“Kita tidak tahu
jalan kesuksesan kita, Allah SWT bukakan melalui siapa, darimana, dan kapan,
benar demikian? Karena itulah, sudah sepantasnya kita berbuat kebaikan kepada
siapapun, dimanapun, dan kapanpun”. Bisa jadi dari perbuatan baik kita
memberi uang receh Rp 500,00 pada pengemis yang datang meminta belas kasihan
saat makan siang itu. Sangat mungkin juga karena kebaikan yang begitu kecil,
meninggalkan kamar mandi dalam keadaan bersih, memungut sepotong sampah lalu
memasukkannya ke tempat sampah, senantiasa bermuka ramah dengan senyuman pada
semua orang, menyingkirkan duri di jalan atau hanya sekedar “say hello”
pada orang yang kita temui.
Tentunya kita ingat kisah seorang wanita
pelacur yang masuk surga disebabkan amalan sepelenya yaitu memberi minum seekor
anjing kehausan. Di tengah siang yang panas, diambilnya air dari sumur, dengan
sepatunya, diisi air dan disodorkan ke anjing yang kehausan. Siapa kira hal
sesederhana itu menghantarkannya ke surga. Sebagaimana kisah berikut ini.
Sebuah kisah yang sempat saya bagikan di mata kuliah Psikologi Kesehatan.
Seperti biasanya, 10 menit sebelum kuliah usai, saya berbagai inspirasi dengan
kisah-kisah penuh hikmah. Berharap setiap mahasiswa seanatiasa antusias ketika
mengikuti kuliah karena mereka mendapat sesuatu yang berbeda.
“Segelas Susu dan Kue Bolu”, begitulah kisah
itu saya berikan judul. Dimana kala itu hujan deras mengguyur jalan dan
pemukiman. Seorang pemuda tergopoh-gopoh, berlari, menyusuri jalan dengan tas
gendong yang dipegangnya untuk menutupi kepala. Ditengoknya kanan dan kiri
berharap ada rumah yang panggarnya terbuka guna berteduh. Hujan memang terlalu
deras kala itu. Alhamdulillah, sesampainya di tikungan jalan ke kanan, ada
sebuah rumah yang pagar pintunya terbuka. Kebetulan juga, nampak seorang ibu
setengah baya berkerudung tengah mengepel teras. Hujan disertai angin membuat
teras basah sepertinya.
“Assalamu’alaykum Bu”, sesegera pemuda
itu menyapa si ibu.
“Wa’alaykum salam, nak masuk sini”, si ibu tanggap
dan mempersilahkan si anak naik ke teras untuk berteduh. Sementara itu, si ibu
membereskan ember dan pel bergegas masuk ke dalam. Si pemuda, bersedekap
menahan dingin.
“Nak, ini ada handuk dan sarung juga
kaos, biar tidak dingin”, si ibu keluar membawa handuk pink, sarung
coklat kotak-kotak, dan kaos polos berwarna putih. Dipersilahkan si pemuda
untuk mengganti pakaiannya yang basah kuyup itu.
“Ndak apa-apa Bu. Begini aja. Paling
hujannya bentar lagi reda”, kilah si pemuda.
“Ndak apa-apa nak. Nanti kalau masuk
angin lho. Itu sebelah ada kamar mandi. Ganti dulu pakaiannya biar lebih
hangat”, si
ibu penuh kepemahaman pada si pemuda.
Apa boleh buat, nampaknya hujan juga masih
bersemangat mengguyur bumi yang dicintainya. Si pemuda mengambil handuk,
sarung, dan kaos lalu masuk berganti pakaian di kamar mandi. Setelah selesai,
dia keluar. Dilihatnya, sudah tersaji segelas susu dan kue bolu di atas meja.
“Nak, susunya diminum biar hilang
dinginya. Itu ada kue, dihabiskan saja”, si ibu dari dalam rumah.
“Repot-repot sekali Bu”, basa-basi si
pemuda.
“Tidak apa-apa. Sudah sepantasnya
manusia itu tolong menolong. Tuhan menjanjikan kemudahan urusan bagi mereka
yang memudahkan urusan orang lain. Bukankah begitu nak?” datang si ibu
mengambil tempat duduk.
Pembicaraan antara mereka berlanjut.
Masing-masing saling mengenalkan diri, latar belakang hingga bercerita tentang
berbagai hal. Seolah mereka sudah mengenal lama. Sampai tidak terasa hujan sudah reda. Si
pemuda mengucapkan terima kasih dan meminta ijin untuk pulang ke kosnya.
“Bu, terima kasih untuk semuanya.
Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan berlipat ganda”, pamit si pemuda.
“Sama-sama nak. Semoga lancar
kuliahnya jadi orang yang sukses”, ucap si ibu sambil mendoakan.
Sepuluh
tahun kemudian di sebuah rumah sakit tampak seoarang wanita muda, kira-kira
usia 25 tahun, berkerudung hijau sedang berbicara dengan seorang wanita
berpakaian putih.
“Mbak, ibu mbak mesti mendapatkan
perawatan terbaik. Kami menyarankan agar dia ditangani dokter spesialis dan
segera dilakukan operasi. Kami tidak bisa menjamin keadaannya akan lebih baik
jika tidak mendapatkan perawatan optimal”, demikian wanita berpakaian putih itu.
“Tapi suster, kami sudah tidak punya
lagi uang untuk membiayai operarasi. Tidakkah ada keringanan?” balas wanita.
“Maaf mbak, sebelum-sebelumnya, kami
sudah memberikan keringanan selama perawatan ibu mbak. Jadi andai ada
keringanan lagi, tidak banyak yang bisa kami berikan”, jawab si perawat
yang merasa kasihan tetapi juga mesti patuh pada peraturan.
Sementara mereka berdiskusi panjang lebar.
Datang seorang laki-laki berjalan menghampiri. Bersepatu hitam mengkliat,
celana panjang gelap yang rapi, dan baju lengan panjang berwarna hijau polos.
“Ada apa suster?” tanya laki-laki
itu.
“Ini pak, ada ibu-ibu yang kritis dan
perlu dioperasi tapi kami belum melakukan karena pihak keluarga mengeluhkan
tidak punya uang untuk biaya operasi”, jawab si perawat.
“Coba saya lihat riwayatnya”, pinta laki-laki
itu pada si perawat. Semacam data pasien.
Sesegera si perawat menyodorkan catatan
tentang pasien. Di situlah selain riwayat penyakit dan perawatan, ada datang
lengkap tentang alamat pasien. Nampak dahinya berkerenyit.
Sesegera dia bilang kepada si perawat, “Suster,
segera pindahkan pasien itu ke ruang operasi. Saya ingin ibu itu mendapatkan
perawatan terbaik”.
Si perawat heran. Dia hanya bisa menuruti
perintah laki-laki pemiliki rumah sakit itu. Walau dia bukan dokter, dia
dikenal orang yang penuh kasih sayang. Di rumah sakit itulah banyak orang
membutuhkan yang datang. Selain biayanya yang ringan, perawatannya juga
terbaik.
Malam itu pula operasi dijadwalkan. Sudah siap
dokter terbaik yang akan menangani. Empat jam operasi dilakukan. Alhamdulillah
tidak ada kendala. Walaupun tidak segera siuman, si ibu sudah sadar 12 jam
kemudian. Setelah 24 jam, si ibu bisa diajak komunikasi. Tiga hari kemudian,
dia sudah membaik.
“Bagaimana kondisinya sekarang Bu”, tanya seorang
laki-laki mendekati si ibu.
“Pak, kami sudah tidak mampu lagi
membiayai perawatan ini. Siapa yang nanti membiayai?”, ungkap si ibu
kebingungan diantara bahagianya selesai dioperasi.
“Ibu. Ibu tenang saja, ibu sudah
membayarnya dengan segelas air susu dan kue bolu 10 tahun yang lalu”, jawab si
laki-laki sambil tersenyum dan mencium tangan si ibu.
“Maksud bapak?” tanya si ibu
keheranan.
“Mungkin ibu sudah lupa dengan apa
yang ibu lakukan 10 tahun yang lalu. Tetapi saya akan terus mengingatnya sampai
kapanpun. Saya berjanji akan berbuat baik pada siapapun. Meringankan urusan
siapa saja karena dengan itulah Allah SWT meringankan urusan-urusan saya”, panjang si
laki-laki bertutur.
“Ingatkan ibu dengan seorang pemuda
yang waktu itu hujan lebat? Ibu mempersilahkannya berteduh, memberinya handuk,
sarung, dan kaos. Selain itu juga menyajikan segelas susu dan kue bolu. Di
rumah ibu, tikungan jalan itu, 10 tahun yang lalu”, lanjut si
laki-laki bercerita sambil pandangannya menerawang menembus jendela rumah sakit
yang terbuat dari kaca bening.
Tanpa terasa, si ibu itu menitihkan air mata,
dia tidak percaya apa yang ditemuinya. Si ibu menangis penuh haru.
“Siapakah laki-laki itu?”
Sebanyak 29 orang di FB mengelike dan cukup
banyak yang berkomentar. Berikut beberapa komentar di note FB tetang tulisan
ini;
Like this
brother; Suka banget mas...Makasih yo...; Luarbiasa; Super
sekali; Amazing..; Superb brader! Laik
dis yoo... :-); suka sama
ceritanya.....mari berbagi..... ^_*; Super Inspiratif,, Terimakasih sudah di tag
kak. Saya tunggu cerita selanjutnya :D...
"Sekilas Tentang Inspiring
Man"
Penulis buku inspiratif “MASTER from
minder”. Buku yang menginspirasi ribuan orang di Indonesia untuk
bangkit dari kegagalan dan optimis dari keadaan terbatas menjadi teratas dalam
kesuksesan.
Founder lembaga
pengembangan SDM “Quantum Motivation Center Indonesia” sekaligus
motivator yang telah membawakan hampir seribu sesi pengembangan diri baik
sekolah, universitas maupun perusahaan sejak tahun 2007. Beberapa diantara yang
telah diisi; STAIN Surakarta, IPB, Unnes, Unissula, Undip, UIN Jogjakarta,
Unnesa, UNS, UMS, Yarsis, dan juga banyak SMA/SMK di Jawa Tengah.
Seorang mentor, alumni Fakultas Psikologi
Undip, pendiri forum bulanan “Mind Freedom” dan “Mind
Happiness” untuk memberikan bantuan dalam penyelesaian hambatan-hambatan
psikologis dan peningkatan optimalisasi potensi diri.
Berpengalaman menjadi nara sumber acara
motivasi “Mutiara Pagi” di radio Tri Jaya 89,8 FM Semarang dan “Muda
Bertaqwa” di RRI Pro2 95,3 FM Semarang, Bintang Tamu “Remaja Inspiratif”
TVKU Semarang 2012. Kontak melalui FB Inspiring Man dan twitter @inspirasisegar untuk silaturahim dan permintaan ngisi training.