Saturday, April 29, 2017

Smart Parenting di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Parenting atau pengasuhan merupakan tugas bersama antara ayah dan ibu. Parent(ing) – Orangtua (ayah dan ibu), bukan fathering (ayah saja) atau mothering (ibu saja). Namun demikian, konstruksi budaya dalam kehidupan bermasyarakat seolah memberikan tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak lebih banyak pada para ibu. Ayah seolah (boleh) lepas tangan karena fokus dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan materi bagi keluarga. Padahal, materi hanya bagian kecil dari tanggung jawab yang harus dipenuhi.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa ayah memiliki peran besar bagi perkembangan anak, baik aspek kognitif, afektif, motorik, dan sosial. Ada peran-peran tertentu yang tidak bisa digantikan dan bersifat melengkapi antara ayah dengan ibu. Peran penting pengasuhan bagi perkembangan anak utamanya pada awal masa anak-anak. Ada usia-usia yang disebut golden age, yaitu usia 6 tahun pertama. Pada usia tersebut, perkembangan otak (memori) berlangsung sangat cepat sehingga stimulasi yang tepat akan bermanfaat besar bagi perkembangan anak. Kenyataannya, tidak banyak orangtua tahu hal tersebut dan memahami apa yang seharusnya dilakukan, lebih-lebih “ibu-ibu muda” atau “ayah-ayah muda”. (Sampai saya membuat halaman "Psikologi Menjawab")


Orangtua dengan anak pertama umumnya belum lama dalam membangun rumah tangga. Kondisi ekonomi belum stabil, pekerjaan belum mapan, rumah ada yang masih ngontrak atau ikut orangtua, dan situasi penyesuaian lainnya. Keadaan tersebut bagi sebagian orang tentulah menyita sebagian besar waktu sehingga perhatian pada anak kurang. Bahkan, ada situasi pekerjaan yang membuat para ayah seolah tidak punya pilihan waktu untuk banyak berinteraksi dengan anak karena tempat kerja yang jauh. Tentunya tidak ada cara lain kecuali mengoptimalkan waktu yang ada ketika bersama keluarga secara kualitas. Quality time selain terus berusaha menambah quantity time.

Masa-masa 6 tahun pertama adalah masa-masa dalam menanamkan kesan pada anak. Bagaimana kesan anak terhadap ayah dan ibunya, rekaman kuatnya ada pada 6 tahun pertama. Pada usia 6 bulan, ada sudah memiliki rekaman kuat tentang wajah orang-orang terdekatnya. Rekaman tersebut menjadi frame kedekatan hubungan. Olehkarena itu, sungguh disayangkan jika anak lebih banyak memiliki rekaman ingatan orang lain dibandingkan dengan orangtuanya sendiri. Ingatan tersebut terus berkembang dan anak mulai mengidentifikasi mana orang dekatnya dan mana orang yang asing bagi dirinya. Usia 9 bulan, anak sudah memahami hal tersebut sehingga jika ada orang asing, dia bisa saja menangis karena beranggapan orang asing itu mengancam (menakutkan).


Lagi-lagi waktu-waktu berharga dengan anak itu justru pada awal masa perkembangannya. Waktu yang demikian itu berjalan sangat cepat terutama jika sibuk bekerja, anak beranjak besar dan lingkaran interaksi anak sudah harus meluas, yaitu banyak berinteraksi dengan teman sebaya juga guru mereka di sekolah. Bagaimana anak menghadapi lingkaran interaksi itu ditentukan oleh pengalaman interakasi bersama orang-orang dekatnya. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang baik antara ayah dan anak menjadi dasar baginya dalam membangun hubungan pada masa perkembangan selanjutnya. Remaja-remaja yang bermasalah ketika dirunut akar penyebabnya karena permasalahan dalam keluarga berupa tidak harmonisnya hubungan ayah dan anak. Sungguh saat berharga untuk anak itu jangan sampai berlalu begitu saja. Saya menyebut jadi orangtua itu haruslah memiliki bekal smart parenting. Itulah tema materi yang saya bawakan untuk kajian parenting di Samben Library, Bantul (24 April 2017).

“Smart” yang diterjemahkan sebagai cerdas. Orang yang smart/cerdas adalah orang yang selalu bisa beradaptasi dengan lingkungan (Colvin, Ahli Psikologi). Orang yang paling smart/cerdas adalah orang yang 1) banyak mengingat kematian dan 2) paling bagus persiapannya menghadapi kematian (Rasulullah SAW). “Parenting” yang biasa dikenal dengan pengasuhan merupakan segala aktifitas (orangtua) yang memiliki tujuan agar anak berkembang secara optimal dan bisa menjalani kehidupan dengan baik (Hoghughi, 2004). Jadi parenting yang smart itu sebagaimana tidak hanya berorientasi dunia tetapi juga akhirat; bukan hanya perkembangan potensi anak tetapi juga keterampilan anak dalam menghadapi kehidupan (life skills) dan akhlaq anak; serta berorientasi pada kebutuhan anak di masa depan. “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena zamanmu dengan zamannya tidaklah sama”, demikian pesan sahabat Ali bin Abi Thalib.

Sebagai orangtua yang smart tentunya harus memiliki bekal berupa pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu pengasuhan dan ilmu agama. Ada banyak pengajaran yang bisa diambil dalam Al Qur’an dan Hadist yang bisa menginspirasi dalam mendidik anak. Untuk menguatkan itu, ada banyak penelitian dalam ilmu psikologi terutama tema pengasuhan yang bisa menjadi ilmu dalam mendidik anak. Pada akhirnya, orangtua dengan smart parenting menyadari bahwa menjadi orangtua adalah terus senantiasa belajar. (Pariman, M.Psi, Psikolog)

0 komentar:

Post a Comment