Monday, May 14, 2012

Waspadai Parit Penyerang Pikiran


“Apa parasit yang paling kuat? Bakteri? Virus? Cacing usus?” tanya Cobb pada Saito dalam sebuah adegan Film Inception. 

“Bukan itu semua, tetapi sebuah ide”, kata Cobb pada Saito. 

Sebuah film menarik di tahun 2010 garapan sutradara Christopher Nolan. Berkisah tetang Cobb dkk yang memiliki keahlian ‘mencuri’ ide pada pikiran seseorang dengan ‘menembus’ alam bawah sadar. Ceritanya bertambah menarik dengan kehadiran Saito, seorang pengusaha Jepang yang memiliki saingan bisnis dari keluarga Fisher. Dia ingin agar Cobb dkk, melakukan hal lebih pada Fisher yaitu ‘mengekstrak’ ide pada pikiran Fisher agar tidak melanjutkan bisnis ayahnya. Dengan itu, Saito bisa melanggengkan bisnisnya. 

Sesuatu yang dilematis bagi Cobb yang diperankan Leonardo DiCaprio karena apa yang akan dilakukan mengingatkannya pada si isteri yang telah lama meninggal. Kematian isterinya masih menyisakan perasaan bersalah, bahkan dia juga menghadapi tuduhan bahwa Cobb penyebab bunuh diri si isteri. Penyebabnya tidak lain karena seringnya si isteri diajak menyelami bawah sadar sampai-sampai isterinya Cobb justru menganggap ‘mimpinya’ sebagai realitas. Itu juga karena Cobb ‘menanamkan’ ide pada isterinya bahwa dengan ‘lari’ ke dalam dunia bawah sadar, dia tidak akan merasakan sakit sebagaimana dunia realitas. ide yang diamini si isteri sehingga memilih untuk ‘lari’ dari kenyataan dan memutuskan bunuh diri untuk membuktikan ide yang diyakininya.

Bagaimana kisah Cobb dkk? Bagaimana pula dengan Saito? Temukan jawabannya dengan menonton filmnya langsung. Dalam kesempatan kali ini, saya fokuskan untuk mengupas tentang ‘Kekuatan Ide’ bukan membahas tentang film. 

Setiap orang lahir dengan keadaan fitrahnya. Potensi luar biasa yang dikarunikan Allah SWT sebagai konsekuensi tugas mulia yaitu hamba sekaligus pemimpin yang diamanahi bumi ini. Dalam bahasa motivasi bisa dikatakan bahwa setiap orang lahir dengan kesuksesannya masing-masing, tugas manusialah menemukan kesuksesan tersebut. Jika memang kenyataannya ada sebagian orang yang dilahirkan dalam lingkungan biasa-biasa, Allah SWT menegaskan bahwa apa yang dialaminya bisa untuk diubah. Segala kenyataan latar belakang tidak menjadikan ketiadaan kesempatan seseorang untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan. Syaratnya, manusia sendiri harus mengusahakan untuk mengubah nasibnya karena Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri. 

Janji Allah SWT yang pastinya terwujud menjadi kenyataan bagi siapa saja yang meyakininya. Sayangnya, bukan janji Allah SWT yang seseorang dapati pertama kalinya tetapi ucapan-ucapan manusia yang tidak lepas dari latar belakangnya masing-masing. Mereka yang besar di lingkungan miskin, sering mendapat wejangan untuk hidup apa adanya, tidak perlu bermimpi tinggi, bahkan dikatakan kalau penyebab kejahatan adalah uang. Ide yang coba ‘diekstrak’ ke dalam pikiran para kaum papa. Akibatnya, bukannya mental keras berusaha yang muncul tetapi mental ketergantungan, menyalahkan keadaan, dan mental orang-orang kalah yang berkembang. Berapa banyak ide yang melemahkan semangat ‘diekstrak’ oleh lingkungan? Lebih parah lagi jika ide tidak konstruktif dari lingkungan diamini dan ditularkan turun temurun.

Apakah yang akan terjadi jika seorang anak dikatakan bodoh oleh gurunya? Dikatakan bandel oleh orangtuanya? Dikatakan nakal oleh temen-temennya? Ide yang bisa menjadi ‘parasit’ dalam pikiran si anak sehingga dia meyakini bahwa dirinya orang yang tidak mampu, tidak berguna, selalu salah. Karena si anak merasa tidak ada yang percaya kalau dirinya baik, pintar, berpotensi maka berbuatlah dia sebagaimana apa yang dikatakan orang-orang. Dia yang enggan tidak mau belajar, suka membuat ulah, dan mengembangkan perilaku-perilaku kenakalan lainnya. Cermatlah memilih kata-kata karena itu akan menjadi ide dan ide jika menyebar cepat dan jika sudah berkembang akan bertahan lama. 

Dampak dari ‘ide’ yang ‘diekstrakkan’ tidak hanya berdampak bagi individu tetapi juga sebuah komunitas bahkan Negara. Lihat saja negeri ini yang luas lautnya melebihi daratan tetapi penjajah mewarisi ide bahwa Indoensia adalah Negara agraris (pertanian). Dampaknya, sekian puluh tahun merdeka baru decade terakhir ada kementerian kelautan. Sejarah mencatat armada laut hebat imperium yang tersebar di jazirah negeri ini. Penjajah mencoba untuk menghilangkan memori itu. Jadilah negeri ini, diinjak-injak kedaulatan lautnya. Pencurian ikan, kasus yang sudah lama menjadi berita. 

Belum lagi dikatakan bahwa Indonesia dijajah Belanda 250 tahun (2,5 abad). Apa ide yang coba untuk ‘diekstrak’ pada generasi negeri ini? Tidak lain adalah keyakinan bahwa negeri ini hanyalah orang-orang lemah, pinggiran, bekas jajahan, bodoh, dan tertinggal. Payahnya lagi, itu yang ditulis dalam buku-buku sejarah dan diajarkan di seluruh sekolah. Bukankah yang lebih tepat adalah bahwa negeri ini melakukan perjuangan heroik lebih dari 2,5 abad? Tiada pernah berhenti. Tiada pernah mengatakan kalah. Penjajah dibuatnya menyerah. Jika hal demikian yang diajarkan, tentunya gambaran tentang negeri ini adalah negeri dengan berlimpah pahlawan, perjuangan kemenangan, dan kesatria hebat. Sayangnya bukan itu yang ‘di-inception-kan’ pada penduduk negeri itu.

“Ide bersifat kuat dan cepat menyebar, saat semua ide telah tertanam di otak, hampir tak mungkin menghapusnya, dan ide itu terbentuk utuh, dapat dimengerti, dan melekat di otak”, itulah tegas Cobb untuk meyakinkan Saito. Apakah yang ada di pikiran anda selama ini? Barangkali itulah penyebabnya ada sebagaimana sekarang. Jika anda sudah baik, sepertinya tidak menjadi masalah. Bagaimana kalau belum menjadi orang hebat? Periksalah ide yang menjadi parasit di kepala anda.

Salam Bahagia. Salam Berkelimpahan.
Silahkan kontak untuk sharing dan mengundang jadi pembicara.
Follow di twitter @inspirasisegar dan FB Inspiring Man

0 komentar:

Post a Comment