Thursday, June 13, 2013

Buatlah Cerita Untuk Hidupmu Sendiri


Pernahkah anda berada dalam keadaan merasa bahwa orang lain telah jauh melangkah dibandingkan anda? Mereka seolah sudah lebih sukses dibandingkan anda? Mungkin pula merasa bahwa orang lain lebih beruntung? Ujung-ujungnya, anda merasa seolah apa yang anda sudah lakukan belum apa-apa. Bahkan mungkin, penghargaan anda terhadap pencapaian anda menjadi buruk. Adanya perasaan kurang, kebahagiaan anda jadi minim, dan pandangan terhadap orang lain jadi lebih sinis. Jika diterus-teruskan bisa membuat anda frustasi, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan keadaan juga orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan. 

Saya pernah mengalami situasi seperti itu. Rasanya sungguh tidak nyaman. Orang lain sudah bekerja dan kelihatan hasilnya sedang diri sendiri seolah belum beranjak ke mana-mana. Pikir saya, orang lain sudah bisa menikmati banyak hal sedangkan diri sendiri seolah masih berkutat dengan tugas yang belum juga selesai-selesai. Terbayangkan rasanya lebih enak orang lain dibandingkan keadaan diri sendiri.

Setiap orang bisa saja berada dalam situasi yang saya alami juga saya gambarkan  tadi. Saya sendiri tiba pada pembelajaran apa yang disebut orang dengan istilah bahwa “urip kuwi sawang sinawang”. Kehidupan orang lain dipandang lebih sukses, lebih berhasil, lebih bahagia sedangkan diri sendiri seolah belum mencapai apa-apa. “Rumput tetangga lebih hijau dibandingkan rumput sendiri”, begitu ungkapan lain menyebutnya. Namun demikian, ternyata faktanya sungguh lain dibadingkan apa yang selama ini dirasakan. 

Apa yang ada pada orang lain dan saya anggap sebagai sesuatu yang membahagiakan, ternyata tidak semua dirasakan oleh mereka sebagai kebahagiaan. Ada pula justru yang saya pandang kebahagiaan pada orang lain tetapi dirasakan sebagai sebuah permasalahan oleh orang lain tersebut. Herannya, mereka mengaku justru merindukan kehidupan sebagaimana yang saya jalani. Tahulah saya bahwa hidup ini memang benar adanya “sawang sinawang”. Kehidupan yang sebenarnya bukanlah apa yang ada pada orang lain tetapi kehidupan yang kita alami. Kebahagian yang sebenarnya tidaklah apa yang kita pandang membahagiakan pada orang lain tetapi apa yang kita rasakan atas kehidupan kita sendiri. Seberapa seseorang menghargai dan menilai segala yang terjadi dalam kehidupannya sebagai kebahagiaan, sebanyak itulah kebahagiaan yang akan dirasakan. 

Hal kedua yang kemudian saya pahami dalam kehidupan ini adalah tentang proses. Sesungguhnya, setiap orang mengalami proses pertumbuhan dan pendewasaan. Masing-masing memiliki proses yang tidak sama. Kerena itulah, tidak semua pencapaian bisa dibandingkan dengan pencapaian yang telah orang lain capai. 

Proses yang orang lain lalui dan hasil yang telah orang lain raih merupakan pembelajaran. Kita memiliki kisah hidup sendiri yang tidak sama dengan yang orang lain punyai. Kita menginginkan menjadi yang terbaik sebagaimana orang lain tetapi prosesnya adalah menjadi yang terbaik sebagai diri kita sendiri. Berapa banyak orang yang tidak pernah merasakan kesyukuran karena tidak memahami bahwa hidup yang dijalaninya sebagai proses mencapai yang terbaik sebagai diri sendiri, bukan sebagai orang lain. Anda tidak dimintai pertanggungjawaban atas kehidupan orang lain tetapi anda akan dimintai pertanggungjawaban atas diri anda sendiri. Orang lain adalah contoh dan ladang amal bagi diri anda. Salam bahagia.

Mahasiswa Magister
Profesi Psikolog Klinis, UGM
FB: Inspiring Man
PIN: 321358C0