Saturday, September 5, 2015

Belajar Dari Anak-anak

“Orangtua belajar dari anak-anak, senior belajar pada yunior, guru belajar dari (mantan) muridnya sendiri”. Rasa-rasanya hal tersebut tidaklah perlu dianggap aneh. Wisdom tersebut sudah disadari betul sebagaimana dalam pepatah Jawa, “Kebo nyusu gudel”. Pada masanya, orang akan memahami bahwa kehidupan ini adalah pembelajaran dan setiap orang yang kita dipertemukan oleh Allah SWT adalah guru yang mengajarkan sesuatu.
Saya sendiri yang melabeli diri sebagai seorang motivator harus mengakui justru saya belajar banyak dari semangatnya anak-anak. Cobalah perhatikan anak-anak yang sedang belajar tengkurap, belajar merangkak, belajar duduk, belajar berdiri, belajar berjalan, belajar berlari, dan seterusnya. Setiap kali bangun tidur, anak-anak menampakkan keceriaan. Sekali atau dua kali pernah tentunya dalam proses belajar mereka jatuh tetapi mereka berlatih kembali seolah menunjukkan pantang untuk menyerah. Dari hari ke hari, anak-anak bertumbuh dan selalu kita bisa menemukan aksi pintarnya. Saya harus akui, saya berguru perihal motivasi dari anak-anak. Jika saya mengajarkan sesuatu, sekarang saya lebih senang dipanggil educator, hanya sekedar mengedukasi, memberi tahu, berbagi informasi, dan saya sendiri masih perlu banyak belajar.


Dari anak-anak kita belajar bahwa sebenarnya setiap orang lahir dibekali dengan jiwa-jiwa penuh semangat dan daya tahan atas kegagalan. Pada ujungnya, setiap kegagalan adalah langkah semakin memperpendek jarak menuju keberhasilan. Selama masih ada daya tahan untuk terus mencoba dan menjalani dengan keceriaan, semakin dekat menuju keberhasilan. Namun, tidak sedikit orang yang ‘lupa’ bahwa mereka pernah menjadi orang yang pantang menyerah, bersemangat, berkemauan kuat, dan menjalani segala hal penuh keceriaan.
Pertambahan usia bagi sebagian besar orang semakin menguatkan daya pikirnya, semua serba dipikir, dilogika, dinalar, padahal pemikiran seseorang ditentukan pengetahuan yang dimiliki. Ada banyak orang yang tidak bersemangat menjalani sesuatu karena merasa tidak mampu duluan. Perlu dicermati, bisa jadi keterbatasan pengetahuan permasalahannya. Permasalahan dan solusi itu beragam jenisnya. Ada permasalahan yang selesai dengan pengetahuan (semakin tahu), ada yang selesai dengan omongan, ada yang selesai dengan tindakan, ada pula yang selesai dengan berpasrah pada Allah SWT.  Seseorang butuh keceriaan dan pantang menyerah, sesuatu yang ada dalam dirinya tetapi mungkin sudah terlalu lama dilupakan.
Selamat belajar. ^_^

0 komentar:

Post a Comment