Tuesday, May 15, 2012

Jodohku, Maunya Dirimu!


Jodoh”, banyak orang meyakininya sebagai rahasia kehidupan. Tidak seorangpun yang tahu siapa yang akan menjadi jodohnya sampai Allah SWT menyatukan dalam pelaminan dan melanggengkan dalam rumah tangga kehidupan. Karena rahasia itulah, sebagian orang merasa penasaran lalu menjalin hubungan yang dinamakan ‘pacaran’. Ikatan yang alasannya untuk saling mengenal dan memahami lebih dalam sebelum nantinya benar-benar memutuskan meneruskan ke pelaminan. Padahal, ikatan tersebut bukanlah jaminan kebahagiaan. Berapa banyak mereka yang dikiranya melanjutkan berumah tangga, justru putus dan menyisakan luka? Berapa banyak mereka yang terperosok dalam kemaksiatan, padahal alasan awalnya hanya ingin mengenal lebih dalam? Alangkah lebih baik jika menjaga hati, menyiapkan diri, dan percaya Allah SWT sudah menyiapkan semuanya.

Orangtua sering mewanti-wanti anaknya untuk pandai menjaga diri. Lebih-lebih zaman seperti sekarang, pergaulan semakin bebas, teknologi semakin canggih, dan norma yang semakin terabaikan. Jika diri seseorang ibaratkan ‘buah mangga’, maka alangkah bahagianya mendapati buah mangga yang masih utuh, bersih, dan masak di pohonnya. Pasti mahal harganya, manis rasanya, dan senang orang yang mendapatkannya. Lain jika mangga itu sering di pegang-pegang bahkan hampir setiap orang memegangnya. Berapa banyak bakteri dan penyakit yang menempel? Tambah parah lagi jika banyak orang memencetnya untuk mengetahui sudah matang atau belum. Mungkin malah ada yang mencuil sedikit untuk merasakannya. Bisa dipastikan buah itu tidak akan enak dimakan, bisa jadi layu sebelum berkembang. Begitulah wejangan orangtua terkait keharusan pandai-pandai menjaga diri. 

Tidak mudah memang, karena nyatanya banyak muncul orang-orang galau juga alay. Dibilang kuno jika menikah tanpa pacaran. Sebagian juga menganggap sudah ketuaan jika tahun ketiga kuliah belum dapat gebetan. Munculah doa paksaan pada Allah SWT, “Ya Allah SWT, jika dia jodohku dekatkanlah”

Sekian waktu berlalu ternyata tidak dekat-dekat. Kalau doa sebelumnya berakhiran tanda titik, kali ini berakhiran tanda seru, “Ya Allah SWT, jika dia bukan jodohku, dekatkanlah!”
 
Lama ditunggu ternyata belum dekat juga, maksa akhirnya yang dilakukan, “Ya Allah SWT, jika dia memang bukan jodoh, jangan jadikan jodohnya dengan siapapun!” Dalam bahasa yang halus, “Jodohku, Aku Maunya Dirimu!”

Sebuah hikmah bagi kita semua, Allah SWT rahasiakan jodoh seseorang. Bayangin saja kalau sudah sejak kecil tahu jodoh kita. Kalau rupawan, bahagialah perasaan. Kalau kurang rupawan? Allah SWT disalah-salahkan. Renungkan saja coba, kalau sudah tahu jodoh kita sedari dini. Dia yang ingusan juga malas mandi. Pastinya merasa tidak beruntung mendapati calon yang demikian. Untungnya, manusia tidak diberi tahu siapa jodohnya sehingga pada berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Allah SWT menyemangati setiap orang bahwa laki-laki baik hanya untuk wanita baik dan sebaliknya. Karena itulah, semua orang memiliki peluang mendapatkan yang terbaik dengan usaha menjadikan dirinya yang terbaik. Bagi laki-laki yang menginginkan pasangan sebagaimana Fatimah, didiklah diri sebagaiman Ali. Jika wanita menginginkan pasangan sebagaimana Muhammad SAW, didiklah diri sebagaiman Khadijah. 

Setiap orang dilahirkan ke dunia dengan jodohnya masing-masing. Allah SWT sengaja, tidak langsung menyatukan keduanya. Mereka ditempat pada keluarga yang berbeda, lingkungan yang tidak sama, dan di belahan tempat yang lain. Allah SWT ingin mendidik dan menyiapkan keduanya sebelum akhirnya dipersatukan. Mereka masing-masing belajar dulu akan arti cinta sejati yaitu penghambaan setulus-tulusnya kepada Sang Pencipta Cinta. Lanjut kemudian belajar cinta dari keluarga dimana dilahirkan dan dibesarkan. Tentunya juga cinta pada sesama melalui sahabat akrab dari keduanya. 

Perjalanan memang berliku sebagaimana kisah Adam dan Hawa yang Allah SWT turunkan ke bumi di belahan yang berbeda. Bukannya Allah SWT benci pada keduanya. Justru Allah SWT ingin mengajarkan arti cinta itu sendiri. Bagaimanapun terpisahnya mereka, akhirnya Allah SWT satukan dalam cinta dan kasih sayang-Nya. Tugas keduanya, kemudian melanggengkan kasih sayang itu kepada anak dan keturuna mereka. Adam dan Hawa bersama-sama mengajarkan hakikat cinta yaitu Cinta Sang Pencipta. Begitu seterusnya membentuk siklus yang tidak pernah putus hingga kita sekarang mengulanginya. Karena itu bukannya, “Jodohku, Maunya Dirimu” tetapi “Jodohku, Pastinya Kita akan Bersatu!”

Salam Bahagia. Salam Berkelimpahan.
Silahkan kontak untuk sharing dan mengundang jadi pembicara.
Follow di twitter @inspirasisegar dan FB Inspiring Man

Monday, May 14, 2012

Waspadai Parit Penyerang Pikiran


“Apa parasit yang paling kuat? Bakteri? Virus? Cacing usus?” tanya Cobb pada Saito dalam sebuah adegan Film Inception. 

“Bukan itu semua, tetapi sebuah ide”, kata Cobb pada Saito. 

Sebuah film menarik di tahun 2010 garapan sutradara Christopher Nolan. Berkisah tetang Cobb dkk yang memiliki keahlian ‘mencuri’ ide pada pikiran seseorang dengan ‘menembus’ alam bawah sadar. Ceritanya bertambah menarik dengan kehadiran Saito, seorang pengusaha Jepang yang memiliki saingan bisnis dari keluarga Fisher. Dia ingin agar Cobb dkk, melakukan hal lebih pada Fisher yaitu ‘mengekstrak’ ide pada pikiran Fisher agar tidak melanjutkan bisnis ayahnya. Dengan itu, Saito bisa melanggengkan bisnisnya. 

Sesuatu yang dilematis bagi Cobb yang diperankan Leonardo DiCaprio karena apa yang akan dilakukan mengingatkannya pada si isteri yang telah lama meninggal. Kematian isterinya masih menyisakan perasaan bersalah, bahkan dia juga menghadapi tuduhan bahwa Cobb penyebab bunuh diri si isteri. Penyebabnya tidak lain karena seringnya si isteri diajak menyelami bawah sadar sampai-sampai isterinya Cobb justru menganggap ‘mimpinya’ sebagai realitas. Itu juga karena Cobb ‘menanamkan’ ide pada isterinya bahwa dengan ‘lari’ ke dalam dunia bawah sadar, dia tidak akan merasakan sakit sebagaimana dunia realitas. ide yang diamini si isteri sehingga memilih untuk ‘lari’ dari kenyataan dan memutuskan bunuh diri untuk membuktikan ide yang diyakininya.

Bagaimana kisah Cobb dkk? Bagaimana pula dengan Saito? Temukan jawabannya dengan menonton filmnya langsung. Dalam kesempatan kali ini, saya fokuskan untuk mengupas tentang ‘Kekuatan Ide’ bukan membahas tentang film. 

Setiap orang lahir dengan keadaan fitrahnya. Potensi luar biasa yang dikarunikan Allah SWT sebagai konsekuensi tugas mulia yaitu hamba sekaligus pemimpin yang diamanahi bumi ini. Dalam bahasa motivasi bisa dikatakan bahwa setiap orang lahir dengan kesuksesannya masing-masing, tugas manusialah menemukan kesuksesan tersebut. Jika memang kenyataannya ada sebagian orang yang dilahirkan dalam lingkungan biasa-biasa, Allah SWT menegaskan bahwa apa yang dialaminya bisa untuk diubah. Segala kenyataan latar belakang tidak menjadikan ketiadaan kesempatan seseorang untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan. Syaratnya, manusia sendiri harus mengusahakan untuk mengubah nasibnya karena Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri. 

Janji Allah SWT yang pastinya terwujud menjadi kenyataan bagi siapa saja yang meyakininya. Sayangnya, bukan janji Allah SWT yang seseorang dapati pertama kalinya tetapi ucapan-ucapan manusia yang tidak lepas dari latar belakangnya masing-masing. Mereka yang besar di lingkungan miskin, sering mendapat wejangan untuk hidup apa adanya, tidak perlu bermimpi tinggi, bahkan dikatakan kalau penyebab kejahatan adalah uang. Ide yang coba ‘diekstrak’ ke dalam pikiran para kaum papa. Akibatnya, bukannya mental keras berusaha yang muncul tetapi mental ketergantungan, menyalahkan keadaan, dan mental orang-orang kalah yang berkembang. Berapa banyak ide yang melemahkan semangat ‘diekstrak’ oleh lingkungan? Lebih parah lagi jika ide tidak konstruktif dari lingkungan diamini dan ditularkan turun temurun.

Apakah yang akan terjadi jika seorang anak dikatakan bodoh oleh gurunya? Dikatakan bandel oleh orangtuanya? Dikatakan nakal oleh temen-temennya? Ide yang bisa menjadi ‘parasit’ dalam pikiran si anak sehingga dia meyakini bahwa dirinya orang yang tidak mampu, tidak berguna, selalu salah. Karena si anak merasa tidak ada yang percaya kalau dirinya baik, pintar, berpotensi maka berbuatlah dia sebagaimana apa yang dikatakan orang-orang. Dia yang enggan tidak mau belajar, suka membuat ulah, dan mengembangkan perilaku-perilaku kenakalan lainnya. Cermatlah memilih kata-kata karena itu akan menjadi ide dan ide jika menyebar cepat dan jika sudah berkembang akan bertahan lama. 

Dampak dari ‘ide’ yang ‘diekstrakkan’ tidak hanya berdampak bagi individu tetapi juga sebuah komunitas bahkan Negara. Lihat saja negeri ini yang luas lautnya melebihi daratan tetapi penjajah mewarisi ide bahwa Indoensia adalah Negara agraris (pertanian). Dampaknya, sekian puluh tahun merdeka baru decade terakhir ada kementerian kelautan. Sejarah mencatat armada laut hebat imperium yang tersebar di jazirah negeri ini. Penjajah mencoba untuk menghilangkan memori itu. Jadilah negeri ini, diinjak-injak kedaulatan lautnya. Pencurian ikan, kasus yang sudah lama menjadi berita. 

Belum lagi dikatakan bahwa Indonesia dijajah Belanda 250 tahun (2,5 abad). Apa ide yang coba untuk ‘diekstrak’ pada generasi negeri ini? Tidak lain adalah keyakinan bahwa negeri ini hanyalah orang-orang lemah, pinggiran, bekas jajahan, bodoh, dan tertinggal. Payahnya lagi, itu yang ditulis dalam buku-buku sejarah dan diajarkan di seluruh sekolah. Bukankah yang lebih tepat adalah bahwa negeri ini melakukan perjuangan heroik lebih dari 2,5 abad? Tiada pernah berhenti. Tiada pernah mengatakan kalah. Penjajah dibuatnya menyerah. Jika hal demikian yang diajarkan, tentunya gambaran tentang negeri ini adalah negeri dengan berlimpah pahlawan, perjuangan kemenangan, dan kesatria hebat. Sayangnya bukan itu yang ‘di-inception-kan’ pada penduduk negeri itu.

“Ide bersifat kuat dan cepat menyebar, saat semua ide telah tertanam di otak, hampir tak mungkin menghapusnya, dan ide itu terbentuk utuh, dapat dimengerti, dan melekat di otak”, itulah tegas Cobb untuk meyakinkan Saito. Apakah yang ada di pikiran anda selama ini? Barangkali itulah penyebabnya ada sebagaimana sekarang. Jika anda sudah baik, sepertinya tidak menjadi masalah. Bagaimana kalau belum menjadi orang hebat? Periksalah ide yang menjadi parasit di kepala anda.

Salam Bahagia. Salam Berkelimpahan.
Silahkan kontak untuk sharing dan mengundang jadi pembicara.
Follow di twitter @inspirasisegar dan FB Inspiring Man

Tuesday, May 8, 2012

Berjodoh Dalam Doa

MELAYANI PERMINTAAN untuk acara TRAINING PENGEMBANGAN DIRI, motivasi, BEDAH BUKU, & seminar. Hub.085 737 578 678 (Pimen)
“Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulangi permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan”, demikian pesan ulama besar Ibnu ‘Athaillah. Senang sekali mengaji dengan beliau. Kalimat-kalimatnya sederhana tetapi mendalam sekali maknanya. 

“Allah SWT menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri”, lanjut beliau. Semakin menyejukkan dan menyenangkan. Pertemuan dengan majelis Ibnu ‘Athaillah yang dibantu ustadz Imam Sibawaih El Hansany itu rasanya ingin saya ulangi dan terus ulangi. 

“Dia mengabulkan pada saat yang Dia kehendaki bukan pada waktu yang engkau ingini”, begitulah akhir pesan beliau. 

Pahamlah saya bahwa sesungguhnya semua doa itu Dikabulkan Allah SWT. Hanya perihal bentuk dan waktu pengabulannya yang bervariasi. Dia yang paling tahu kebutuhan manusia karena itu, Dia berikan apa yang manusia butuhkan bukan apa yang manusia inginkan. Bisa jadi apa yang manusia terima berbeda dengan apa yang manusia minta. Allah SWT ganti apa yang manusia minta dengan yang tepat sesuai kebutuhan manusia. Dia Maha Tahu kapan manusia benar-benar membutuhkan karena itulah, Dia kabulkan sesuai dengan waktu yang Dia kehendaki bukan waktu yang manusia ingini. Bisa jadi apa yang manusia terima sekarang adalah pengabulan doa di masa yang lalu. Sangat mungkin doa yang manusia panjatkan sekarang, Allah SWT kabulkan di masa depan. Biarlah Allah SWT berikan pada waktu yang tepat.

Tentunya ingat dengan analogi seorang anak yang sedang pilek lalu minta dibelikan es sama ibunya. Sebagai ibu yang baik, dia tentunya paham betul dengan kondisi berusaha memenuhi permintaan anaknya. Ibu yang bijak setidaknya memiliki tiga alternatif menjawab permintaan si anak. Pertama, si ibu yang memahami bahwa si anak sudah cukup sehat dan tidak masalah jika minum es maka dibelikanlah es. Kedua, si ibu memahai bahwa anaknya masih anak bermasalah jika minum es maka si ibu memberikan alternative minuman lain yang menyehatkan (susu, jahe dst). Bisa juga dengan alternatif ketiga, dia penuhi permintaan si anak tetapi waktunya tidaklah seketika itu yaitu nanti kalau sudah sembuh. Begitulah gambaran memudahkan kepemahaman kita, perihal apa yang kita mohonkan dan bentuk pengabulan. 

Jika memang semua doa dikabulkan lalu apa buktinya? Sampai sekarang belum juga saya mendapatkan. Jawabannya adalah bisa jadi dikabulkan dalam bentuk yang lain dan bisa pula ditunda waktunya sampai waktu yang tepat. Perihal waktu, hanya Allah SWT yang tahu. Latihan untuk merenungkan apa-apa yang didapatkan dalam kehidupan menjadi kunci untuk melatih kepekaan. Menyeimbangkan antara meminta dengan berterima kasih atas apa-apa yang diterima. 

Berterima kasih sudah bahkan banyak juga berbagi pada banyak orang sebagai wujud terima kasih. Sepertinya memang belum juga dikabulkan, bagaimana kalau demikian? Sebuah diskusi menarik yang selayaknya memunculkan banyak pencerhan. Walau demikian, ada satu hal yang terkadang luput diperhatikan saat berdoa yaitu memahami isi doa. Hal tersebut terkait dengan apa yang diucapkan dengan suara batin yang menginginkan. 

Beberapa hal menarik berikut bisa dijadikan pelajaran. 

Pertama, seorang mahasiswa yang mendaptkan IPK 3,05 (tiga koma nol lima atau tiga koma lima). Suatu ketika saya tanya apakah yang dia dapatkan sesuai doa yang dipanjatkan. Ada dua orang dan mereka mengatakan bahwa IPK yang didapatkan tidak sesuai dengan yang selama ini dia mohonkan. Lalu saya tanya sebenarnya berapa yang mereka inginkan. Mereka menjawab, “Tiga koma lima”. Saya katakan, “Bukankah itu sudah sesuai dengan yang kalian dapatkan”. Mereka masih belum paham dan mengatakan bahwa yang mereka maksudkan adalah 3,50 bukan 3,05. Lalu saya katakan kepada kepada mereka, “Manakah tiga koma lima apakah 3,05 atau 3,50?” Ternyata masih kukuh kalau “tiga koma lima itu 3,50”. Sahabat semua, jika 3,12 kita katakan tiga koma dua belas maka 3,49 dikatakan tiga koma empat sembilan. 

Bukankah tiga koma lima itu berarti 3,05 dan jika menginginkan 3,50 maka menyebutnya paling tepat adalah tiga koma lima puluh? Jadi, perlulah kiranya memahami betul apa yang diminta. Kehendak hati dengan apa yang diucapkan. 

Kedua, berapa banyak seseorang menikah dengan tetangga satu daerah? Ada juga satu organisasi? Teman kuliah? Satu kantor? Kalau sudah jodoh memang tidak bisa ditolak. Permasalahan muncul saat mencari atau menentukan pasangan hidup tepatnya bagi mereka yang sudah lama dalam pencarian dan mengeluhkan belum bertemu dengan jodoh yang tepat. Menjadi lebih bermasalah lagi jika menyalahkan Allah SWT, lebih-lebih berputus asa. Keluhan tidak cocoklah. Inginnya bukan satu daerah. Belum menemukan yang cocok. Banyak lagi kalau dipaparkan.

Hal mendasar bisa dirunut dari doa yang selama ini dipanjatkan. Ada orang-orang yang berdoa, “Ya Allah, dekatkanlah jodohku; Ya Rabb, pertemukanlah dengan jodohku”. Mungkin masih banyak lagi bentuk permohonannya. Mari cermati satu per satu. Benarkah doa yang dipanjatkan tersebut belum terkabulkan? Mungkinkah jika sebenarnya Allah SWT sudah mempertemukan dengan orang yang cocok tetapi dianya yang berdoa yang tidak peka? Karena ketidakpekaan tersebut, dia tidak mendapati seseorang yang dipertemukan dengannya. Jika memang memohon untuk didekatkan jodohnya, mengapa menolah jika dipasangkan dengan orang satu daerah? Bukankah itu sudah didekatkan (dekat jaraknya)? Jika mendapatkan pasangan satu organisasi, satu aktifitas, satu kantor pastinya doa yang dipanjatkan adalah memohon agar didekatkan. Itulah pengabulan didekatkan jodohnya. 

Lebih bijak memang memahami apa yang pinta, menyelaraskan dengan suara hati, dan mengucapkan doa sesuai dengannya. Jangan cukup hanya dipertemukan atau didekatkan, tambahi dipahamkan, diberikan tandanya, disatukan, dilanggengkan dst. 

“Istirahatkan dirimu dari ikut mengatur urusanmu, sebab apa yang telah diurus untukmu oleh selainmu tak perlu lagi kau turut mengurusnya”, pesan penutup Ibnu ‘Athaillah yang tidak kalah inspiratifnya. Pasrahkan total segala amal. Senantiasa berprasangka baik pada Allah SWT. Good luck!

Salam Bahagia. Salam Berkelimpahan.
Silahkan kontak untuk sharing dan mengundang jadi pembicara.
Follow di twitter @inspirasisegar dan FB Inspiring Man

Saturday, May 5, 2012

Percayalah, Anda Begitu Spesial!


“Po, kurasa ini saatnya aku mengatakan sesuatu yang seharusnya sejak dulu”, begitulah Ayah Bangau berkata kepada Po, panda anaknya yang subur itu.

“Oke”, sahut Po. Sudah lama sebenarnya dia bertanya-tanya. Bahkan dia, terkadang masih merasa berada di tempat yang salah. Dia ragu bahwa Ayah Bangau adalah bapaknya. Bukan karena bentuk tubuhnya yang berbeda tetapi karena bapaknya hanya seorang penjual mie.

“Akan aku katakan bahan rahasia supku”, lanjut Ayah Bangau.

“Oooo…”, pikir Po, Ayah Bangau akan menceritakan asal-usulnya. Berharap Ayah Bangau berkata kalau Po bukan anaknya. Ingin agar dikatakan bahwa ayahnya yang sejati adalah orang hebat bukan penjual mie. Namun, ternyata Ayah Bangun ingin bercerita tentang rahasia sup mie yang terkenal lezat juga laris manis itu.

“Bahan rahasianya adalah tidak ada”, tegas Ayah Bangau. “TIDAK ADA BAHAN RAHASIA!” sekali lagi Ayah Bangau mengatakan pada Po. 

“Maksud ayah, itu hanya mie biasa?” Po keheranan.  “Ayah tidak menambahkan spesial atau apapun?” ulangnya untuk memastikan.

“Tidak perlu”, kata Ayah Bangau. “Untuk membuat sup spesial KAMU HANYA PERLU BAHWA DIA SPESIAL”, tegas Ayah Bangau.
 
Perkataan terakhir dari Ayah Bangau itulah menghentak kesadaran Po. Dibukanya kitab hebat yang ada di tangannya. Tidak ada tulisan. Dia hanya mendapati banyangannya sendiri. Kitab yang dikatakan hebat tetapi justru tidak ada tulisannya. Isi kitab yang lama dia pikirkan sampai nyaris pesimis karena belum ketemu juga. Sadarlah dia bahwa kitab hebat itu ingin mengatakan, “Untuk menjadi hebat, seseorang perlu meyakini dulu bahwa dirinya hebat!” Karena tanpa keyakinan dalam diri, sehebat apapun senjata maka tiada akan berguna. 

Dari film Kungfu Panda I, saya belajar banyak hal. Perlu berulang kali melihatnya memang sampai saya mendapatkan banyak pencerahan. Tidak sedikit orang seperti Po dalam film Kungfu Panda. Merasa berada di tempat yang salah. Setidaknya mereka berandai-andai menjalani kehidupan sebagaimana yang orang lain pandang lebih makmur, pandai, beruntung dst. Pikiran dan perhatiannya mengarah ke luar dank ke luar. Bukan menghayati dan mensyukuri apa yang sudah di dapatkan tetapi malah terus meratapi yang belum di dapatkan. Tidak memberikan perhatian pada apa-apa yang menjadi potensi dan kelebihan tetapi justru mebesar-besarkan kekurangan dan kelemahan. 

Menerima hidup ini sebagai sebuah anugerah tentunya akan lebih menjadi hidup bersemangat. Energi positif yang kemudian mendatangkan banyak keajaiban dalam kehidupan. Siapa yang menganggap hidup sebagai korban tentunya penyesalan dan hal-hal yang tidak menyenangkan yang justru dirasakan. 

Berapa banyak orang sebagaimana Po pada awalnya. Dimana dia sekonyong-konyong ditetapkan sebagai “Dragon Warrior” (ketua panitia, ketua organisasi, dan berbagai amanah lainnya). Tokoh hebat yang dinanti-nanti. Legenda turun temurun yang nantinya diprediksi akan muncul dan membawa kemakmuran juga kedamaian. Sedangkan si Po sendiri tidak percaya itu semua. Ada yang meragukan kemampuannya memang. Walaupun memang banyak juga yang mendukung dan meyakinkan bahwa Po memiliki potensi dan pastinya dia bisa mewujudkan itu semua. 

Tidak percaya diri untuk awalnya memang sebuah kewajaran. Sebuah penyesuaian. Belajar dari Po. Ketika dia yakin dan telah memenangkan dirinya maka banyak kemudahan dan hal ajaib yang ditemukan. Itulah kunci untuk membuka gembok-gembok keterbatasan dalam diri. Hal sederhana tetapi menimbulkan dampak luar biasa. 

Andakah yang akan menjadi Dragon Warrior berikutnya? Andalah legenda hidup berikutnya! Hanya perlu yakin anda luar biasa. MASTER from minder!

Silahkan kontak untuk sharing dan mengundang jadi pembicara.
Follow di twitter @inspirasisegar dan FB Inspiring Man

Tuesday, May 1, 2012

Menulis! Menyejarahlah!


“Menulislah, maka engkau akan menyejarah”, itulah kalimat powerfull yang mendongkrak motivasi saya untuk berkarya dalam dunia kepenulisan.  Pesan mendalam dari guru saya, dulu saat belajar menulis. Bayangkan saja kalau ditanya begini, “Apa yang membedakan antara zaman purba dengan zaman sejarah?” Pastinya pada tahu semua bahwa zaman sejarah dimulai seiring manusia mengenal tulisan. Seolah guru saya ingin mengatakan, “Segeralah beranjak dari masa purbamu, segeralah menulis, karena dengan tulisan, zaman sejarah manusia diawali”. Benar-benar pandai guru saya membakar semangat para muridnya. 

Kalimat lain dan punya daya hipnotis adalah apa yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer, Dalam sebuah karyanya, beliau menuliskan, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.  Memang demikian adanya, banyak tokoh-tokoh yang mereka masih ‘hidup’ sampai sekarang melalui tulisan-tulisannya. Ide, gagasan, pemikiran, pandangannya abadi sampai sekarang bahkan menjadi ideologi dan ajaran. Pahamlah saya mengapa Ibnu Hajar Atsqolani begitu bersemangat untuk menulis walaupun sebenarnya sudah terlalu ‘terlambat’ dari hitungan usia. Itulah cara yang beliau pilih untuk mengabadi. Baik mengabadikan ilmu maupun mengabadikan amal. Kitab Fathul Bari beliau membuat saya geleng-geleng karena saat dijejer di rak buku, panjangnya satu depa, nyaris dua meter. Membuat tertantang untuk menuliskan? Sudah berapa lembar menulisnya?

Sebuah semangat lain yang menarik adalah ditetapkannya R.A Kartini sebagai pahlawan emansipasi wanita. Padahal, banyak pahlawan yang heroik bertempur di medan perang melawan kolonialisme. Tidak sedikit wanita yang berjuang melalui bidang pendidikan dengan membuat sekolah. Apa yang menjadikan R.A Kartini terabadikan sebagai pejuang emansipasi wanita? Jawabannya, karena pemikiran-pemikiran Kartini yang menjawabnya. Buah pikiran yang tertuangkan dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Lagi-lagi menguatkan semangat untuk menulis. Ingin memperjuangkan emansipasi wanita? Abadikanlah ide dan buah karya dalam tulisan. 

Kupasan tentang semangat menulis ini mengingatkan saya pada sebulan terakhir. Biasanya dalam sebulan bisa menerbitkan beberapa artikel baik di FB, blog juga website dimana saya jadi kontributor tulisan. “Menulis sih memang menulis”, tetapi proposal riset yang ditulis bahkan sampai ada 3 proposal. Menulis presentasi mata kuliah. Cukup banyak kalau presentasi karena sempat jadi dosen untuk mata kuliah psikologi di sebuah kampus. Tulisan lain adalan presentasi seminar, training, dan bedah buku. Hampir setiap pekan sebagai seorang trainer dan penulis sudah selayaknya mendedikasikan diri siap panggil untuk berbagi. Di kampus Undip sempat berbagi di Fisip, RNB, Racana Diponegoro, workshop psikoterapi, workshop menulis; di Unair dipanelkan dengan dua Guru Besar, mengupas tentang pendidikan berkualitas; jadi tamu sebuah stasiun TV di Kota Semarang, Live membedah tema “Remaja Inspiratif”; ada kegiatan menyeleksi para calon penerima beasiswa dst. Hal minimal yang dilakukan dalam menulis akhirnya hanya tweet di @inspirasisegar dan status di FB Inspiring Man. Seolah ada yang hilang dalam diri jika biasanya menulis lalu berhenti. Ibaratkan aliran sumber mata air yang membentuk sungai dan sungai itu terbendung. Genangan airnya menjadi kurang jernih dan cara menjernihkan adalah dengan membuka bendungan, mengalirkan sebagaimana biasanya. Begitulah pikiran dan menulis. 

Satu lagi, ada sebuah Surat dalam Al Qur’an yang sangat menarik untuk di renungkan. Nama ayat itu adalah Al Qalam. Dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan Surat Pena. Tahukah makhluk yang Allah SWT ciptakan pertama kali? Jelas bukan manusia. Makhluk yang pertama kali Allah SWT ciptakan adalah Qalam. Lalu Allah SWT perintahkan Qalam itu untuk menuliskan takdir-takdir yang Allah SWT tetapkan. Dari hal itu, semangat bagi kita untuk menuliskan ‘takdir’ kita di masa depan dengan menulis. “Tulis apa yang akan anda kerjakan dan kerjakan apa yang anda tulis,” begitulah pesan bijak yang familiar kita dengar. 

Salam Bahagia. Salam Berkelimpahan.
Silahkan kontak untuk sharing dan mengundang jadi pembicara.
Follow di twitter @inspirasisegar dan FB Inspiring Man
This entry was posted in