Showing posts with label Rumah Tangga. Show all posts
Showing posts with label Rumah Tangga. Show all posts

Wednesday, December 3, 2014

Bahagia Menjadi Orangtua

“Putriku, biarkan kami belajar nak”, ucap saya saat putri kami yang baru berusia hitungan hari itu menangis.
“Kami orang tua baru yang perlu belajar banyak”, lanjut saya sambil membenahi popoknya yang basah karena kena pipis.
Menjadi orang tua adalah kesempatan yang luas untuk belajar banyak hal bagi kami dan bagi siapapun. Dalam setiap momen berinteraksi dengan anak, ada hal-hal yang sama sekali baru, alias tidak ditemukan di buku. Saat itulah, kami belajar untuk merasakan, mendengar, dan melihat dengan hati kami. Kasih sayang yang tulus merupakan respon yang bisa menjadikan kami selalu bisa tersenyum.
Kami terkadang mentertawakan diri kami sendiri atas reaksi kami karena sempat saling menyalahkan jika tidak segera merespon putri kami yang terlihat merengek. Padahal, kami sebenarnya sejenak merasakan kebingungan untuk memberikan respon yang tepat. Pada saat itulah, kami menyadari bahwa yang belajar sebenarnya bukan hanya kami tetapi putri kami juga. Kami belajar memberikan respon yang membuatnya merasa aman dan dia juga belajar untuk memberi tahu kami jika dia sedang membutuhkan rasa aman dari kami.
“Sayang, kamu aman, ayah ada di dekatmu”, ucap saya sembari menggenggam jari-jemari putri kami saat dia menangis.
Ayah dan bunda ada di sini, kami semua sayang sama kamu”, lanjut saya.

Saat terlihat dia merasa tidak nyaman dengan sebuah keadaan, kami menggenggam jari-jemarinya. Tampak putri kami merasa tenang dan nyaman. Kami hanya tahu bahwa masa-masa awal adalah masa pembentukan basic trust. Jika basic trust terbangun dengan baik, maka itu menjadi modalnya mengenal dunia yang lebih luas. Rasa aman yang menjadikannya percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Pantaslah jika menjadi orangtua merupakan peak experiences bagi sebagian orang. Ada banyak hal membahagiakan bagi mereka yang menjalaninya peran barunya sebagai anugerah dari Allah SWT. Setidaknya, itulah sebagian kecil pengalaman kami.

(Pariman & Rizka, Ayah-Bundanya Syira)

Saturday, August 9, 2014

Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan

Menjadi orangtua dari anak yang sholih/sholiha dan menyenangkan merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Allah SWT mempercayakan bayi yang lahir dengan fitrahnya dan segala potensinya pada para orangtua. Arah perkembangan fitrah apakah pada kebaikan atau pada kejahatan dipengaruhi oleh orangtua. Dalam ilmu biologi dikenal bahwa setiap bayi lahir dengan potensi genetik yang diturunkan dari kedua orangtuanya. Potensi genetik akan aktif dan aktual ditentukan oleh lingkungannya. Tentu kita juga mengenal istilah ada faktor genetis, bawaan, dan lingkungan. Faktor genetis terkait kombinasi kromosom dari orangtua, faktor lingkungan dipahami sebagai lingkungan dimana individu berinteraksi (keluarga, teman, sekolah, masyarakat), dan faktor bawaan mengarah pada keadaan selama dalam kandungan. Dengan memahami hal demikian, saat-saat anak masih dalam kandungan merupakan saat yang penting juga untuk diperhatikan.
Masyarakat kita dengan kearifan lokalnya memberikan perhatian penting masa kehamilan melalui “pranata sosial” yang turun temurun. Ada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada usia tertentu saat kehamilan. Ada pula pantangan-pantangan yang dipesankan bagi para ibu hamil untuk tidak boleh dilakukan. Istilah yang umum digunakan seperti “pamali, saru” dsb. Pamali jika seorang wanita membunuh binatang, ada juga pesan pada suami agar mengabulkan permintaan istrinya yang sedang hamil jika ngidamDalam tinjauan ilmiah, emosi seorang ibu turut berpengaruh terhadap janin yang di kandungnya. Ibu dan janin terhubung oleh plasenta, aliran darah dan hormone serta sari makanan tersalurkan pada janin dari ibu. Emosi baik positif maupun negatif akan mempengaruhi hormon yang diproduksi tubuh ibu dan selanjutnya tersalurkan juga pada janin. Dengan demikian, penting peranan suami memberikan support bagi istri. Maha Besar Allah SWT yang juga menambahkan kasih sayang dan cinta seorang suami pada istrinya saat istrinya hamil. Maha Besar Allah SWT yang menganugerahkan sesuatu yang tidak diberikan pada laki-laki, dua diantaranya adalah mengandung dan melahirkan.
Ada sebuah penelitian yang menarik tentang hal yang bisa dilakukan saat kehamilan. Penelitiannya melibatkan sejumlah ibu. Mereka diminta untuk memperdengarkan kisah dengan tape recorder pada janin selama sekian waktu. Saat sudah lahir para ibu diminta untuk memutarakan kembali kisah tersebut. Para bayi menunjukkan ketertarikan dan seolah-oleh mereka tidak asing dengan atas kisah yang diperdengarkan saat dalam kandungan dan tidak memberikan perhatian saat diputarkan kisah yang lain. Hal tersebut bisa dijelaskan bahwa fungsi pendengaran seseorang sudah aktif sejak dalam kandungan. Perkembangan otak berupa jaringan-jaringan neuron juga terjadi dengan adanya stimulasi yang diterima dari luar. Di dalam Al Qur’an, kita mendapati keterangan bahwa Allah SWT menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati. Allah SWT sebutkan pendengaran sebelum penglihatan yang menunjukkan adanya hikmah bahwa fungsi pendengaran telah aktif terlebih dahulu sebelum penglihatan. Hal tersebut sekaligus menjadi dasar argumentasi bahwa stimulasi sudah bisa diberikan sejak anak dalam kandungan.
Aktifitas-aktifitas dalam memberikan stimulasi bisa dilakukan secara bersama-sama ayah dan ibu. Seorang ayah membacakan cerita atau bertilawah sedangkan ibu menyimak sembari mengelus perutnya untuk berkomunikasi dengan anak yang ada dalam kandungan. Mengajak berkomunikasi dalam bentuk menyapa, mengajak bicara pada janin akan mendekatkan ikatan emosional pada ayah dan ibu. Dalam ilmu psikologi, ada istilah kelekatan yang menjadi hal penting dalam menentukan perkembangan anak (kecerdasan, rasa aman, prestasi, kemampuan sosial dst).
Semoga kita menjadi orangtua yang dikaruniai anugerah anak-anak yang sholih/sholihah, menjadi penyenang batin kita, dan menjadi orangtua yang bijaksana. Aamiin.

(Pariman Siregar) 

Tuesday, July 15, 2014

Mendidik Sejak Dini

Kesadaran akan pentingnya mendidik anak sejak dini sudah lama disadari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini bisa diketahui dari adanya pesan-pesan bijak yang tesirat dalam pepatah dan budaya masyarakat. Ada pepatah mengatakan, “Belajar saat usia muda bagaikan mengukir di atas batu sedangkan belajar di hari tua bagaikan mengukir di atas air”. Belajar semuda mungkin, ilmu yang didapatkan akan kuat lekat dalam ingatan. Kalau sudah terlalu tua usia, umumnya mengalami kesulitan dalam mengingat.
Pepatah tersebut berangkat dari kearifan masyarakat. Dalam kajian psikologi dan perkembangan, selanjutnya diketahui bahwa otak mengalami pertumbuhan pesat dalam membangun sambungan-sambungan neuron pada usia 6 tahun pertama. Pada saat tersebut, stimulasi yang diberikan akan mudah ditangkap dan diserap oleh otak. Itu artinya, waktu-waktu yang sangat penting bagi pembelajaran. Kita tentu pernah menyaksikan acara di TV berupa ajang menemukan bakat dan kontes kemampuan anak. Ada anak-anak yang sudah hafal Al Qur’an pada usia dini. Para orangtua dengan pengetahuannya akan potensi anak memanfaatkan “golden age” untuk mengajarkan anak-anak tentang menghafal Al Qur’an. Tentu kita juga pernah menyaksikan, ada anak-anak yang memiliki kemampuan dalam menyanyi maupun bermain musik. Kuncinya ada pada stimulasi yang diberikan kepada anak sejak dini. Sebagai orangtua, perlu kiranya untuk belajar banyak tentang perkembangan anak dan cara memberikan stimulasi sebaik mungkin.
Kajian yang dilakukan Anne Martina dan Rebecca  M.  Ryan dari Columbia  University bersama dengan Jeanne Brooks-Gunna dari Georgetown  University Amerika Serikat menunjukan bahwa dukungan yang diberikan ibu sejak dini berperan besar dalam pembentukan minat dan ketekunan anak. Minat dan ketekunan menjadi hal yang penting dalam menentukan kemampuan akademik anak. Perlu kiranya dipahami para orangtua untuk bisa membangun minat dan melatih ketekunan sejak dini. Usia 1-3 tahun sudah bisa dilakukan untuk membangun minat anak.
Dalam kearifan khasanah tradisi di Jawa misalnya, para orangtua sejak dini sudah mencoba untuk mengenali minat anak. Seorang anak laki-laki raja, saat sudah bisa merangkak, maka orangtua meletakkan senjata dan buku di depan anak tersebut. Apa yang dipilih anak diyakini akan menjadi minatnya. Jika senjata yang dipilih, itu artinya ketika besar akan menjadi seorang satria atau panglima perang. Jika buku yang dipilih, itu menandakan bakatnya adalah mendalami ilmu, jadi ulama atau cendikiawan. Cara sederhana yang pernah ada tersebut, kini sudah berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan. Ada tes minat dan bakat atau biasa dikenal umum sebagai tes psikologi.
Tes psikologi pada dasarnya merupakan sampel dari perilaku yang diyakini menggambarkan bagian keseluruhan dari diri seseorang baik potensi maupun kepribadiannya. Sejauhmana orangtua perlu untuk mengetahu bakat dan potensi anak dengan memberikan tes psikologi? Hal tersebut masih ada perbedaan pendapat. Kita tentu masih ingat ada yang setuju dan ada yang tidak setuju saat tes psikologi digunakan dalam seleksi masuk TK/SD? Masing-masing memiliki argumentasi dan dasar. Karena itulah, menjadi orangtua yang mengajari anak beragam hal dituntut juga untuk belajar meningkatkan ilmunya. Bukan hanya meminta anak untuk belajar tetapi belajar agar menjadi orangtua yang baik juga menjadi hal penting. Orangtua berperan dalam memberikan dukungan terbaik, membersamai anak, dan menjadikan momen bersama anak sebagai kebahagiaan.
Kajian yang saya lakukan terhadap para ayah pada tahun 2013 diketahui bahwa para ayah memiliki pengalaman puncak bersama dengan anak. Pengalaman tersebut merupakan pengalaman bermakna, membahagiakan, dan memberikan perubahan bagi seorang ayah. Momen-momen membahagiakan bagi para ayah sejak mendapati kabar bahwa istrinya hamil, membersamai istri saat kehamilan, membersamai istri saat persalinan, membersamai anak saat bermain, mengikuti perkembangan anak dari tahun ke tahun sampai pada menyaksikan momen membanggakan berupa anak yang meraih prestasi dan anak menikah. Hal ini menunjukkan bahwa parenting bukan hanya bermanfaat bagi anak tetapi bagi orangtua sendiri.

Semoga kita menjadi orangtua yang bijaksana dan membawa keberkahan bagi anak-anak. Aamiin.

(Pariman Siregar)