Thursday, May 26, 2011

APA RAHASIA SUKSES, “Dari Terbatas Jadi TERATAS?”


MERAH yang BERGAIRAH! MERAH cerminan KEBERANIAN! MERAH, itulah darah yang mengalir menghidupi setiap bagian tubuh! Karena itulah cover MASTER from minder berwarna MERAH. Melihat covernya sudah merasakan GAIRAH, BERANI HIDUP MENDOBRAK keminderan. Anda akan teringat buku MASTER from minder setiap kali melihat warna MERAH. Buku yang membuat anda BERSEMANGAT! Warna MERAH dalam setiap paragraf selanjutnya akan mengingatkan diri anda yang bersemangat
“Tidakkah menakjubkan jika mendapati orang-orang yang awalnya biasa-biasa saja tetapi kemudian menjadi orang luar biasa?” Mereka yang terhimpit dalam kondisi sulit kemudian BANGKIT MELEJIT! Keadaan awalnya serba terbatas kemudian menjadi TERATAS! Orang yang culun, ragu, minder lalu bangkit menjadi guru, MASTER kesuksesan.
Saat anda mulai membaca tulisan berikut, anda akan merasakan perasaan luar biasa dan anda ingin mengikutinya. Semua orang tahu penemu spektakuler lampu pijar, dialah Thomas Alfa Edison. Kemungkinan besar anda juga tahu bahwa saat kecil dia dianggap sebagai anak yang tidak berbakat dan tidak pandai matematika. Bahkan dia dikembalikan ke orangtuanya karena tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah. Saat dia sudah besar, munculah ide gilanya ingin menemukan lampu pijar. Bagaimana tidak gila? Dia mati-matian memperjuangkan ide yang pada saat itu tidak mudah dicapai, mustahil. Berapa kali dia gagal? Sepuluh kali? Seratus? Seribu? Berapapun itu dan bagaimanapun orang mengatainya gagal, dia mengatakan bahwa dirinya bukan gagal tetapi justru dia berhasil menemukan ratusan bahkan ribuan bahan yang tidak efektif untuk lampu pijar. Dan akhirnya kita patut berterima kasih atas hasil karyanya; dunia kita jadi terang benderang, membaca buku, menonton TV, aktifitas kantor, dan berbagai kegiatan di malam hari bisa kita lakukan. Dari kondisi sulit, dia MELEJIT!” Dialah salah satu MASTER kesuksesan.
Cobalah amati lingkungan sekeliling anda, maka anda akan menemukan mereka yang terhimpit dalam situasi yang sulit, terbatas, ragu untuk maju, dan keminderan. Coba bayangkan apa yang terjadi di masa depan. Merekalah yang nantinya menjadi penerus-penerus bangsa ini. Merekalah harapan utama orangtua untuk meraih hidup lebih baik. Betapa cerahnya masa depan dengan kebahagiaan ketika mereka bangkit dari kondisi keterbatasan. Keterbatasan ekonomi, rasa tidak percaya diri akan potensi, minder untuk bermimpi, dan berbagai hambatan lainnya. Betapa nanti akan bisa kita lihat mereka menjadi orang-orang sukses, berjas kantor tetapi tetap tahu andap asor (sopan santun), bermobil mewah lagi banyak sedekah, seorang pejabat tetapi tetap merakyat. Suatu saat nanti akan terdengar kabar bahagia perihal perjuangan mereka berhasil meraih cita-cita. Rasa bangga bagi sekolah, guru-guru, orangtua, teman dan siapa saja yang pernah menyumbangkan semangat bagi mereka.
Bayangkan kira-kira bagaimana guru, orangtua, teman, saudara mendapati orang hebat seperti Habibie. Ingat Presiden kita, Bapak BJ Habibie? Orang sempat meremehkan hasil karyanya tetapi banyak orang tahu bahwa dialah orang hebat di negeri ini yang bisa membuat pesawat terbang. Melalui IPTN, Indonesia berhasil menerbangkan pesawat pertamanya buatan Indonesia sendiri yaitu N-250 Gatotkaca. Bayangkan saja, seorang anak yang ditinggal ayahnya pada usia 14 tahun tetap tegar dan bersemangat. Ibunya senantisa memotivasinya untuk memiliki cita-cita yang tinggi, bekerja keras, dan tetap baik dalam agamanya. Rudi, begitu panggilan akrabnya kemudian melanjutkan ke ITB lalu mendapatkan beasiswa kuliah di Jerman. Nilai-nilainya luar biasa; 9,5 (cum laude) untuk jenjang diplomatnya dan summa cum laude untuk jenjang doktornya. Puncak karir beliau menjadi orang nomer 1 Indonesia dan di Jeman beliau menjadi warga kehormatan. Bagaimana guru Habibie bangga dengan muridnya tersebut.

Anda tentu akan merasa sangat bahagia bisa membantu mereka yang terbatas menjadi teratas karena saya sendiri telah membuktikannya dengan buku saya, MASTER from minder. Ada perasaan gembira ketika mendapati sms dari para pembaca yang begitu antusias untuk bangkit dari keminderan. Mereka begitu bersemangat seolah mendapatkan air segar di tengah kehausan karena terik matahari siang. Ada semacam kilatan di pikirannya bagaikan cahaya terang dalam kegelapan malam. Jalannya jadi semakin kelihatan. Ada pula seorang ibu dengan suaminya yang dalam salah satu acara bedah buku MASTER from minder sampai mengusulkan, Usul mas, materi bukunya dibuat training atau workshop”. Dia datang sekeluarga dengan suaminya. Hebat lagi, peserta dari Lampung datang untuk menghadiri bedah buku MASTER from minder di Ponorogo.
”Bagus, buku MASTER from minder bagus bagi banyak orang!” Ya, meskipun saya menjelaskan buku MASTER from minder bagus bagi pelajar, mahasiwa, guru, dosen, tidak tergantung jenis kelamin dan status, mereka takkan mengundang saya menjadi pembicara sekarang juga atau mengubungi saya untuk meminta mengisi bedah buku melalui jadibijak@yahoo.com kecuali tersedia bonus yang menggerakkan mereka.
Itulah sebabnya dalam acara MASTER from minder, saya memberikan lebih dari harga tiket acara itu sendiri. Bonus, waktu 60 menit setelah acara untuk sharing dan konsultasi. Dan itulah yang membuat acara MASTER from minder ramai dengan peserta dan antusias penyelenggaranya. Ditambah lagi dengan suplemen setelah acara yang bisa didapatkan kapanpun melalui website pribadi saya www.parimansiregar.blogspot.com dan FB Inspiring Man, bisa berdiskusi melalui chat box.
Saya terkesan dengan semangat pengunjung di website pribadi saya www.parimansiregar.blogspot.com. Mereka meminta saya untuk mengisi seminar, training, bedah buku, dan berbagai acara pengembangan diri untuk mendapatkan pengalaman saya menjadi HRD selama 3,5 tahun lebih di Beastudi Etos Semarang juga pengalaman menjadi nara sumber Mutiara Pagi di Tri Jaya FM Semarang. Pengalaman yang akan berguna bagi para peserta dan siapapun yang senang jika dirinya berhasil. “Mereka hebat, mengirimkan kabar kesuksesannya beberapa waktu kemudian setelah membaca atau mengikuti bedah buku MASTER from minder”. Anda akan tertarik mengikuti trainingnya dan semakin merasa anda percaya diri meraih impian yang anda inginkan. Kuat "Menapaki Hidup, Menggapai Kesuksesan", sebagaimana kesan Koordinator Forum Indonesia, Hendra Sugiantoro dalam kompasiana.com. Anda lebih BERSEMANGAT sekarang untuk sukses!

Wednesday, May 18, 2011

"APA JADINYA"! : Power From Inner (Part 2)


Mulailah dengan “APA JADINYA” bukan “Apa Adanya”, ungkapan yang belakangan familiar dalam beragam materi saya di note, blog, status FB, dan sharing bersama para peserta di forum-forum. Hal sederhana tetapi saya meyakini memiliki dampak yang luar biasa. Virus semangat yang ingin agar semua orang mendapatinya. Semangat melakukan perubahan dari dalam guna melampaui realitas yang ada, Get your power from your inner.
Mungkin ada orang-orang yang merasa lahir dengan orangtua yang salah, jenis kelamin yang tidak diinginkan, kondisi keluarga yang apa adanya, dan beragam realitas yang dijadikan sumber ketidaknyamanan. Pengandaian-pengandaian lahir sebagai anak presiden, orang kaya raya, berpostur ideal, dan beragam pengandaian sebagai bentuk penolakan. Belum lagi stempel dari lingkungan yang seolah lekat di jidat, anak tukang bakso, bertubuh pendek, suara cempreng dst.
Realitas-realitas dalam kehidupan yang bagi sebagian orang terkadang dijadikan pemicu permasalahan. Hal yang tidak esensi sekali tetapi seolah ditempatkan sebagai penentu hidup dan mati. Tentulah kita pernah tahu, ada seorang anak yang bunuh diri hanya gara-gara teman-temannya mengejek dia anak tukang bakso. Ada juga mereka yang menjadi pemalu gara-gara dikatakan suaranya cempreng dst.
Sepertinya ada benarnya, “Bukan senjata biologi, bukan pula senjata pemusnah massal yang mematikan tetapi kata-kata negatif”. Hanya dengan kata-kata bisa mendorong orang membunuh dirinya sendiri, masa depannya, masa depan orang lain bahkan membunuh banyak orang. Tepat sekali Rasulullah berpesan, “Berkata baiklah atau diam”. Setiap kata yang keluar haruslah baik karena walaupun hanya kata-kata tetapi bisa membekas selamanya. Semoga kita senantiasa dituntun berkata baik dan menyejukkan.
Masa lalu, itulah realitas, fakta yang tidak mungkin bisa diubah. Masa depan adalah ruang kemungkinan, dimana setiap orang diberi kesempatan yang sama untuk menjadi “apa jadinya”. Lahir dari keluarga tidak melimpah harta adalah fakta tetapi jika mati dalam kondisi menderita karena melarat, itu namanya celaka. Senantiasa ada kemungkinan untuk kebaikan-kebaikan. “Just open your mind, open your heart, and open your hands”, kata-kata mutiara saya yang jadi favorit ketika mengisi training.
Pertama sekali seseorang perlu menyediakan ruang dalam mind (pikirannya) akan adanya hal baru, terbuka heartnya akan kenyataan, dan terbuka tangan (open hands) untuk melakukan perubahan (perbaikan, kerjasama dst). Sekian tahun saya telah membawakan berbagai materi pengembangan diri dan ternyata perubahan mendasar untuk waktu yang lama dimulai dari mind. Sisi diri terdalam seseorang yang harus diubah dimana hal tersebut erat sekali dengan apa yang dia percayai dalam hidup ini (bukan perihal agama). Mereka yang lama berada dan terkondisikan dengan penderitaan mungkin saja meyakini kehidupan ini sebagai penderitaan. Padahal banyak juga hal yang membahagiakan bukan? Ada juga orang yang sekian kali menjalin hubungan, dia seorang wanita tetapi gagal di tengah jalan. Dia katakana bahwa semua laki-laki itu buaya, benarkah demikian? Bapaknya buayakah? Saudaranya buayakah? Penjual cilok keliling buaya juga berarti? Tentulah tidak demikian tetap masih ada ruang kebaikan.
Tebuka hati terkait dengan emosi. Ada perasaan tertentu yang melekat dari peristiwa memang. Sering tentunya mendengar lagu tertentu kemudian teringat sebuah peristiwa dan merasakan perasaan yang berbeda? Melebarkan ruang “apa jadinya” berarti melepaskan emosi-emosi yang tidak menyenangkan lalu menggantinya dengan kebahagiaan-kebahagiaan. Sugesti diri, orang katakan. Apapun istilahnya tetapi emosi itu menular dan menarik emosi yang serupa. Nonton film menyedihkan, ikut merasa terharu, menitihkan air mata. Ada opera di TV, penontonya tertawa, kitanya ikut tertawa. Jangan-jangan tertawanya kita bukan karena tayangannya yang lucu tetapi karena penonton di TV yang sudah dikondisikan pada tertawa, kita secara tidak sadar ikut tertawa? Karena itu, sebelum kebahagiaan benar-benar datang dalam kenyataan, hadirkanlah rasa bahagia dalam hati.
Berikutnya, open your hands, keterbukaan tangan untuk bekerjasama, bersinergi dengan orang lain. Kesempatan terkadang berasal dari teman. Ada orang yang mendapat pekerjaan bagus karena diberitahu informasinya oleh teman tersebut. Rejeki, kesempatan bahkan sampai jodoh pun bisa berasal dari sini. Orangnya terkenal baik, terbuka, komunikatif, dan menyenangkan dalam pergaulan karena itulah dipercayakan orang terbaik yang dia kenal padanya. Ada yang mengalami demikian? Setidaknya berharap demikian? Just open your mind, your heart, and your hands.
Selamat berkarya! Selamat menjadi luar biasa! Selamat berbahagia!

By Pariman Siregar (Penulis Buku MASTER from minder)
http://parimansiregar.blogspot.com/
http://www.quantummotivasi.com/

*) Jika anda merasa tertarik dengan isinya dan ingin menyebarkan ke banyak orang, silahkan cantumkan sumbernya atau link tulisan ini.
**) Ada kesan positif perihal isinya? Pengalaman? Inspirasi? Silahkan sampaikan di kolom comment. Komentar yang terpilih akan disebutkan namanya dalam posting note-note saya berikutnya.
***) Tertarik untuk sharing? Mengundang jadi pembicara seminar, training workshop? Kemungkinan kerja bareng misalnya menulis dll? Silahkan cukup mudah, sampaikan ke inbox FB.

Monday, May 9, 2011

Meluaskan Ruang “APA JADINYA”*


“Berpikirlah APA JADINYA bukan APA ADANYA”, begitu ungkapan bijak guru saya. Jika “apa adanya” lebih mengarahkan pikiran pada realitas, “apa jadinya” mengajak kita pada ruang kemungkinan.
Tidak sedikit realitas yang tidak sesuai dengan harapan bukan? Pengalaman-pengalaman di masa lalu yang tidak menyenangkan, situasi-situasi yang diluar kontrol, dan kenyataan bawaan yang seolah menjadi ruang jebakan. Penjara pengap, sepi, gelap yang seolah membatasi gerak untuk berkembang bahkan menjadikan takut walaupun sekedar berkhayal. Dimungkinkan keadaan yang demikian lama-kelamaan membawa seseorang pada ‘kematian potensi’ mengenaskan, itulah berpikir “apa adanya”.

Pahamilah bahwa di luar penjara sana; ada padang rumput hijau yang luas dengan berbagai hewan alaminya, ada pula pantai dengan pemadangan laut lepas dan sejuknya semilir angin, ada lampu-lampu kota gemerlap yang bersemangat, di daerah gunung nampaklah hijau hutan dan mata airnya yang jernih menyegarkan. Beragam pilihan yang membuat hati nyaman, tenang, penuh kebahagiaan, dan optimisme dalam memandang kehidupan. Itulah ruang “apa jadinya”. Ruang kebebasan berkreasi dan berlimpah kesempatan juga kemungkinan.
Selama 3,5 tahun lebih, saya belajar memahami ruang “apa jadinya” di Beastudi Etos Semarang. Bahasa tugasnya “pendamping” yang memiliki tugas mengatur pelaksanaaan berbagai program pengembangan diri untuk para mahasiswa yang memiliki potensi diri luar biasa tetapi terkendala realitas finansial keluarga. Bahasa kerennya “coach” yang memastikan mereka tertransformasi dari pribadi biasa menjadi luar biasa, melejit dari kondisi sulit, MASTER from minder. Seseorang yang masih perlu banyak belajar ilmu psikologi tetapi takdir ‘mengharuskan’ untuk belajar langsung layaknya seorang HRD profesional. “Ini adalah kesempatan pembelajaran sebelum nantinya saya benar-benar menjadi seorang HRD yang membawahi ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu karyawan”, begitulah saya belajar ruang kemungkinan. “Daripada termangu menunggu sampai nanti benar-benar jago psikologi baru berkarya, sejak awal memulainya akan menjadi modal yang berguna”, demikian pembelajaran memandang “apa jadinya”.

Dalam dunia training pastilah kita familiar dengan simulasi dimana peserta ditunjukkan kerta putih dengan titik hitam di tengahnya. Peserta ditunjukkan kertas tersebut dan diminta menyampaikan apa yang dilihatnya. Beragam jawaban tetapi selama ini, saya lebih banyak mendapati para peserta mengungkapkan bahwa mereka melihat titik hitam. Sebagian kecil dari mereka melihat kertas putih yang ‘kebetulan’ ada titik hitamnya.
Simulasi kertas dengan titik hitam di tengah serupa dengan gelas yang diisi setengah air. Ada yang mengatakan gelasnya kosong setengah dan ada pula yang mengatakan setengahnya terisi. Metafora seragam yang ingin mengungkapkan bagaimana seseorang memandang realitas potensi dalam diri, pengalaman, dan berbagai dimensi kehidupan.

Dalam keseharian, secara tidak sadar banyak orang lebih sering menyoroti sisi kekurangan, pengalaman tidak menyenangkan, dan perhatian pada hal-hal negatif lainnya. Padahal kita tahu bersama bahwa masih banyak realitas lain yang diterima berupa kebahagiaan, kemudahan, kelimpahan, dan banyak hal yang perlu disyukuri. “Nikmat manalagi yang engkau dustakan?” begitu sindir Tuhan dalam Surat Ar Rahman berulang kali. Dengan kata lain, banyak orang yang berfokus pada “apa adanya” bukan “apa jadinya”.
Sebagai seorang trainer, penulis, motivator yang kadang menjadi tempat konsultasi atau sekedar sharing sebuah tantangan tersendiri bagi saya untuk tetap fokus pada “apa jadinya”. Datang orang bercerita tentang keinginan, harapan, dan impian-impiannya, dia bercerita juga tentang keadaannya yang seakan menjadi penghalang. Secara logika memang sepertinya jauh dari realitas bahwa dia akan bisa mencapai impian. “Jangan mimpi tinggi-tinggi nanti kalau jatuh sakit rasanya?” begitu seperti yang diungkapkan orang-orang di luar sana. Entah apakah itu nasehat bijak atau sebenarnya berangkat dari pengalaman tidak baik yang dialaminya dan secara tidak sadar dia membawa orang lain untuk berempati pada dirinya. Rasa sepi jika sakit sendiri, rasa kurang bahagia jika orang lain meraih cita dan cintanya. Apapun itu sebagaimana pesan Mario Teguh, “Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”. Begitu juga yang saya pahami, tugas seorang yang terjun dalam pengembangan SDM adalah membuka dan meluaskan ruang kemungkinan, “apa jadinya” bagi banyak orang.

Kita akan menemukan dan belajar membangun kesempatan, itulah ruang “apa jadinya”. Persis sebagaimana dinasehatkan Pak Eri Sudewo, pendiri Domper Dhuafa kepada saya saat pertemuan nasional management Beastudi Etos di Jogja yaitu tugas kita adalah bekerja. Beliau seraya mengutip pesan dari Al Qur’an surat At-Taubah ayat 105, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu … “ Tugas kita adalah membangun dan meluaskan ruang “apa jadinya” begitu juga ketika melihat orang. Dipahamilah alasan mengapa dalam Islam, kita dilarang dengan mudahnya mengkafirkan seseorang. Realitasnya detik itu bisa saja tidak beragama tetapi di kemudian hari bisa saja dia lebih taat dari mereka yang telah lama beragama. Masih ada ruang “apa jadinya” yaitu hidayah Tuhan. Andai dosa seseorang seisi langit dan bumi, Tuhan mengatakan bahwa ampunannya lebih luas dibanding itu.
*) Mari meluaskan ruang “apa jadinya” daripada terpaku pada ruang ‘apa adanya”. "Sebelum kebahagiaan benar-benar datang, tugas kita adalah menyediakan ruang untuk kebahagiaan tersebut", (Pariman Siregar, Penulis Buku MASTER from minder). Selamat meluaskan ruang bahagia dalam hati anda! Selamat menyambut kebahagiaan! Selamat berkelimpahan! Tebarkan kebahagiaan pada banyak orang!