“Alih-alih meratapi tangan
kiri saya yang harus digendong, inilah saatnya saya menguatkan otot-otot tangan
kanan saya”, begitulah ucap saya dalam hati.
Tepat seminggu sebelum bulan Ramadhan, saya kecelakaan di Comal,
Pemalang. Tengah malam, saya berangkat dari Pemalang setelah selesai koordinasi
sebuah kegiatan. Dengan sepeda motor, saya pulang ke Pekalongan. Walaupun
sebenarnya, seorang teman sudah menawarkan untuk menginap, entah mengapa saat
itu saya tetap ‘kuekueh’ untuk pulang
ke rumah.
Saat di perjalanan, ada perasaan yang tidak enak, seolah-olah saya
sudah ‘diberitahu’ akan mengalami kecelakaan. Sesampainya di Kecamatan Comal,
di jalan rasa kira-kira 7 meter di depan, saya melihat balok kayu panjang
kira-kira 50 cm melintang di jalan. Sayangnya, saya tidak bisa menghindari
sehingga ban depan motor saya menabrak balok kayu tersebut, tubuh saya
terpelanting, berguling sedangkan motor saya jatuh dan terdorong sekitar 7
meter. Saya mengalami kecelakaan.
Bahu kiri saya cidera, lecet di lutut kiri, siku kiri dan kanan.
Motor yang saya naiki ban depan kempes,
pelek bengkok masuk ke dalam, dan body motor tergores aspal. Helm yang saya
pakai tergores aspal. Alhamdulillah saya selamat. Saya merasa, Allah SWT masih
menyayangi saya dengan menghindarkan dari maut. Dalam keadaan tersebut, saya
menepi di emperan bengkel sedangkan motor dan tas yang saya bawa diselamatkan
oleh dua penjual nasi goreng yang mangkal di dekat lokasi saya kecelakaan.
Syukur Alhamdulillah, Allah SWT hadirkan para penolong yang baik hati.
Dalam keadaan mencoba menyadari kondisi tubuh, pikiran saya
membawa saya pada dosa-dosa yang pernah saya perbuat. Lisan saya terus
beristighfar dan hati saya melantunkan doa. Ingatlah saya akan orang-orang
terdekat, istri dan anak serta orangtua (yang selama ini) kurang saya beri
perhatian. Seakan Allah SWT ingin mengingatkan saya agar memberikan waktu lebih
berkualitas pada keluarga. Seakan Allah SWT mengingatkan saya bahwa Ramadhan
sudah dekat tetapi seakan saya masih disibukkan dengan urusan lain. Dalam hati
saya berjanji akan lebih baik lagi; lebih sayang pada istri, mendidik anak
dengan baik, melakukan kebaikan lebih banyak, dan meminimalkan dosa.
Setidaknya, itulah komitmen dalam hati. Entah bagaimana rencana-rencana dan
targetan yang sudah saya susun sebelumnya; jadwal berbagi inspirasi, riset,
menulis buku, dan janjian denga sahabat-sahabat saya. Hanya kepasrahan penuh
persangkaan baik denga doa yang bisa saya lakukan.
Alhamdulillah keluarga dan teman-teman memberikan support penuh dalam pengobatan dan
pemulihan. Walaupun pada awalnya, ada rasa kecewa karena membatalkan kegiatan
mengisi di luar kota dan sejumlah agenda lainnya, berikut-berikutnya saya bisa menerima
semua dengan senang hati. Alih-alih saya fokus pada rasa sakit, meluangkan
waktu untuk hal positif adalah pilihan terbaik. Kebahagiaan yang tidak kalah
bermakna adalah saya bisa menjalani puasa dengan tuntas mengingat sebelumnya ada
kekhawatiran pengobatan akan mengharuskan saya tidak berpuasa. Kekhawatiran
itu, alhamdulillah tidak terbukti.
Kita tidak harus meratapi keadaan, senantiasa ada pilihan baik untuk
setiap aktifitas kita. Daripada saya mengeluhkan keadaan, saya manfaatkan waktu
untuk mengisi bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya terutama tilawah.
Jalan-jalan dengan sepeda motor yang sebelumnya bukan aktifitas yang berarti
menjadi sangat bermakna bagi saya. Sungguh bisa memboncengkan anak istri dan
mengajak mereka jalan-jalan itu sebuah kenikmatan. Entah apakah ada benarnya
ungkapan, “Adakalanya, seseorang
menyadari sesuatu itu sangat berarti baginya ketika sesuatu itu tida ada di
sisinya”. Kebersamaan dengan keluarga ternyata tidak hanya secara quantity time tetapi juga quality time. Itulah sebenarnya makna
kebersamaan. Saya juga manfaatkan untuk ‘menjajal’ jualan di bukalapak dan
jualan dengan media sosial. Alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan,
setidaknya 1000K uang yang saya pegang dari jualan.
Cukuplah jadi pengingat firman Allah SWT dalam QS Alam Nasyrah
ayat 5-6, “Karena
sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”. Allah SWT ulang dua
kali yang menunjukkan penegasan agar manusia memperoleh penguatan keyakinan
dalam hatinya ketika hatinya sedang dilanda kekhawatiran atas keadaan yang
dialami. Jagalah Allah SWT, niscaya Allah SWT akan menjaga kita. Semoga kita
menjadi manusia yang selalu dalam kebaikan. Aamiin.
Subhanallah...inspiring sekali. Teruslah menulis, Ustadz P Man untuk mewarnai peradaban...
ReplyDeleteTerima kasih mastah. Salam hormat dari seorang murid yang masih terus belajar.
Delete