Pernahkah anda berada dalam keadaan merasa bahwa orang lain telah jauh melangkah dibandingkan anda? Mereka seolah sudah lebih sukses dibandingkan anda? Mungkin pula merasa bahwa orang lain lebih beruntung? Ujung-ujungnya, anda merasa seolah apa yang anda sudah lakukan belum apa-apa. Bahkan mungkin, penghargaan anda terhadap pencapaian anda menjadi buruk. Adanya perasaan kurang, kebahagiaan anda jadi minim, dan pandangan terhadap orang lain jadi lebih sinis. Jika diterus-teruskan bisa membuat anda frustasi, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan keadaan juga orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan.
Saya
pernah mengalami situasi seperti itu. Rasanya sungguh tidak nyaman. Orang lain
sudah bekerja dan kelihatan hasilnya sedang diri sendiri seolah belum beranjak
ke mana-mana. Pikir saya, orang lain sudah bisa menikmati banyak hal sedangkan
diri sendiri seolah masih berkutat dengan tugas yang belum juga
selesai-selesai. Terbayangkan rasanya lebih enak orang lain dibandingkan
keadaan diri sendiri.
Setiap orang bisa saja berada dalam situasi yang saya alami juga saya gambarkan tadi. Saya sendiri tiba pada pembelajaran apa yang disebut orang dengan istilah bahwa “urip kuwi sawang sinawang”. Kehidupan orang lain dipandang lebih sukses, lebih berhasil, lebih bahagia sedangkan diri sendiri seolah belum mencapai apa-apa. “Rumput tetangga lebih hijau dibandingkan rumput sendiri”, begitu ungkapan lain menyebutnya. Namun demikian, ternyata faktanya sungguh lain dibadingkan apa yang selama ini dirasakan.
Apa
yang ada pada orang lain dan saya anggap sebagai sesuatu yang membahagiakan,
ternyata tidak semua dirasakan oleh mereka sebagai kebahagiaan. Ada pula justru
yang saya pandang kebahagiaan pada orang lain tetapi dirasakan sebagai sebuah
permasalahan oleh orang lain tersebut. Herannya, mereka mengaku justru
merindukan kehidupan sebagaimana yang saya jalani. Tahulah saya bahwa hidup ini
memang benar adanya “sawang sinawang”.
Kehidupan yang sebenarnya bukanlah apa yang ada pada orang lain tetapi kehidupan
yang kita alami. Kebahagian yang sebenarnya tidaklah apa yang kita pandang
membahagiakan pada orang lain tetapi apa yang kita rasakan atas kehidupan kita sendiri.
Seberapa seseorang menghargai dan menilai segala yang terjadi dalam
kehidupannya sebagai kebahagiaan, sebanyak itulah kebahagiaan yang akan
dirasakan.
Hal kedua yang kemudian saya pahami dalam kehidupan ini adalah tentang proses. Sesungguhnya, setiap orang mengalami proses pertumbuhan dan pendewasaan. Masing-masing memiliki proses yang tidak sama. Kerena itulah, tidak semua pencapaian bisa dibandingkan dengan pencapaian yang telah orang lain capai.
Proses
yang orang lain lalui dan hasil yang telah orang lain raih merupakan
pembelajaran. Kita memiliki kisah hidup sendiri yang tidak sama dengan yang
orang lain punyai. Kita menginginkan menjadi yang terbaik sebagaimana orang
lain tetapi prosesnya adalah menjadi yang terbaik sebagai diri kita sendiri. Berapa
banyak orang yang tidak pernah merasakan kesyukuran karena tidak memahami bahwa
hidup yang dijalaninya sebagai proses mencapai yang terbaik sebagai diri
sendiri, bukan sebagai orang lain. Anda tidak dimintai pertanggungjawaban atas
kehidupan orang lain tetapi anda akan dimintai pertanggungjawaban atas diri
anda sendiri. Orang lain adalah contoh dan ladang amal bagi diri anda. Salam
bahagia.
Mahasiswa Magister
Profesi Psikolog Klinis, UGM
FB: Inspiring Man
PIN: 321358C0
0 komentar:
Post a Comment