“Suratno”, namanya,
seorang sahabat saya sedari SMA. Dia menyebut dirinya sebagai seorang petani.
Tampak tidak ada rasa rendah diri sama sekali menyebut kan profesinya tersebut dan
sudah seharus memang begitu. Tidak ada kasta antara profesi satu dengan profesi
lainnya sehingga tidak perlu ada orang yang merasa lebih hebat atas suatu
pekerjaan dibandingkan pekerjaan tertentu. Tidak perlu ada yang merasa wow atas profesi yang dijalani karena
merasa profesinya ditempatkan masyarakat dalam posisi yang disegani. Hal penting
yang perlu dipegang adalah apapun profesi yang seseorang jalani, haruslah profesi
yang halal.
Jika kita pelajari sejarah dan kitab suci, kita bisa temukan ada
nabi yang berprofesi sebagai peternak dan petani (Nabi Ayub), menteri keuangan
(Nabi Yusuf), ahli medi (Nabi Isa), pejabat negara (Nabi Sulaiman, Nabi Daud)
bahkan Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul adalah seorang
penggembala kemudian seorang pedagang atau pebisnis. Apapun profesi yang
dijalan selayaknya bisa memberikan kontribusi kebaikan bagi sebuah masyarakat
atau ummat. Dalam filosifi Jawa ada istilah memayuhayuning bawono secara ringkas berarti turut memperindah keindahan dunia. Itulah
yang sepertinya dilakoni sahabat saya.
Profesi petani yang dijalani bukan semata-mata sebagai jalan
mendapatkan penghasilan tetapi juga membina masyarakat. Ada sejumlah petani di
kampunya yang dia dampingi dalam menanam melon dan bawang merah. Tidak aneh
jika profesi yang ditekuninya memberikan banyak keuntungan, selain penghasilan
juga persaudaraan. Nampaknya, saya menemukan apa yang disebut pekerjaan passion atas apa yang dilakoni sahabat
saya tersebut. Passion yang umum
diartikan sebagai sesuatu yang tidak pernah bosan untuk terus menjalaninya,
siap mengusahakan yang tebaik bahkan sampai berkorban, tidak lagi memikirkan
untung rugi, dan ketika sudah melakukan bisa menikmatinya. Sama seperti ketika
saya berbagi inspirasi baik secara live
(sebagai motivator) dan melalui tulisan (sebagai seorang penulis). Rasa senang
dan sangat menikmati sekali dalam dua aktifitas tersebut.
Dengan demikian, patut untuk setiap pribadi menemukan passion masing-masing. Selain itu,
tentulah selayaknya passion itu
membawa kemanfaatan bagi diri sendiri
dan orang lain. Ingat passion bukan poison (racun).
0 komentar:
Post a Comment