Tuesday, September 8, 2009

Dari Peta Menjadi Nyata

by P-Man: Inspiring Man
Motivator dan Penulis Buku


Berawal dari Imajinasi
Hai, lihatlah ke seberang sana, kita telah menemukan India,” demikian kira-kira teriak kegirangan Columbus melihat daerah baru jauh di seberang lautan. Ekspedisinya memiliki misi menemukan daerah sumber gandum yaitu India. Bermodalkan peta dan kompas, diarunginya lautan, menantang ombak dan badai. Entah sudah sampai dimana, akhirnya mereka menemukan sebuah daerah baru. Dikirnya mereka sudah sampai di India (daerah Asia). Setelah mencermati peta yang di bawa, barulah dia sadar jika ternyata tempat tersebut bukan India tetapi sebuah tempat baru (di Benua Amerika).


Demikian kira-kira gambaran kehidupan kita. Masing-masing orang memiliki pulau impian, tempat terindah yang diharapkan. Pulau impian tersebut tentunya harus definitif, jelas. Diperlukan Peta yang akan menuntun langkah-langkah mencapainya. Perlu kapal (sarana) mencapainya. Perlu awak kapal berupa orang-orang yang bersinergi, saling mendukung demi mencapai pulau impian.

Ringkasnya begini, jika sekarang Anda menjadi mahasiswa:
a. Profil diri seperti apa yang anda miliki ketika diwisuda?(akademis, sosial, keagamaan, softskill) b. Bagaimana langkah-langkah mewujudkannya?(kualitas dan kuantitas belajar, organisasi dan kegiatan yang diikuti, targetan tiap semester dan tiap harinya) c. Apa saja yang anda perlukan untuk mencapainya? d. Pola-pola atau tindakan apa yang harus anda biasakan mulai dari sekarang?(cara berpikir dan bertindak, membangun kebiasaan positif )
Segalanya diciptakan dua kali
Segalanya diciptakan dua kali,” Stephen R.Covey dalam 7Habitnya. Kita adalah arsitek bagi mimpi dan cita-cita yang kita bangun. Awalnya semua dari imajinasi, bayangan, harapan kemudian diwujudkan dalam perencanaan, dilakukan secara tahapan, melakukan pembiasaan hingga akhirnya menjadi kenyataan. Sebagaimana para arsitek yang membuat blue print rumahnya dulu baru kemudian menyiapkan bahan bangunan yang dibutuhkan lalu membangunya sesuai rancangan gambar. Meraka yang tidak memiliki “peta kehidupan” atau blue print layaknya tukang bangunan yang membangun rumah tanpa sketsa dulu. Jangan salahkan orang lain jika ternyata sudah capek menumpuk bata ternyata bukan rumah yang terbentuk tetapi kandang ternak. Sungguh sedih.

Berantakan Akibat Tanpa Perencanaan
Apa yang akan Anda lalukan andai saja Anda sopir taxi yang bertemu dengan seorang penumpang yang meminta Anda mengantarnya. ”Mau kemana, mas?” sebagai seorang sopir biasanya menanyakan tujuan. Namun pemesan tadi ternyata tidak tahu tujuannya, “Pokoknya saya diantar.” Anda sebagai sopir tentunya juga bingung mau diantar kemana penumpang yang tujuannya tidak jelas itu. Akhirnya kepikiran, “Emang punya uang berapa, mas?” Ajak saja muter-muter sampai uangnya habis lalu suruh penumpang tadi turun, beres juga akhirnya.

Emm...Alangkah malangnya jika Anda adalah penumpang itu. Sudah capek-capek ngeluarin tenaga, uang, ikut berbagai kegiatan tetapi karena tidak punya tujuan hidup yang jelas akhirnya hanya dapat capek. Semua pengorbanan sia-sia, tidak produktif.

Anda adalah penumpang yang termangu-mangu di seberang jalan. Pertanyaannya; Sudah tahu jelas alamat (cita-cita) yang dituju? Jalan (tahapan) yang harus dilalui? Jangan sampai setelah lama menaiki taxi (jurusan kuliah, pekerjaan), Anda baru sadar bahwa sebenarnya Anda ingin pergi ke tempat lain (jurusan lain). Anda sekedar kuliah, kantin, kos, mall tanpa tujuan tiba-tiba nantinya baru sadar ternyata hanya ikut-ikutan. Ada sopir taxi, angkot (pergaulan, organisasi) yang iseng, muter-muter sana sini tapi tidak sampai tujuan.

Pergaulan dan Percepatan
Siapa yang bergaul dengan penjual minyak wangi, dia akan tertular wanginya. Siapa yang bergaul dengan pande besi, dia akan terkena apinya.” Demikian nasehat bijak dalam pergaulan. Ada ungkapan lain, ”Bagaimana Anda di masa depan tergantung 10 teman dekat yang Anda miliki.” Sukses atau tidak, kepribadian, karakter dst tergantung dengan siapa pergaulan yang dilakukan.

Jika menghapkan diri menjadi public speaker tentunya bergaul dengan orang-orang ekstrovert, memilih komunitas yang bisa meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum. Di sanalah percepatan diri dilakukan. Mendekatlah pada sumbernya. Banyak bergaul, berinteraksi, berdiskusi, bekerja bersama-sama dengan berbagai hal yang mendukung tercapainya cita-cita.

”Ojo cedhak kebo gupak,” pepatah Jawa (jangan dekat-dekat kerbau kotor). Artinya meninggalkan pergaulan yang tidak produktif, tidak jelas juntrungannya.
FB: Inspiring Man