Sunday, October 17, 2010

Menjadi Ayah yang Mengagumkan


Selembut kelincikah?
Atau seseram harimau?
Mungkin pula semengagumkan merak?
Segagah elang?
Ataukah selayaknya beruang kutub yang senantiasa memberikan kehangatan?
Tulisan kali ini buka bertutur perihal pelajaran biologi. Sudah lewat rasanya pembahasan perihal pelajaran itu kecuali bagi kawan-kawan di MIPA. “Parenting” itulah tema tulisan kali ini. Berangkat dari mencermati derasnya status FB terkait pernikahan. Mudah-mudahan bisa menjadi bekal bagi mereka yang telah menetapkan diri menjadi seorang ibu ataupun ayah.
Ya, demikianlah. Keputusan berumah tangga tentulah diikuti dengan kepemahaman tanggung jawab menjadi orangtua. Sebelum pernikahan barangkali yang terbayangkan kebahagiaan-kebahagiaan berdua-duan dengan pasangan. Saat bangun tidur di sepertiga malam, ketika membuka mata terlihat di sana seorang pangeran tampan (bagi para wanita) atau seorang bidadari impian (bagi para laki-laki). Mungkin pula suka cita hari-hari, romatisme makan sepiring berduanya.
Ada tanggung jawab baru yang menyusul ternyata. Beberapa waktu kemudian seorang wanita hamil, mengandung buah hatinya. Dia sudah menjadi seorang ibu. “Sebegitu cepatkah?” demikian sebagian wanita mengungkapkan ketidaksiapannya akan tanggung jawab sebagai ibu. Demikian pula dengan seorang laki-laki, kehamilan seolah mengabarkan tanggung jawab sebagai orangtua sudah dimulai. Bukan lagi perihal pasangan tetapi buah hati, cinta yang selama sekian waktu disemai ternyata bertumbuh. Tugas selanjutnya setelah benih tersebut tumbuh adalah menjaganya, miliharannya hingga suatu saat nanti berbuah dan siap dituai. Karena itulah orang Jawa memimiliki istilah “ngundoh mantu” ketika putri mereka menikah.
Jika anak hidup dengan omelan, Ia belajar mengomel
Jika anak hidup dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi
Jika anak hidup dengan ejekan, Ia belajar jadi pemalu
Jika anak dengan dipermalukan, Ia belajar merasa bersalah dan rendah diri
Jika anak hidup dengan toleransi, Ia belajar bersabar
Jika anak hidup dengan dorongan, Ia belajar kebenaran
Jika anak hidup dengan rasa aman, Ia belajar percaya
Jika anak hidup dengan persetujuan/penerimaan, Ia belajar menyukai dirinya
Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, anak belajar menemukan kasih di dunia
Lebih luas lagi ternyata tanggang jawabnya. Mencarikan nafkah dengan bekerja itu hal yang biasa. Bekerja siang malam untuk anak dan istri (bagi laki-laki) atau membantu suami bekerja untuk menambahi pendapatan keluarga (bagi wanita). Namun, menyediakan waktu untuk berdiskusi dari hati ke hati, mendengarkan curhatan anak, menyemak hafalan Al Qur’an mereka, dan interaksi dengan anak sudah selayaknya mendapat perhatian. Ketika menjadi orangtua, ayah atau ibu, ingin seperti apa dalam pandangan anak-anak?
Selembut kelincikah? Atau seseram harimau? Mungkin pula semengagumkan merak? Segagah elang? Ataukah selayaknya beruang kutub yang senantiasa memberikan kehangatan? Karakter apa saja yang menggambarkan diri anda? Menjadi ayah yang mengagumkan? Atau menjadi ibu yang menginspirasi? …
Pariman Siregar: Penulis Buku Master from Minder dan Founder QMC
Terima kasih buat temen-temen QMC
Terima kasih buat seseorang yang meyakinkan dan senantiasa memberikan semangat untuk tetap istiqomah dalam kehidupan ini.
Terima kasih buat seluruh pembaca MASTER from Minder, karena pembacalah semangat itu jadi semakin menyala dan membara.
Thanks for my mastermind in Quantum Motivation Center; Fifi, Yekti, Fery, Ali, dan Wahyu. Buat Idham, Prima, Rajab Ali, Fajri. DR. Yeniar Indriana juga ibu Farida Hidayati S.Psi,. MSi yang menjadi patner sharing dan berbagi.
Mohon do'a untuk buku kedua juga S1nya. : )