Tuesday, July 12, 2016

Ingatlah, Allah SWT Tidak Pernah Meninggalkan Kita

Alih-alih meratapi tangan kiri saya yang harus digendong, inilah saatnya saya menguatkan otot-otot tangan kanan saya”, begitulah ucap saya dalam hati.
Tepat seminggu sebelum bulan Ramadhan, saya kecelakaan di Comal, Pemalang. Tengah malam, saya berangkat dari Pemalang setelah selesai koordinasi sebuah kegiatan. Dengan sepeda motor, saya pulang ke Pekalongan. Walaupun sebenarnya, seorang teman sudah menawarkan untuk menginap, entah mengapa saat itu saya tetap ‘kuekueh’ untuk pulang ke rumah.
Saat di perjalanan, ada perasaan yang tidak enak, seolah-olah saya sudah ‘diberitahu’ akan mengalami kecelakaan. Sesampainya di Kecamatan Comal, di jalan rasa kira-kira 7 meter di depan, saya melihat balok kayu panjang kira-kira 50 cm melintang di jalan. Sayangnya, saya tidak bisa menghindari sehingga ban depan motor saya menabrak balok kayu tersebut, tubuh saya terpelanting, berguling sedangkan motor saya jatuh dan terdorong sekitar 7 meter. Saya mengalami kecelakaan.
Bahu kiri saya cidera, lecet di lutut kiri, siku kiri dan kanan. Motor yang saya naiki ban depan kempes, pelek bengkok masuk ke dalam, dan body motor tergores aspal. Helm yang saya pakai tergores aspal. Alhamdulillah saya selamat. Saya merasa, Allah SWT masih menyayangi saya dengan menghindarkan dari maut. Dalam keadaan tersebut, saya menepi di emperan bengkel sedangkan motor dan tas yang saya bawa diselamatkan oleh dua penjual nasi goreng yang mangkal di dekat lokasi saya kecelakaan. Syukur Alhamdulillah, Allah SWT hadirkan para penolong yang baik hati.


Dalam keadaan mencoba menyadari kondisi tubuh, pikiran saya membawa saya pada dosa-dosa yang pernah saya perbuat. Lisan saya terus beristighfar dan hati saya melantunkan doa. Ingatlah saya akan orang-orang terdekat, istri dan anak serta orangtua (yang selama ini) kurang saya beri perhatian. Seakan Allah SWT ingin mengingatkan saya agar memberikan waktu lebih berkualitas pada keluarga. Seakan Allah SWT mengingatkan saya bahwa Ramadhan sudah dekat tetapi seakan saya masih disibukkan dengan urusan lain. Dalam hati saya berjanji akan lebih baik lagi; lebih sayang pada istri, mendidik anak dengan baik, melakukan kebaikan lebih banyak, dan meminimalkan dosa. Setidaknya, itulah komitmen dalam hati. Entah bagaimana rencana-rencana dan targetan yang sudah saya susun sebelumnya; jadwal berbagi inspirasi, riset, menulis buku, dan janjian denga sahabat-sahabat saya. Hanya kepasrahan penuh persangkaan baik denga doa yang bisa saya lakukan.
Alhamdulillah keluarga dan teman-teman memberikan support penuh dalam pengobatan dan pemulihan. Walaupun pada awalnya, ada rasa kecewa karena membatalkan kegiatan mengisi di luar kota dan sejumlah agenda lainnya, berikut-berikutnya saya bisa menerima semua dengan senang hati. Alih-alih saya fokus pada rasa sakit, meluangkan waktu untuk hal positif adalah pilihan terbaik. Kebahagiaan yang tidak kalah bermakna adalah saya bisa menjalani puasa dengan tuntas mengingat sebelumnya ada kekhawatiran pengobatan akan mengharuskan saya tidak berpuasa. Kekhawatiran itu, alhamdulillah tidak terbukti.
Kita tidak harus meratapi keadaan, senantiasa ada pilihan baik untuk setiap aktifitas kita. Daripada saya mengeluhkan keadaan, saya manfaatkan waktu untuk mengisi bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya terutama tilawah. Jalan-jalan dengan sepeda motor yang sebelumnya bukan aktifitas yang berarti menjadi sangat bermakna bagi saya. Sungguh bisa memboncengkan anak istri dan mengajak mereka jalan-jalan itu sebuah kenikmatan. Entah apakah ada benarnya ungkapan, “Adakalanya, seseorang menyadari sesuatu itu sangat berarti baginya ketika sesuatu itu tida ada di sisinya”. Kebersamaan dengan keluarga ternyata tidak hanya secara quantity time tetapi juga quality time. Itulah sebenarnya makna kebersamaan. Saya juga manfaatkan untuk ‘menjajal’ jualan di bukalapak dan jualan dengan media sosial. Alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan, setidaknya 1000K uang yang saya pegang dari jualan.
Cukuplah jadi pengingat firman Allah SWT dalam QS Alam Nasyrah ayat 5-6, Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Allah SWT ulang dua kali yang menunjukkan penegasan agar manusia memperoleh penguatan keyakinan dalam hatinya ketika hatinya sedang dilanda kekhawatiran atas keadaan yang dialami. Jagalah Allah SWT, niscaya Allah SWT akan menjaga kita. Semoga kita menjadi manusia yang selalu dalam kebaikan. Aamiin. 

2 comments:

  1. Subhanallah...inspiring sekali. Teruslah menulis, Ustadz P Man untuk mewarnai peradaban...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mastah. Salam hormat dari seorang murid yang masih terus belajar.

      Delete