam (menakutkan).


Lagi-lagi waktu-waktu berharga dengan anak itu justru pada awal masa perkembangannya. Waktu yang demikian itu berjalan sangat cepat terutama jika sibuk bekerja, anak beranjak besar dan lingkaran interaksi anak sudah harus meluas, yaitu banyak berinteraksi dengan teman sebaya juga guru mereka di sekolah. Bagaimana anak menghadapi lingkaran interaksi itu ditentukan oleh pengalaman interakasi bersama orang-orang dekatnya. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang baik antara ayah dan anak menjadi dasar baginya dalam membangun hubungan pada masa perkembangan selanjutnya. Remaja-remaja yang bermasalah ketika dirunut akar penyebabnya karena permasalahan dalam keluarga berupa tidak harmonisnya hubungan ayah dan anak. Sungguh saat berharga untuk anak itu jangan sampai berlalu begitu saja. Saya menyebut jadi orangtua itu haruslah memiliki bekal smart parenting. Itulah tema materi yang saya bawakan untuk kajian parenting di Samben Library, Bantul (24 April 2017).

“Smart” yang diterjemahkan sebagai cerdas. Orang yang smart/cerdas adalah orang yang selalu bisa beradaptasi dengan lingkungan (Colvin, Ahli Psikologi). Orang yang paling smart/cerdas adalah orang yang 1) banyak mengingat kematian dan 2) paling bagus persiapannya menghadapi kematian (Rasulullah SAW). “Parenting” yang biasa dikenal dengan pengasuhan merupakan segala aktifitas (orangtua) yang memiliki tujuan agar anak berkembang secara optimal dan bisa menjalani kehidupan dengan baik (Hoghughi, 2004). Jadi parenting yang smart itu sebagaimana tidak hanya berorientasi dunia tetapi juga akhirat; bukan hanya perkembangan potensi anak tetapi juga keterampilan anak dalam menghadapi kehidupan (life skills) dan akhlaq anak; serta berorientasi pada kebutuhan anak di masa depan. “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena zamanmu dengan zamannya tidaklah sama”, demikian pesan sahabat Ali bin Abi Thalib.

Sebagai orangtua yang smart tentunya harus memiliki bekal berupa pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu pengasuhan dan ilmu agama. Ada banyak pengajaran yang bisa diambil dalam Al Qur’an dan Hadist yang bisa menginspirasi dalam mendidik anak. Untuk menguatkan itu, ada banyak penelitian dalam ilmu psikologi terutama tema pengasuhan yang bisa menjadi ilmu dalam mendidik anak. Pada akhirnya, orangtua dengan smart parenting menyadari bahwa menjadi orangtua adalah terus senantiasa belajar. (Pariman, M.Psi, Psikolog)