Monday, June 25, 2012

Antusias Membawa Kemudahan


Untukmu yang Antusias
“Hanya orang-orang yang hidupnya penuh antusias yang bisa membawa kemajuan”, begitulah  kalimat inspiratif yang saya ingat dari Pak Dahlan Iskan. Kalimat itu begitu berkesan bagi saya. Memang benar adanya bahwa orang yang antusias yang bisa membawa kemajuan. Tentunya siapapun dia, akan lebih menyukai orang yang antusias. Kita tentunya menyukai teman yang antusias mendengarkan saat kita sedang ingin bercerita. Para manager tentunya juga menyukai karyawan yang antusias menyambut tugas yang telah pimpinan siapkan. Dalam dunia bisnis, pastinya seseorang akan lebih memilih rekanan dengan orang yang antusias. Mereka yang menyambut peluang dengan semangat dan optimisme, itulah antusias. 

Seorang mertua yakinlah, pasti akan lebih memilih menantu yang antusias bukan dia yang klemar-klemer (loyo). Antusias itu menunjukkan kualitas seseorang. Bagi mereka yang benar-benar mengamati acara akad nikah pastinya juga paham dimana seorang penghulu berpesan pada mempelai pria untuk sesegera menjawab setelah penghulu menuntaskan kalimatnya. “Saya nikahkan dan saya kawinkan…..”, ucap penghulu. “Saya terima nikah dan kawinnya…..”, mempelai pria menjawab dengan tegas, tidak terbata, dan menunjukkan keseriusan. Jika seorang mempelai laki-laki dianggap tidak menjawab dengan antusias, sudah bisa diperkirakan kalau hadirin tidak mengesahkan. Wajar saat terjadi demikian, penghulu mengulangi kembali ikrar akad nikah. Saat mempelai laki-laki menjawab dengan antusias, sesegera pula para hadirin menjawab dengan antusias, “Sah!” Begitu pentingnya antusias dalam kehidupan. 

Untukmu yang Antusias
Sebuah kisah lain tentang antusiasme adalah apa yang dialami Ukasyah bin Mihshan. Kala itu, di luar rumah Rasulullah, riuh ramai para sahabat membicarakan perihal siapa yang dimaksud 70.000 orang yang akan memasuki surga tanpa hisab dan tanpa siksa terlebih dahulu. Beberapa waktu sebelumnya, Rasulullah menerangkan pada para sahabat akan apa yang beliau lihat saat peristiwa isra’ mi’raj. Setelah beliau masuk rumah, para sahabat saling mendiskusikan, riuh gaduh. Kegaduhan itu terhenti ketika Rasulullah keluar. “Mereka itu adalah orang yang tidak menjampi, dan mereka tidak minta dijampi, mereka yang tidak meramal dan hanya kepada Tuhan sajalah mereka bertawakal”, jelas Rasulullah menenangkan. 

Ukasyah bin Mihshan yang mendapati penjelasan tersebut langsung berdiri dan mengungkapkan keinginannya. “Ya Rasulullah, doakanlah saya agar termasuk salah seorang dari 70.000 orang yang dimaksud itu”, begitu kira-kira antusias Ukasyah. Mengejutkan, Rasulullah seraya mengatakan, “Engkau termasuk golongan mereka” Betapa gembiranya Ukasyah. Sahabat yang lain tidak menyangka hal demikian. Apa yang Ukasyah katakan, Rasulullah kabulkan. 

Tergeraklah para sahabat yang lain, berdirilah seorang sahabat sambil berkata, “Ya Rasulullah, do’akanlah kepada Allah agar saya termasuk golongan mereka”. Bagaimana jawaban Rasulullah? Apakah sahabat tadi mendapati hal yang sama sebagaimana Ukasyah? Rasulullah SAW kala itu menjawab, “Engkau telah didahului oleh Ukasyah”. 

Untukmu yang Antusias
Antusiasme dalam kebaikan memang memberi banyak pelajaran. Jika kita cermati betul-betul, orang-orang sukses pasti memiliki kesamaan yaitu antusias. Mereka memiliki semangat, senantiasa terbuka untuk menerima hal-hal baru, dan memiliki sudut pandang yang unik dalam penyelesaian suatu masalah. Ada bunker dalam jiwa mereka yang tersimpan banyak amunisi antusias. Dengan antusiasme itulah mereka menghadapi masa depan. Orang lain memandang suatu hal sebagai masalah, mereka yang antusias memandangnya sebagai tantangan. Jika orang lain menganggap apa yang amanah sebagai beban, dia menganggapnya sebagai kesempatan untuk menunjukkan. 

Mereka yang antusias senantiasa berusaha menyambut setiap kesempatan dan peluang dengan berkata, “Iya”. Karena mereka yakin “iya” adalah password untuk membuka membuka jalan-jalan kreatif penyelesaian. “Say Yes!”, begitu kira-kira. Dalam hal ini, sebuah inspirasi menarik dari seorang sahabat Rasulullah. 

“Rabi’ah”, begitulah biasa dia dikenal. Seorang papa, tidak memiliki apa-apa, masjid nabawi menjadi rumahnya, jelas dia bukan pemilik berlimpah harta. Rabi’ah mendidikasikan diri untuk beribadah kepada Allah SWT dengan melayani keperluan Nabi. Sudah menjadi kebiasaan Rabi’ah untuk mengambilkan air wudhu beliau. Sampailah dalam sebuah kesempatan, Rasulullah SAW bertanya pada Rabi’ah, “Wahai Rabi’ah, tidakkah engkau ingin menikah?”

Pertanyaan yang tentunya tidak mudah untuk dijawab oleh Rabi’ah. Bukan karena dia tidak menginginkan memiliki isteri dan anak sebagaimana para sahabat yang tetapi lebih pada keadaan dan kesiapan dirinya. Bagaimana berpikir untuk mengurus rumah tangga, mengurus diri sendiri saja masih sulit rasanya. “Saya tidak ingin ada sesuatu yang menggangguku dalam berkhidmad kepadamu, ya Rasulullah”, jawab Rabi’ah mencari alasan. Padahal sebenarnya yang terjadi adalah lebih karena harta yang dia tidak punya. “Di samping itu, saya tidak mempunyai apa-apa sebagai mahar dan melangsungakan hidup berumah tangga”, lanjut Rabi’ah. Intinya hari ini, Rabi’ah tidak meng-iya-kan pertanyaan Rasulullah tentang keinginannya untuk menikah. Dalam bahasa kita, tidak begitu antusias Rabi’ah menjawab, justru argumentasi yang dia keluarkan.

Setelah kejadian itu, dia merenung, memikirkan apa yang barusan dia lakukan. Sahabat lain yang tahu apa yang dialami Rabi’ah mendorong dia untuk meng-iya-kan saja jika nantinya Rasulullah bertanya hal serupa. Benar saja kemudian dalam kesempatan yang lain Rasulullah bertanya kembali pada Rabi’ah. “Apakah engkau tidak hendak menikah, wahai Rabi’ah?”, tanya Rasulullah. “Tentu ya Rasulullah”, jawab Rabi’ah. “Tetapi siapa yang mau dengan saya yang keadaannya seperti ini?” keluh Rabi’ah. 

Bagaimanapun, Rabi’ah telah menyambut antusias apa yang diinginkan Rasulullah. Atas perintah Rasulullah, ditemuinya sebuah keluarga untuk dilamar anak gadis mereka. Dengan penuh kegembiraan, diterima lamaran dari Rabi’ah oleh keluarga tersebut. Sungguh hal yang membahagiakan sekaligus menjadikannya kebingungan. “Sudah melamar dan sudah diterima lalu darimana maharnya?”, gumam Rabi’ah.

Kembalilah dia menemui Rasulullah untuk mencari penyelesaian. Diberikan kepada Rabi’ah emas seberat biji kurma dari pengumpulan sahabat Buraidah untuk dijadikan mahar. Pesta penikahan pun dilangsungkan dengan menyembelih seokor kibas yang besar lagi gemuk. Antusias Rabi’ah membawa berkah. 

Untukmu yang Antusias
Berbicara tentang antusias mengingatkan saya pada satu materi yang saya bawakan di RRI Pro2 95,3 FM Semarang beberapa waktu lalu. “Antusias dalam hidup”, begitu judulnya. Dua materi kala itu saya bawakan karena rekaman. Satunya lagi tentang “Berpikir Positif Menjadikan Hidup Lebih Baik”. Hal menyenangkan bisa berbagi dengan banyak orang. Saat dikontak, langsung saya meng-iya-kan. Itu antusias yang saya praktekkan termasuk ribuan sesi saya diminta ngisi pelatihan, berbagi di TV, dan aktifitas produktif lainnya. Dan terbukti, antusias membawa banyak keberuntungan. Karena itu antusiaslah.

Mulai saat ini, sematkan tekad dalam hati untuk menyambut segala peluang dan kesempatan dengan antusias. Antusias dalam mendengarkan orang lain yang bercerita, antusias menyambut tugas yang diberikan, dan antusias akan masa depan. Karena hanya orang-orang yang antusias yang akan membawa perubahan.

"Sekilas Tentang Inspiring Man"
Penulis buku inspiratif MASTER from minder”. Buku yang menginspirasi ribuan orang di Indonesia untuk bangkit dari kegagalan dan optimis dari keadaan terbatas menjadi teratas dalam kesuksesan.
Founder lembaga pengembangan SDM Quantum Motivation Center Indonesia” sekaligus motivator yang telah membawakan hampir seribu sesi pengembangan diri baik sekolah, universitas maupun perusahaan sejak tahun 2007. Beberapa diantara yang telah diisi; STAIN Surakarta, IPB, Unnes, Unissula, Undip, UIN Jogjakarta, Unnesa, UNS, UMS, Yarsis, dan juga banyak SMA/SMK di Jawa Tengah.
Seorang mentor, alumni Fakultas Psikologi Undip,  pendiri forum bulanan Mind Freedom dan Mind Happiness untuk memberikan bantuan dalam penyelesaian hambatan-hambatan psikologis dan peningkatan optimalisasi potensi diri.
Berpengalaman menjadi nara sumber acara motivasi “Mutiara Pagi” di radio Tri Jaya 89,8 FM Semarang dan “Muda Bertaqwa” di RRI Pro2 95,3 FM Semarang, Bintang Tamu “Remaja Inspiratif” TVKU Semarang 2012.
Follow Twitter @inspirasisegar dan add Fb Inspiring Man

Saturday, June 2, 2012

Bila Kau Menjadi Isteriku Nanti


Bila kau menjadi isteriku nanti, jangan pernah berhenti mencitaiku.
Carilah isteri yang satu frequensi”, begitu pesan bijak bagi kita semua. Sudah selayaknya, pasangan saling mendukung dan menguatkan. Mendukung berbagai hal positif yang direncanakan dan menguatkan kembali saat melemahnya niatan. Dalam bagian inilah diperlukan kesamaan tujuan hidup, pandangan hidup, dan pegangan hidup. 

Tujuan hidup mengarah pada kesamaan visi. Ibaratkan rumah tangga adalah bahtera, maka sudah tentu para penumpangnya mesti memiliki kesamaan tujuan. Labuhan-labuhan yang akan dituju selama mengaruhi samudera kehidupan. Sedangkan pandangan hidup terkait dengan cara menyikapi segala yang hadir dalam kehidupan. Dari sinilah konsepsi rumah tangga itu dibangun. Suasana dalam rumah tangga juga ditentukan oleh pandangan hidup. Jika tujuan hidup berfungsi sebagai peta yang menggambarkan segala yang dituju, pandangan hidup memberikan penjelasan bagaimana membaca simbol-simbol dalam peta, maka pegangan hidup berfungsi layaknya kompas. Saat perjalanan hampir kehilangan arah, kompas akan mengembalikan pada arah yang semestinya. Karena itulah, berumah tangga mesti memiliki ketiganya.

Bila kau menjadi isteriku nanti, jangan pernah berhenti menggenapkan agamaku.
Dalam konsepsi agama, berumah tangga biasa dikatakan menggenapkan separuh agama. Bukan berarti kalau sudah menikah terus sudah genap lalu semaunya dalam beragama. Dalam berumah tangga selayaknya memiliki semangat untuk bersama-sama menyempurnakan penghambaan pada Allah SWT. Jika selama ini, motivasi dibangun oleh diri sendiri, maka setelah berumah tangga satu sama lain saling memotivasi dan menguatkan. Kala bujang, sholat malam jarang, maka ketika berumah tangga sholat malam makin rajin saja. Hal tersebut terjadi karena saling mengingatkan dan menggenapkan. Termasuk juga dalam berbagai amal ibadah lainnya. 

Bisa dipahami mengapa Rasulullah berpesan untuk memilih pasangan paling utama ditentukan dari kualitas agama seseorang. Tidak lain merupakan bagian dari konsepsi menggenapkan agama. Hubungan mutual untuk saling mengingatkan. Karena itu pula, kurang bijak jika menginginkan pasangan yang baik agamanya tetapi agama diri sendiri tidak diperbaiki. Sebuah ketentuan yang adil dari Allah SWT bahwa mereka yang baik adalah untuk yang baik dan sebaliknya. Menggenapkan agama berarti saling mengingatkan. Jika suami mengurus hubungan luar negeri, maka seorang isteri mengurus hubungan dalam negeri. Sebagaimana pesan dalam Al Qur’an bahwa kita diminta untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. 

Bila kau menjadi isteriku nanti, jangan pernah berhenti menguatkanku.
Nyata bagaimana pentinganya satu frequensi bisa ditelisik dari kekompakannya setiap hari. Akhir pekan misalnya. Bagi kebanyakan orang menjadi waktu bercengkrama dan bermanja-manja dengan keluarga. Hal tersebut memang menjadi hak bagi keluarga untuk mendapatkannya. Namun demikian, ketika tanggung jawab ummat memanggil, tentunya seorang isteri yang smart akan senantiasa mendukungnya. Tanggung jawab yang dimaksud misalnya keluar kota untuk tugas dakwah, mengisi pengajian, dan kepentingan ummat lainnya. 

Belajar dari keluarga Nabi Muhammad SAW ketika Rasulullah menggigil, cemas, takut setelah ditemui malaikat Jibril. Kala itu, Khadijah berusaha memenangkan hati beliau dengan mengatakan bahwa beliau orang yang baik dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan beliau. Dalam perjalanan mengajak ummat, tidak terhitung dukungan Khadijah pada Rasulullah. Sampai-sampai Aisyah cemburu karena dalam banyak kesempatan, Rasulullah menyebut-nyebut nama Khadijah padahal dia sudah lama meninggal. Hal tersebut karena Khadijah yang mendukung Rasulullah saat orang-orang merendahkan beliau dan banyak hal yang dilakukan Khadijah pada beliau. 

Jika seorang isteri tidak satu frequensi, hal yang terjadi bisa belajar dari kisah Nabi Nuh. Seorang laki-laki pilihan yang diberikan tanggung jawab untuk mewujudkan visi yang besar yaitu membangun ummat kembali ke jalan kebenaran. Saat beliau berlelah-lelah siang dan malam menyerukan kebaikan, justru orang yang semestinya mendukung yaitu isteri beliau ‘menusuk’ dari belakang. Akibatnya, salah seorang anak yang begitu disayangi menjadi lawan perjuangan yang dilakukan sang ayah. Tentu hal tersebut, tidak diinginkan siapapun yang berumah tangga.

Seorang suami tentunya akan bangga memiliki istri sebagaimana Siti Hajar. Dimana beliau menunjukkan keimanannya yang kuat kala ditinggal sendiri di Makkah. Kala itu, Makkah masih daerah gersang, hanya rumput gurun yang tumbuh, tidak ada air, dan sedikit orang yang mau tinggal di sana. Siapa pula wanita yang mau tinggal di tempat yang demikian? Lebih-lebih lagi dia baru saja melahirkan dan masih terhitung kecil bayinya. Hidup berada di kurva terbawah tetapi tetap tegar. 

“Mengapa engkau meninggalkan kami di sini?” tanya Hajar pada Ibrahim. Sebagai seorang wanita, sudah menjadi kewajaran sensitifitas perasaannya muncul. Ingin mendapatkan penjelasan yang logis atas keputusan suami. Bukan hanya logis tetapi juga manusiawi. Ibrahim hanya terdiam, dia tidak bisa menjawab sampai berulang tiga kali Hajar bertanya demikian. Lalu Hajar pun mengubah pertanyaannya, “Apakah ini adalah perintah Tuhanmu?” Barulah Ibrahim menyatakan memang benar demikian. “Jika ini dari Tuhanmu, aku yakin Tuhan tidak akan menyia-nyiakan kami”, kalimat sederhana yang sarat makna keluar dari ucapan Hajar. Begitulah semestinya, seorang isteri memahami segala yang diterima berasal dari Allah SWT. Saat keadaan keluarga dalam kurva bawah, saat itulah dia memahami bahwa suaminya butuh dukungan dan dikuatkan. Tidak membrondongnya dengan pertanyaan, tuntutan, apalagi merendahkan. Dia akan mengatakan, “Tenang suamiku, badai pasti berlalu, kita lalui bersama, Allah SWT bersama kita”.

Bila Kau Menjadi Isteriku Nanti!

"Sekilas Tentang Inspiring Man"

Penulis buku inspiratif MASTER from minder”. Buku yang menginspirasi ribuan orang di Indonesia untuk bangkit dari kegagalan dan optimis dari keadaan terbatas menjadi teratas dalam kesuksesan.
Founder lembaga pengembangan SDM Quantum Motivation Center Indonesia” sekaligus motivator yang telah membawakan hampir seribu sesi pengembangan diri baik sekolah, universitas maupun perusahaan sejak tahun 2007. Beberapa diantara yang telah diisi; STAIN Surakarta, IPB, Unnes, Unissula, Undip, UIN Jogjakarta, Unnesa, UNS, UMS, Yarsis, dan juga banyak SMA/SMK di Jawa Tengah.

Seorang mentor, alumni Fakultas Psikologi Undip,  pendiri forum bulanan Mind Freedom dan Mind Happiness untuk memberikan bantuan dalam penyelesaian hambatan-hambatan psikologis dan peningkatan optimalisasi potensi diri.

Berpengalaman menjadi nara sumber acara motivasi “Mutiara Pagi” di radio Tri Jaya 89,8 FM Semarang dan “Muda Bertaqwa” di RRI Pro2 95,3 FM Semarang, Bintang Tamu “Remaja Inspiratif” TVKU Semarang 2012.

Follow Twitter @inspirasisegar dan add Fb Inspiring Man
This entry was posted in