Tuesday, March 23, 2010

Kimia Cinta Rumah Tangga


“Aku nikahkan Fulanah pada Fulan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sebuah mushab dibayar tunai”

Kalimat seperti di atas tentunya tidak asing kita dengar. Mungkin, seketika membaca kalimat tersebut, terbayanglah detik-detik menegangkan dalam kehidupan. Hari ketika seseorang berada dihadapan para saksi, ada wali, mertua juga calon pasangan tercinta di sana. Penungguan yang sekian lama akhirnya datang juga. Separuh agama itupun benar-benar menjadi nyata.
Bagi wanita, akad pernikahan pada hakikatnya adalah penyerahan perwalian dari orangtua wanita kepada si pria.
Jika selama ini pendidikan, pakaian, kebutuhan sehari-hari dst menjadi kewajiban orangtua, maka setelah akad pernikahan, beralihlah kewajiban tersebut kepada suaminya. Itulah mengapa, seorang wanita tidak diwajibkan bekerja karena nantinya kebutuhannya menjadi tanggungan suami sebagai kepala rumah tangga.
Bagi seorang laki-laki, akad pernikahan (pernikahan itu sendiri) merupakan permulaan tanggung jawab baru dalam kehidupan. Memang ada hak dan kewajiban bagi laki-laki dan wanita sebagaimana arti dasar pernikahan yaitu ikatan. Dimana dengan ikatan tersebut, dua orang disatukan (diikat) dalam hak dan kewajiban, hampir setiap undangan walimahan kita menemukan do’a “…mengumpulkan yang berserakan…”
Hak-hak seorang wanita yang dulu ditanggung orangtuanya, sekarang menjadi tanggungan si pria. Wajar kemudian, budaya dan agama yang ada di masyarakat mengarahkan seorang laki-laki mestilah mandiri. Laki-laki Diciptakan dengan fisik yang kuat, memecahkan masalah secara cepat dengan logika sebagai konsekuensi tanggung jawabnya. Beda dengan wanita yang Diciptakan bukan menonjolkan kekuatan fisik dan lebih dominan pemecahan permasalahan dengan perasaan. Tidak ada yang salah apa yang ada dalam keduanya karena memang sama-sama dicipta untuk kemudian bersatu saling melengkapi. Wajar, orang Jawa menyebut pasangan dengan kata “garwo” yaitu “sigaraninng nyowo” atau disebut belahan jiwa.
Ya, pasangan merupakan jantung hati, belahan jiwa. Setiap jiwa memiliki radar untuk mencari pasangan jiwanya. Radar yang akan menangkap getaran-getaran jiwa yang memiliki frekuensi sama dengannya. Dalam bahasa umum kita mengenal kata jodoh untuk menyebut pasangan jiwa tersebut. Ada pula yang menyebut dengan istilah chemistry. Jiwa digambarkan seperti unsur kimia yang bisa saling bereaksi. Unsur-unsur tersebut jika sudah ‘berjodoh’ akan menghasilkan senyawa dengan sifat yang saling menguatkan. Ringkasnya sifat-sifat setelah bersatu akan melebur dan mereka makin mirip sifatnya. Coba saja cermati pasangan yang sudah lama menjalin rumah tangga, pastinya semakin banyak sifat kesamaan yang mereka akan miliki. Saat seseorang mencari pasangan pada dasarnya dia mencari dirinya sendiri dalam diri calon pasangan.
Oya, ada sebuah ungkapan bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Disitulah nampak seorang tanggung jawab besar seorang laki-laki. Ibaratkan kapal dia adalah nahkoda yang memimpin ekspedisi. Ketegasannya dalam menentukan arah dan tujuan serta keberaniaanya menempuhi ombak dan badai merupakan sisi keunggulan. Makanya jika kita bertanya pada kaum wanita pastilah mereka akan memilih nahkoda yang visioner dan suka tantangan. Saat ada seorang wanita bertanya aktifitas pada seorang pria, boleh jadi dia sedang ingin mengetahui seberapa visioner dan tangguhnya si pria tadi --membersamai pasangan visioner-- Wajarlah kemudian seorang cewek lebih suka cowok yang pemberani, petualang yang terkadang agak konyol (suka tantangan), suka ‘ngejek’ daripada anak mami atau anak kos-kosan yang sok pengertian.
Selain pemimpin, dia juga pemimpi. Itulah nama lain dari visioner yaitu pemimpi. Apa yang kira-kira dibutuhkan seorang pemimpi? Ya, mereka butuh seseorang yang mendukung mimpinya. Makanya kemudian, ada ungkapan yang mengatakan bahwa dibalik kesukesasan orang-orang besar ada peran dua atau salah satu diantara keduanya yang semuanya wanita. Ibunya dan/atau istrinya. Dengan demikian, walaupun wanita (dalam bahasa Jawa disebut ‘Wanito = wani ditoto’ atau berani ditata/dipimpin) bukan berarti ditindas, jadi subordinat. Peranan mereka sebagai motivator yang luar biasa. Sparing patner seorang nahkoda dalam mencapai pulau impian yang diharapkan, menempuhi ombak dan badai yang jadi tantangan.
Pulau impian seperti apa yang menjadi tujuan?
Kapal seperti apa yang akan anda buat?
Siapakah yang akan anda jadikan teman dalam mencapai pulau impian tersebut?

-->

0 komentar:

Post a Comment