Sunday, July 25, 2010

Freedom to Happiness.

“Kenapa engkau meninggalkan kami disini?" tanya Ummu Ismail. Langkah kaki Ibrahim terhenti, dalam diamnya dia membatin, “Apa yang harus aku katakan pada istriku.” Sisi manusiawi Ibrahim sebenarnya tidak tega jika harus meninggalkan istri dan anaknya tercinta. Apalagi tempat itu masih terasa asing, di daerah gurun gersang tiada menampakkan kehidupan.“Kenapa engkau meninggalkan kami disini?" pertanyaan itu terulang sampai tiga kali. Ibrahim masih terdiam, belum menemukan kalimat yang tepat. Dalam kebekuan tersebut Ummu Ismail mengubah pertanyaannya,
”Allah kah yang menyuruhmu meninggalkan kami disini?" Cahaya terang seolah-olah masuk di dalam hatinya, dengan tegas dia menjawab, ”Ya.” "Bila demikian, pastilah Ia tak akan menyia-nyiakan kami”, sahut Hajar dengan penuh keoptimisan. Tiada kekhawatiran lagi akan nasib dia dan buah hatinya karena Allah SWT pasti telah menjamin semuanya. Ibrahim pun berangkat melanjutkan misi Tuhan-Nya dengan langkah ringan tanpa beban.

It’s about optimisme in our life. Sempat seorang sahabat mengungkapkan keluhannya, “Saya merasa sepertinya diri saya tidak berguna, ingin sebenarnya bangkit tetap berat rasanya.” Lalu lanjut dia, “Bagaimana mengatasinya, mas?” Sebuah pertanyaan yang mengungkapkan keinginan kuat dalam dirinya tetapi terhalang oleh pesimisme karena kompleknya masalah. Anda mungkin pernah menemukan mereka yang merasa menjalani kehidupan tidak sesuai dengan keinginan mereka. Mereka serasa terpenjara, hampa, tiada menemukan semangat karena yang dijalankan selama ini tidak mereka sukai. Semakin lama semakin anda temukan mereka terpuruk. Atau anda sendiri mengalami perasaan tidak menikmati keadaan dikarenakan menjalani hal yang tidak sesuai harapan? Anda minginginkan mencapai kedudukan A tetapi sekarang situasi menempatkan anda di posisi B, betapa tidak mengenakkan bukan?

Banyak orang mengeluhkan seraya menyalahkan keadaan dan Tuhan, “Kenapa harus berada di sini?” Ada pula yang berucap, “Mengapa harus menjalani semua ini?” Sungguh energi yang dimiliki akan terkuras hingga lemas, semakin pesimis dan tidak berdaya dengan keadaan. Gantilah pertanyaan semuanya tadi, “Tuhankah yang telah merencanakan semua ini?” Lalu katakan dengan optimis sebagaimana Ummu Ismail, "Bila demikian, pastilah Ia tak akan menyia-nyiakan kami”

Yakinlah Tuhan tidak pernah salah membuat perencanaan, mustahil bagi Tuhan. Tidak mungkin pula Tuhan sembarangan dalam mengatur segalanya. Pastilah ada misi yang harus dijalankan setiap orang dengan keadaannya masing-masing. Dan sudah semestinya, siapa yang diberikan misi pastilah telah disediakan pula semua sarana untuk mencapai misi tersebut. Anda mungkin ingat para intelejen di film-film yang diminta negara menjalankan misi rahasia. Semua sarana untuk menjamin kesuksesan misi tersebut telah disiapkan negara. Begitu analogi dalam kehidupan ini.

Tidak salah jika takdir menempatkan seseorang pada keadaan yang sekarang. Pastilah ada misi yang harus dijalankan dan sarananya telah disediakan. Bagi mereka yang merasa tidak nyaman dengan keadaannya sekarang, pahamilah bahwa ada misi yang anda emban. Pahamilah apakah misi yang harus anda jalankan. Selama hal tersebut tidak bertentangan dengan keimanan, selama itu pula baik untuk direnungkan dan diteruskan. Jika seseorang sudah memahami misi yang dijalankan maka dia akan menemukan berbagai sarana yang bisa digunakan. Bahkan potensi dirinya akan semakin melejit karena yakin bahwa Tuhan tentu tidak akan menyianyiakan dirinya. Katakan dalam diri, "Bila demikian, pastilah Ia tak akan menyia-nyiakan kami” Selamat menikmati kemerdekaan dan kebahagiaan. Freedom to Happiness.

Pariman Siregar: Penulis Buku Master from Minder dan Founder QMC
Terima kasih buat tim di QMC: Wahyu Septiarki, Fifi, Yekti, Fery dan semua yang pernah terlibat
Terima kasih buat teman-teman yang ndo'ain di ultah saya tgl 11 Juli 2010 kemarin
Salam Master, sukes untuk semuanya

0 komentar:

Post a Comment