Monday, December 24, 2007

Psikoterapi untuk 'Penderita' Phobia Berdakwah

by Pariman, Psikologi Undip

Pernah melihat ayam?
Ingatkah akan ayam kampung?
Tahu bebek?
Kalau sudah pada ingat, kita mulai sekarang untuk membahasakan tentang DAKWAH terutama DAKWAH fardiyah. Pertanyaannya sekarang, ”Kenapa telur ayam kampung itu lebih mahal harganya dibanding telur bebek? Padahal telur bebek ukurannya lebih besar, gizinya lebih banyak dibandingkan telur ayam. Sudah menebak?” Jawabannya karena setelah bertelur, induk ayam langsung mengadakan konfrensi pers kalau dia sudah berhasil mengeluarkan telur. ”Petok, petok......” Kalau bebek tidak demikian, tidak ada 'konfrensi pers,' bahkan telurnya ditinggal begitu saja.

Ayam sudah melakukan yang kita sebut marketing. Marketing adalah ujung tombaknya suatu perusahaan atau pedagang. Bagaimanapun bagusnya suatu produk tetapi kalau tidak ada promosi, tidak mungkin orang yang tahu apalagi membeli. Begitulah kira-kira sedikit gambaran pentingnya marketing atau bahasa kita yang lebih luas dan dalam disebut Dakwah.

Banyak orang merasa tidak percaya diri untuk mengajak orang lain ke arah kebenaran atau mengajak orang lain menjauhi kesia-siaan. Bahkan ada yang beralasan, ”Saya tidak pinter ngomong di depan banyak orang.” Tidak mesti pinter orasi untuk menjadi da’i. Tidak mesti pinter presentasi di depan umum untuk menyampaikan kebaikan. Pernahkah merenungkan kalau kita diperintahkan untuk mengajak orang lain sesuai dengan bahasa dan kadar akalnya? Bagaimana kalau yang diajak adalah seorang yang bisu, lumpuh atau cacat fisik lainnya? Sehingga mereka tidak bisa diajak ngomong. Apakah harus dengan ngomong, pinter orasi untuk menyampaikan maksud kita kepadanya? Tidakkan.

Pengertian bahasa sendiri pada dasarnya merupakan ekspresi dari maksud yang ingin disampaikan seseorang kepada orang lain. Bayi yang baru lahir menyampaikan maksudnya (kegerahan, kehausan dll) dengan suara tangisnya. Dan seorang ibu memahami betul cara menjawabnya. Bukan dengan lisan karena bayi belum tahu, tetapi dengan bahasa kelembutan, perhatian, dan sentuhan. Artinya ada banyak cara untuk menyampaikan suatu maksud, ide, gagasan tidak hanya dengan lisan. So, tidak pas kalau alasannya karena tidak bisa ngomong. Kan masih bisa dengan bahasa lain (cara lain).

Mari kita petakan dan uraikan masalah yang sebenarnya. Pada dasarnya seseorang hanya memiliki dua hambatan dalam melakukan seseuatu.
a. Alasan pertama adalah alasan yang bersifat mental. Hambatan yang bersifat mental bisa diatasi disembuhkan dengan terapi mental juga.
b. Alasan kedua adalah alasan yang bersifat teknis. Hambatan teknis diselesaikan dengan teknis juga. Sekarang alasan tidak mengajak ke arah kebaikan, apakah alasan teknis atau alasan mental? Mari kita lihat bersama.

Alasan yang bersifat teknis misalnya seseorang ingin menjadi orator namun tidak bisa bicara di depan umum (belum terlatih). Cara mengatasi hambatan itu bisa dilakukan dengan rajin berlatih, membaca buku komunikasi atau training komunikasi efektif. Tabiat hambatan teknik adalah dia bisa diatasi dengan latihan dan usaha proaktif mengasah kekurangannya.

Alasan yang bersifat mental biasanya tidak bisa disampaikan secara lugas. Bisa saja orang menolak untuk berbicara di depan umum karena merasa grogi (tidak percaya diri). Mereka biasanya tidak mengatakan, ”Saya tidak PD” tetapi ”Saya tidak bisa ngomong di depan umum, tidak bisa.” Kalau perkaranya ’tidak bisa’ berarti teknis, bisa diatasi dengan teknis (latihan). Tetapi perkaranya akan lain kalau masalahnya ’tidak PD’, itu perkara mental atau psikologis dan harus segera mendapat ’psikoterapi’.

Masalahnya bukan karena keterbatasan fisik tetapi ’keterbatasan mental’. Tidak PD atau tepatnya kurang PD berangkat dari pikiran yang salah akan realitas yang dihadapinya. ”Jangan-jangan kalau salah bicara disorakin lagi.” Belum maju ke depan sudah yakin kalau akan celaka. Kita kan dilarang melakukan persangkaan negatif. Ingat ayatnya?! Ya, itu pokoknya.

Demikian pula cara mengatasinya, haruslah menyentuh langsung kepada bagaian yang ’sakit’. Mental, keyakinannya haruslah diubah dulu. Tidak akan berhasil dengan training, membaca buku, berlatih segala macam kalau keyakinan yang dimiliki tidaklah benar. Kalau sesorang mempunyai keyakinan yang benar akan sesuatu maka dia akan lebih PD. Penjual yang menawarkan produk yang berkualitas dan yakin akan produknya akan bisa menjual lebih banyak. Tetapi ada juga mereka yang menjual produk tidak begitu berkualitas karena bisa meyakinkan maka banyak juga yang melirik.

Berdakwah jelas produknya sangat bermutu. Bayangkan bonusnya, senilai dengan dunia seisinya, perumahan surga sudah menunggu. Pertanyaannya, "Sudahkah meyakini kalau yang kita pegang teguh ini adalah yang terbaik? Jangan-jangan belum." Perlu buka pendengaran, buka mata, dan buka hati lebih luas lagi, kalau itu masalahnya.

Bagaimana cara menyampaikan maksud (dakwah), banyak caranya Allah SWT tidak menentukan harus dengan tablig. Spanduk yang berisi himbauan kebaikan pun bisa saja menjadi salah satu sarananya. Allah SWT memberikan kata kunci yang harus kita pegang kuat agar sukses sesuai target yang kita tetapkan.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An Nahl: 125)

Percaya dirilah, yakinlah Allah senantiasa menyertai hamba-Nya.
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia[250] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar[251]. (QS Ali Imron: 171-174).

Yakinlah, perkataan terbaikmu
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushshilat: 33)
Selamat menebarkan kebaikan sebagaimana sebuah hadist yang mengatakan bahwa manusia yang terbaik adalah yang banyak bermanfaat bagi orang lain (kontribusi nyata). Selamat berdakwah. "DAKWAH, PD aja lagi!"

0 komentar:

Post a Comment