Monday, April 27, 2009

Penyembuhan Penyakit dengan Pikiran Konstruktif

by. Pariman, Psikologi Undip

Pikiran Konstruktif yang Menyembuhkan
:Saya pernah berdiskusi dengan seorang perawat di sebuah rumah sakit bersalin di Purbalingga. Rumah sakit bersalin tersebut termasuk ramai dan masyarakat juga puas akan pelayanan yang diberikan sehingga pengelola dan pemerintah berencana mengajukan proposal untuk menjadi RSUD. Pasien-pasien memilih berkunjung ke sana karena pelayanan yang diberikan, salah satunya adalah kesempatan untuk mengungkapkan segala keluhan.Dalam ruang periksa dokter, seorang perawat melakukan konseling terhadap pasien sembari pasien menunggu giliran diperiksa. Menurut penuturan perawat yang melakukan konseling tersebut, banyak pasien yang bercerita tentang permasalahan kehidupan yang dialaminya bahkan ada yang sampai menangis karena merasa beban hidup yang berat (permasalahan keluarga, finansial dll). Di saat itulah perawat memberikan motivasi, memberikan nasehat untuk tabah, dan membangun pikiran optimis bahwa permasalahannya bisa diselesaikan. Berdasarkan pengamatan perawat tadi, pasien-pasien yang mendapatkan konseling pada pertemuan berikutnya mengalami perkembangan kesehatan yang signifikan. Dia menyimpulkan bahwa penyebab gangguan kesehatan bukan semata-mata fisik tetapi juga pikiran (psikologis).Penelitian Tentang Peran Pikiran Kontruktif dan Optimisme bagi Kesehatan:Dari penelitian mengenai peran pikiran konstruktif dan optimisme terhadap gangguan psikologis dan perilaku selama kehamilan, didapatkan bahwa pikiran konstruktif merupakan prediktor terjadinya gangguan psikologi juga perilaku. Pikiran yang kontruktif memunculkan optimisme, keadaan pikiran yang senantiasa positif, tingkat kecemasan yang rendah., dan berperan penting selama kehamilan.Penelitian yang lain disebutkan bahwa stres dan mood negatif selama kehamilan meningkatkan kemungkinan gangguan mood pasca persalinan, kesulitan persalinan, dan gangguan perkembangan anak. Pengurangan tingkat stres dan mood negatif merupakan cara tepat untuk mencegah kemungkinan gangguan muncul. Intervensi secara intensif dalam menghadapi stres dan peningkatan mood saat kehamilan dan awal postpartum dilakukan terhadap 31 ibu hamil. Hasilnya, mereka yang secara intensif mendapat perlakuan menunjukkan penurunan kecemasan yang signifikan, dan penurunan pengaruh negatif dibanding mereka yang tidak mendapat perlakuan.Dengan demikian, penyembuhan tidak hanya secara medis tetapi juga secara psikologis. Terbukti, permasalahan kesehatan muncul tidak hanya karena faktor fisik tetapi juga pikiran.Manusia bukan diganggu oleh benda tetapi oleh interpretasi terhadap benda, demikian Ellis -- ahli terapi kognitif-perilaku -- menyebutkan. Pikiran negatif merupakan perantara munculnya gangguan kesehatan. Pikiran-pikiran negatif menjadikan interpretasi yang salah terhadap keadaan yang sebenarnya tidak membahayakan. Sedangkan, pikiran positif menjadikan proses berpikir yang runtut dan lengkap sehingga seseorang bisa mengambil keputusan secara rasional.Referensi:
Corey, G. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.Park, C.L., Moore, P.J., Turner, R.A., Adler, N.E. 1997. The Roles of Constructive Thinking and Optimism in Psychological and Behavioral Adjustment During Pregnancy. Journal of Personality and Social Psychology, American Psychological Association, Inc., Vol. 73, No. 3, 584-592.Vieten, C., Astin, J. 2008. Effects of Mindfulness-Based Intervention During Pregnancy on Prenatal Stress and Mood: Results of Pilot Study. Arch Womens Ment Health., No. 11, 67-74.

1 comment:

  1. aduh sobat..saya merasa senang tapi juga prihatin...
    soal konseling di rumah sakit yang dilakukan oleh perawat itu.

    senang - saya senang karena sudah banyak orang awam yang sadar akan pentingnya kondisi psikologis yang mempengaruhi kesehatan..dengan begitu orang juga akan berusaha mengenal apa itu psikologi, seperti apa menangani masalah-masalah yang melibatkan psikologis,dsb.

    prihatin - yang membuat saya prihatin adalah konseling yang tidak dilakukan oleh orang-orang yang tidak berkompetensi. kenapa saya prihatin, karena konseling yang melibatkan masalah psikologis harus dilakukan oleh orang yang benar-benar memiliki kompetensi seperti psikolog (hehe..). hal ini berhubungan dengan saran yang diberikan yang memungkinkan berpengaruh pada kehidupan jangka panjang klien. iya kalau sarannya tepat dan kalau enggak, kan kasian kliennya.

    jadi saranku mending Rumah sakit itu menyediakan psikolog dech.

    ReplyDelete