Monday, May 3, 2010

Khayalan, Kegagalan, Keberanian = Kesuksesan

“Jika saya menengok kembali ke belakang, saya melihat bahwa yang saya lakukan tidak lain daripada kesalahan, serentetan kegagalan, dan serentetan sesal,” kenang laki-laki itu terhadap masa mudanya. Kemudian dia melanjutkan, “Tetapi saya juga merasa bangga atas keberhasilan yang saya dapatkan. Walaupun saya sering membuat kesalahan dan kegagalan namun semua itu tidak pernah disebabkan hal yang sama. Saya tidak pernah mengulangi kesalahan dan saya selalu berusaha sekuat mungkin untuk memperbaikinya. Dan saya berhasil.” Usianya, tidak bisa lagi dibilang muda tetapi semangat dalam dirinya layaknya seseorang yang berada dalam puncak karir. “Saya kira, kalian tidak akan bisa menang dari saya,”
begitu tantangnya pada para pemuda di perusahaan yang pernah dia pimpin. Hak patennya mencapai 100 penemuan pribadi, penghasilannya ketika mengundurkan diri dari perusahaan mencapai 1,7 miliar dolar.

Sungguh dunia saat kecil dan dunia ketika dia sudah lanjut usia memang berbeda. Dulu dia hanyalah anak pertama dari sembilan bersaudara seorang pandai besi miskin. Hanya empat orang yang mencapai umur dewasa, yang lain meninggal saat masih usia kanak-kanak karena kekurangan obat dan lingkungan yang kumuh. Awalnya di sekolah dasar, dia juga bukan anak yang pandai. Nilai ulangannya buruk, pelajaran mengarang menjadi momok bagi dirinya bahkan dia juga sering membolos dan lebih suka nonton TV. Dari mengamati, TV itulah berbagai informasi cepat dia tangkap dibanding membaca. Bakatnya ternyata dalam bidang sains bukan ilmu sosial.

Ketertarikannya terhadap mesin menjadi daya dorong dalam dirinya. Pernah ketika kecil, itu adalah kali pertama dia melihat mobil. Anda mungkin ingat saat kecil dulu di kampung, saat pertama kali melihat mobil, apa yang anda lakukan? Terus terang kalau saya terkesan dengan asapnya. Aroma baru, layaknya oksigen segar yang dihirup sambil membayangkan suatu kali bisa memiliki mobil. Pernah juga mengejar mobil truk lalu bergelantungan naik ke atasnya. Mungkin anda pernah punya kesan lain tetapi malu mengungkapkannya? Tidak apa-apa. Kira-kira apa yang dia lakukan?

Saat melihat mobil, sesuatu yang baru bagi dirinya. Dikejar mobil itu sampai dia meraihnya dan bergelantungan sebentar di bagian belakang. Suatu kali mobil tersebut berhenti dan nampak pelumas menetes ke tanah. Tanah yang basah dengan pelumas itu diciumnya. Diambil dan diusapkan pada tangan dan lengan. Sembari dia membayangkan, kelak dia akan membuat mobil. Bahkan memiliki perusahaan mobil yang besar. Nampak seperti orang udik, katrok dan membual tanpa melihat kenyataan dirinya. Namun tahukah anda siapakah orang tersebut? Dia pemilik perusahaan besar kaliber dunia.

Orang-orang Jepang dan bangsa Barat berkhayal menciptakan sesuatu. Orang-orang Indonesia berkhayal menggunakan sesuatu. Prie GS mengungkapkan keprihatinan akan kekalahan tradisi bangsa ini. Dia mengatakan, ”Sementara pihak lain membuat handphone, kita cuma sanggup menjual pulsa. Sementara mal-mal raksasa dibangun, kita cuma kebagian menjadi penjaga. Sementara mereka membuat mobil, kita sekedar tukang kreditnya.” Siapapun yang berada dalam pihak kalah tentunya akan tunduk dan hanya menjadi subordinat dalam berbagai peran kehidupan. Dalam berkhayal saja kalah, bagaimana jika dalam kenyataan? Mari kita renungkan.

”Manusia itu tidak lebih dari apa yang dia impikan,” demikian kata pepatah. Dalam kesempatan lain Steven R. Covey mengatakan, ”Segalanya diciptakan dua kali, ciptaaan mental mendahului ciptaan fisik.” Artinya, jika dalam berkhayal saja sudah kalah maka jangan berharap menang dalam dunia kenyataan. Jika mimpi saja takut maka jangan kira akan berhasil mencapai impian. Mentalitas, khayalan, impian mendahului kenyataan. Andai dulu khayalan saya sebagaimana Soichiro Honda kecil saat mencium pelumas yang berkhayal kelak membuat mobil mungkin sekarang saya sudah menemukan seuatu yang berhubungan dengan mobil. Pada usia 25 tahun, penemuan teknik pembuatan jari-jari mobil dari logam menjadi penemuan dan hak paten pertama Honda. Royalti per bulan ketika itu mencapai 1.000 yen tiap bulan. Berapa yang sudah anda hasilkan pada usia sekarang? Apa khayalan anda dulu ketika masa kecil? Dan pada usia sekarang, sudahkah anda memiliki ’produk’ yang bisa anda tunjukkan sebagai hasil karya anda?


Pariman Siregar (Penulis Buku Master from Minder).

Terima kasih untuk Prie GS, terima kasih pula untuk Valentino Dinsi dan Sutrisno Eddy yang sudah memediasi ’pertemuan’ maya dengan Soichiro Honda.

Terima kasih atas support positif dari temen-temen QMC Fifi, Yekti, Fery, dan Wahyu. Juga ibu Farida Hidayati yang selalu memberi semangat agar kesembuhan.

1 comment: