Tuesday, November 15, 2011

Indonesia: Union Empires (Persatuan Imperium-Imperium)

“Indonesia, apa yang kira-kira bisa anda banggakan darinya?”
Sejenak kita merenungkan jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan sederhana tetapi sepertinya cukup sulit untuk menjawabnya. “Iya, apa yang bisa dibanggakan dari Indonesia?” Saya yakin tetap ada sisi kebanggaan berupa keberhasilan yang juga dunia mengakuinya. Namun demikian, kalau dihitung-hitung banyak juga borok yang tidak mengenakkan untuk diceritakan. “Tersenyum”, itulah jawaban diplomatis dan cukup aman yang bisa diberikan. Membiarkan orang lain memaknainya sendiri. Andai tidak sesuai dengan kenyataan, toh mereka yang menginterpretasi senyum itu yang salah, bukan yang memberi senyum kan? Diplomatis.
China, Negara dengan penduduk terbesar dunia itu memiliki kebanggaan terhadap budaya yang dimiliki, begitu juga dengan Jepang. Red Cliff I dan Red Cliff II. Saya percaya banyak masyarakat Indonesia penggemar film kolosal yang mengetahuinya bahkan mungkin menontonnya lebih dari sekali. Saya tidak akan membahas isi film itu di sini, rasanya cukup banyak temen-teman penggemar film yang telah mengupasnya di web site pribadi mereka dan lebih tahu dari saya termasuk film-film kolosal China lainnya.
Yang jelas, jika kita cermati film-film kolosal China, seolah mereka ingin menampilkan betapa sudah sepantasnya mereka disebut besar sebagaimana sekarang. Setting dinasti yang pernah berkuasa yang kental akan pelajaran, filosofi, dan nilai-nilai yang bisa diambil, hidup dalam jiwa mereka sekaligus menjadi semangat yang menghantarkan mereka sampai sekarang. Pantas juga dalam sebuah kesempatan Rasulullah mengatakan, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”. Nasehat yang terkadang jadi gelitikan, saking tidak bersegera berangkat ke China, orang China yang datang ke Indonesia.
Pernah seorang teman berkunjunga ke temannya, keturunan China. Dilihat di rumahnya beragam boneka-boneka kecil dan ornamen-ornamen yang menggambarkan China. Hal yang menarik ketika dia menjelaskan bahwa ternyata itu adalah tokoh-tokoh besar dinasti yang pernah ada di China. Ornamen-ornamen yang menggambarkan karya-karya yang dibuat nenek moyang mereka. Mungkin itu pula yang menjadi penyemangat bagi mereka dan penguat kepercayaan diri bahwa dimanapun mereka berada maka sukses adalah miliki mereka. Bagaimana dengan isi kamar anak negeri ini? Apa yang menghiasainya?
Indonesia sendiri tidaklah kurang alasan untuk dibanggakan sebenarnya. Sejarah membuktikan bahwa di negeri ini banyak sekali imperium yang pernah ada. Mulai dari imperium pertama yaitu Kutai berlanjut Sriwijaya kemudian Majapahit hingga imperium Kesultanan Islam dari Samudra Pasai hingga Mataram. Entah apakah selama ini lebih diajarkan sebagai rangkaian kejadian, diminta menghafal tahun-tahunnya ataukah sudah sampai pada pembelajaran nilai, heroism, dan patriotism.
Sriwijaya (671M-1183M), imperium dengan armada maritim yang diakui kekuatannya. Sebuah kekaisaran di daerah Sumatera yang pernah berjaya di Nusantara ini. Luas kekuasaannya bahkan mencapai wilayah Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sriwijaya menjadi salah satu pusat perdagangan dunia ketika itu. Kira-kira pada abad 7 M, seorang tokoh China, I Tsing pun mendalami agama di Sriwijaya. Berdasarkan catatan perjalanannyalah kemudian sejarah Sriwijaya lebih lengkap diketahui. Jika sekarang ini pusat perdagangan adalah Singapura, dulu begitulah peran Sriwijaya.
Sejarah juga mencatat ketika pusat pemerintahan Sriwijaya beralih ke Jawa, Borobudur berhasil diselesaikan. Bangunan yang pernah ditetapkan sebagai salah satu 7 keajaiban dunia. Kalau boleh dibilang, itulah karya besar nenek moyang negeri ini yang disejajarkan dengan karya Kekaisaran di China yaitu Tembok Besar China juga Piramid di Mesir, Tajmahal di India, Ka’bah di Makkah, Menara Condong di Itali, Menara Eifl di Paris. Masih tidak percaya dirikah untuk mengatakan diri sebagai bagian dari Indonesia?
Berlanjut, biarlah Sriwijaya terkenang sesuai makna namanya dari Bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan”. Imperium yang kejayaannya terabadikan dalam sejarah, aura keberadaannya masih dirasakan. Kita berlanjut ke imperium Majapahit (1293 M – 1500 M) yang kekuasaannya jauh lebih besar lagi. Kejayaan Majapahit terjadi saat pemerintahan Hayam Wuruk dengan patihnya yang terkenal dengan Sumpah Palapanya yaitu Patih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit membentang dari Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina.
Di belahan dunia yang lain, seabad sebelum Gajah Mada lahir, sekitar tahun 1162-1167 M lahirlah seorang Temüjin yang bertekad menyatukan Mongolia. Dialah yang orang kenal dengan gelarnya yaitu Jenghis Khan. Pendiri kekaisaran Mongolia, pemilik wilayah kekuasaan terluas yang pernah ada. Serbuannya terhadap imeperium Islam justru melahirkan imperium-imperium Islam lainnya karena keturunannya malah memeluk Islam. India, Pakistan, Bangladesh, Afganistan adalah sebagian wilayah kekuasaanya. Tidak heran mereka yang memiliki nama dengan akhiran “Khan”, bisa dipastikan beragam Islam. Ingat film “My Name is Khan”?
Di Mongolia ada Temujin (Jenghis Khan) yang bersemangat menyatukan Mongolia, di nusantara ada Gajah Mada yang juga bertekad menyatukan Nusantara. Dia bertekat menyatukan imperium-imperium di jazirah Nusantara ini. Lain masa memang mereka berdua tetapi semangatnya nampak serupa walaupun keduanya tidak bisa disamakan pencapaiannya. Hal yang pasti adalah imperium yang pernah ada di nusantara ini tidak mau takhluk di bawah imperium Mongolia. Bahkan, tercatat dalam sejarah bahwa utusan Kubilai Khan (cucu Jengis Khan, penerus takhta Mongolia), Meng Chi yang datang ke Singhasari untuk minta upeti ditolak dan dipermalukan oleh Kertanegara, penguasa Singhasari saat itu. Ekspedisi perang yang dikirim ke Jawa untuk menakhlukkan kerajaan yang ada sekaligus membalas perlakuan Singhasari pun harus menelan pil pahit kekalahan.
Interaksi antar imperium di luar nusantara pun sudah terjalin dengan baik sejak zaman dahulu. Interaksi imperium Sriwijaya dengan Dinasti Umaiyah misalnya. Tercatat dua kali Raja Sriwijaya berinteraksi melalui surat dengan imperium Islam di Timur Tengah itu. Surat pertama dikirim kepada Muawiyah I sedangkan surat kedua ditujukan kepada Umar bin Abdul Aziz. Pada surat yang kedua tersebut, Raja Sriwijaya mengirimkan sejumlah hadiah dan meminta untuk mengutus seorang da’i ke Sriwijaya untuk mengajarkan Islam. Sepertinya raja Sriwijaya tertarik memeluk Islam.
Dua imperium besar yang saling berinteraksi. Keduanya sama-sama dikenal masyur karena membawa kemamuran bagi rakyatnya walaupun memang kebesaran Umar bin Abdul Aziz lebih banyak dikenal. Imperium yang masyur karena menumbangkan dua imperium tersebesar sekaligus yaitu Romawi dan Persia. Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai penguasa yang dalam masa pemerintahan singkat, hanya 2,5 tahun mampu memakmurkan rakyatnya. Penguasa imperium besar yang tetap sederhana penampilannya, dekat dengan rakyatnya, tiada harta yang diwariskan pada anak-anaknya. Kita tahu betul bahwa dalam masa pemerintahannya, di Afrika tidak ada rakyat yang miskin sampai-sampai tidak ada lagi rakyat yang mau menerima zakat (mustahik) karena mereka semua pembayar zakat (muzzaki). Sementara itu, imperium Sriwijaya juga merupakan imperium besar dengan kemakmuran dari perdagangan, cukai, dan pelabuhan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa nusantara ini, Indonesia boleh dibilang merupakan persatuan imperium yang telah ada. Imperium-imperium yang telah menorehkan sejarah dan berbagai peninggalan istimewa. Belum lagi ketika membahas imperium Islam yang hingga kini bisa didapati berbagai peninggalan kebudayaan, adat istiadat yang sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia. Berapa saja masjid yang ada di nusantara ini?
Pariman Siregar; Penulis Buku MASTER from minder, motivator, trainer, konsultan SDM, psikoterapis, pemilik impian Inspiring The World). Silahkan kontak untuk sharing dan pemintaan training pengembangan SDM. Email: parimansiregar@gmail.com Twitter: @inspirasisegar FB: Inspiring Man.

0 komentar:

Post a Comment