Saturday, August 9, 2014

Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan

Menjadi orangtua dari anak yang sholih/sholiha dan menyenangkan merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Allah SWT mempercayakan bayi yang lahir dengan fitrahnya dan segala potensinya pada para orangtua. Arah perkembangan fitrah apakah pada kebaikan atau pada kejahatan dipengaruhi oleh orangtua. Dalam ilmu biologi dikenal bahwa setiap bayi lahir dengan potensi genetik yang diturunkan dari kedua orangtuanya. Potensi genetik akan aktif dan aktual ditentukan oleh lingkungannya. Tentu kita juga mengenal istilah ada faktor genetis, bawaan, dan lingkungan. Faktor genetis terkait kombinasi kromosom dari orangtua, faktor lingkungan dipahami sebagai lingkungan dimana individu berinteraksi (keluarga, teman, sekolah, masyarakat), dan faktor bawaan mengarah pada keadaan selama dalam kandungan. Dengan memahami hal demikian, saat-saat anak masih dalam kandungan merupakan saat yang penting juga untuk diperhatikan.
Masyarakat kita dengan kearifan lokalnya memberikan perhatian penting masa kehamilan melalui “pranata sosial” yang turun temurun. Ada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada usia tertentu saat kehamilan. Ada pula pantangan-pantangan yang dipesankan bagi para ibu hamil untuk tidak boleh dilakukan. Istilah yang umum digunakan seperti “pamali, saru” dsb. Pamali jika seorang wanita membunuh binatang, ada juga pesan pada suami agar mengabulkan permintaan istrinya yang sedang hamil jika ngidamDalam tinjauan ilmiah, emosi seorang ibu turut berpengaruh terhadap janin yang di kandungnya. Ibu dan janin terhubung oleh plasenta, aliran darah dan hormone serta sari makanan tersalurkan pada janin dari ibu. Emosi baik positif maupun negatif akan mempengaruhi hormon yang diproduksi tubuh ibu dan selanjutnya tersalurkan juga pada janin. Dengan demikian, penting peranan suami memberikan support bagi istri. Maha Besar Allah SWT yang juga menambahkan kasih sayang dan cinta seorang suami pada istrinya saat istrinya hamil. Maha Besar Allah SWT yang menganugerahkan sesuatu yang tidak diberikan pada laki-laki, dua diantaranya adalah mengandung dan melahirkan.
Ada sebuah penelitian yang menarik tentang hal yang bisa dilakukan saat kehamilan. Penelitiannya melibatkan sejumlah ibu. Mereka diminta untuk memperdengarkan kisah dengan tape recorder pada janin selama sekian waktu. Saat sudah lahir para ibu diminta untuk memutarakan kembali kisah tersebut. Para bayi menunjukkan ketertarikan dan seolah-oleh mereka tidak asing dengan atas kisah yang diperdengarkan saat dalam kandungan dan tidak memberikan perhatian saat diputarkan kisah yang lain. Hal tersebut bisa dijelaskan bahwa fungsi pendengaran seseorang sudah aktif sejak dalam kandungan. Perkembangan otak berupa jaringan-jaringan neuron juga terjadi dengan adanya stimulasi yang diterima dari luar. Di dalam Al Qur’an, kita mendapati keterangan bahwa Allah SWT menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati. Allah SWT sebutkan pendengaran sebelum penglihatan yang menunjukkan adanya hikmah bahwa fungsi pendengaran telah aktif terlebih dahulu sebelum penglihatan. Hal tersebut sekaligus menjadi dasar argumentasi bahwa stimulasi sudah bisa diberikan sejak anak dalam kandungan.
Aktifitas-aktifitas dalam memberikan stimulasi bisa dilakukan secara bersama-sama ayah dan ibu. Seorang ayah membacakan cerita atau bertilawah sedangkan ibu menyimak sembari mengelus perutnya untuk berkomunikasi dengan anak yang ada dalam kandungan. Mengajak berkomunikasi dalam bentuk menyapa, mengajak bicara pada janin akan mendekatkan ikatan emosional pada ayah dan ibu. Dalam ilmu psikologi, ada istilah kelekatan yang menjadi hal penting dalam menentukan perkembangan anak (kecerdasan, rasa aman, prestasi, kemampuan sosial dst).
Semoga kita menjadi orangtua yang dikaruniai anugerah anak-anak yang sholih/sholihah, menjadi penyenang batin kita, dan menjadi orangtua yang bijaksana. Aamiin.

(Pariman Siregar)