Sunday, October 12, 2014

Al Farisi yang Menginspirasi

“Hai, engkau, kemarilah! Bawakan barang daganganku ini kekedai di seberang jalan sana”,pinta seorang pedagang dari Syam kepada laki-laki berbajulusuh yang dilihatnya.

Bungkusanberat berupa barang dagangan pedagang tersebut pun diangkat ke punggungkeledai. Saat laki-laki berpakaian lusuh tersebut berjalan, orang-orang yangmelihat pun berkata padanya, “Wahai amir,biarlah saya yang mengangkatnya”

Pedagangdari Syam tersebut pun keheranan karena laki-laki berpakaian lusuh yangdianggapnya seorang kuli panggul tetapi dipanggil sebagai amir. “Siapa dia? Mengapa engkau memanggilnyaamir?”, tanyanya.

Orang-orangpun menjawab, “Wahai tuan, tidak tahukahengkau bahwa dia adalah amir negeri Madain (Persia)”.

Betapaterperanjatnya pedagang tersebut. Ternyata laki-laki yang dianggapnya sebagaikuli panggul adalah seorang pembesar di wilayah tersebut. “Letakkan barang-barang itu wahai tuan. Biarkan saya sendiri yangmengangkatnya”.

Sembaritersenyum tanpa menampakkan kemarahan laki-laki berpakaian lusuh tersebutmenjawab, “Aku sudah menyanggupinya danaku akan melaksanakannya”.

Siapakahlaki-laki berpakaian lusuh tersebut?

Tidaklain, dia adalah Salman al Farisi. Dulu, dia pergi dari wilayah Persia untukmenemukan nabi akhir zaman hingga akhirnya bertemu di Madina dan mengucapkandua kalimat syahadat. Seluruh hidupnya, dia dedikasikan untuk Islam termasukide cemerlang membuat parit ketika kaum muslimin di Madinah menghadapi kepungantentara koalisi kaum kafir Qurays dan suku-suku jahiliyah di Arab. Di saat yangdemikian, Salman mengajukan usul untuk membuat parit hingga dikenalah perangyang berlangsung disebut perang Khandaq (parit). Dalam proses penggalian parit,ada batu besar yang sulit untuk dipecahkan hingga nabi sendiri yang turuntangan. Tiga kali nabi memukulkan ke tanah keras, tiga kali pula bertakbir, dannabi mengabarkan bahwa kaum muslimin akan menaklukkan Persia, Romawi, dan Syiria. Akhir dari pertempuran khandaqdimenangkan oleh kaum muslimin dan Salman al Farisi membuktikan sendiri bahwaPersia akhirnya juga ditaklukan. Bahkan, dirinya diangkat oleh Umar bin Khatab(khalifah) waktu itu menjadi gubernur di sana.

Kedudukannyasebagai seorang gubernur tidaklah mengubah hidupnya dari yang sederhana menjadibermewah-mewah. Justru keimanan dan ketaqwaannya bertambah-tambah. Kebutuhansehari-hari dipenuhi Salman dari menganyam tikar. Setiap hari, Salmanmendapatkan uang 3 dinar; 1 dinar buatnya sebagai modal, 1 dinar diberikanuntuk keluarga, dan 1 dinar disedekahkan. Begitulah kesederhanaan seorangSalman al Farisi.

KarakterSalman al Farisi ditempa oleh Islam. Beliau bertemu langsung dengan RasulullahSAW, mengikuti setiap perintah beliau, dan meneladani para sahabat nabi yanglain. Bahkan Salman, mengutamakan saudara seiman atas dirinya sendiri.

Suatukali, Salman al Farisi mendatangi rumah seorang gadis dari Bani Laits bersama Abu Darda untuk melamar gadistersebut. Salman al Farisi yang memiliki maksud, Abu Darda yang menjadi jurubicara untuk menyampaikan maksud. Namun, justru gadis yang hendak dilamar dankeluarganya lebih memilih Abu Darda. Dengan penuh kebahagiaan, Salmanmenyerahkan barang yang sudah disiapkannya untuk melamar gadis itu kepada AbuDarda. Jadilah Abu Darda yang menikah dengan gadis tersebut.

Dari Salman al Farisi,kita bisa belajar tentang keteladanan kepemimpinan dan kesederhanaan. Seseorangyang bisa mengutamakan kepentingan saudaranya dan rakyatnya akan mudah untukmenjadi pemimpin yang baik dan bijaksana. Bukan pujian dan penghargaan darimanusia yang diharapkannya tetapi ridho dari Allah SWT dan semangat meneladaninabinya.