-->
Sensitifitas Terhadap Makna dan Simbol
-->
by Filsuf Cinta
Engkau tidak akan pernah bisa memahami seperti apa itu Cinta sebelum Engkau mengalaminya sendiri. Cinta bukanlah dipahami dengan apa yang ada di kepala tetapi dengan apa yang ada di dalam dada karena Cinta tidak terletak di ranah kognisi tetapi pada ranah afeksi. Ya, afeksi. Janganlah heran jika Engkau menemui orang yang sedang dilanda Cinta memandang obyek yang dicinta itu penuh dengan keindahan. Jangan heran ketika Engkau menemui orang yang dilanda Cinta senantiasa bahagia untuk bertemu dengan yang dicinta. Cinta menjadikan yang sebenarnya ’tidak begitu’ menjadi ’sangat begitu’. Tidak begitu cantik menjadi tampak yang tercantik. Tidak begitu ganteng menjadi sangat ganteng.
Cinta menghendaki penyatuan subyek yang mengalami cinta dengan obyek cintanya. Hingga akan terasa begitu menyakitkan ketika terhalangi. Hanya orang yang pernah mengalami cintalah yang akan memahami betapa begitu lamanya menunggu, betapa bahagia ketika bertemu.
Cinta adalah ruh, ya ruh yang akan menggerakkan siapapun yang dilanda cinta untuk bergerak. Ruh yang akan mencari materi Cinta. Cinta menjadikan tidak sekedar ada tetapi mengada. Becoming berarti bergerak, bergerak berarti berubah. Bukanlah dia Cinta kalau tidak menjadikan ia berubah. Bukanlah Cinta kalau tidak menjadikan ia bergerak. Gerak, beraksi sehingga tidak aneh ketika seseorang yang sedang jatuh cinta rela berkorban demi yang ia cintai. Itulah bukti sebuah cinta. Kelembaman pun berlaku bagi orang yang jatuh Cinta. Ketika dia bergerak dengan Cintanya maka akan bergerak terus. Ketika sekali saja dia terluka dengan Cintanya maka begitu sulit untuk menggerakkan dia kembali.
Engkau perlu memahami, membedakan apakah itu cinta atau kah nafsu. Jangan sampai Cinta terhianati oleh nafsu yang mengatasnamakan Cinta. Cinta sejati adalah memberi, memahami, dan merasai. Cinta sejati bukanlah menuntut, meminta, dan meng-aku. Engkau ingat rumus Cinta antara dua anak manusia ? Bukanlah 1+1=2 tetapi 1+1=1. Kenapa demikian ? Cinta menuntut penyatuan dengan obyek yang dicintai. Bukanlah saling mengalahkan tetapi merasai, menghilangkan ke aku-an masing-masing. Itulah logika cinta ( 1 – ½ ) + ( 1 – ½ ) = 1. Hanya Allah labuhan Cinta hakiki, hanya Allah hakekat sebuah Cinta sejati, dan sejatinya Cinta.