“Orangtua belajar
dari anak-anak, senior belajar pada yunior, guru belajar dari (mantan) muridnya
sendiri”. Rasa-rasanya hal tersebut tidaklah perlu dianggap
aneh. Wisdom tersebut sudah disadari
betul sebagaimana dalam pepatah Jawa, “Kebo
nyusu gudel”. Pada masanya, orang akan memahami bahwa kehidupan ini adalah
pembelajaran dan setiap orang yang kita dipertemukan oleh Allah SWT adalah guru
yang mengajarkan sesuatu.
Saya sendiri yang melabeli diri sebagai seorang
motivator harus mengakui justru saya belajar banyak dari semangatnya anak-anak.
Cobalah perhatikan anak-anak yang sedang belajar tengkurap, belajar merangkak,
belajar duduk, belajar berdiri, belajar berjalan, belajar berlari, dan
seterusnya. Setiap kali bangun tidur, anak-anak menampakkan keceriaan. Sekali
atau dua kali pernah tentunya dalam proses belajar mereka jatuh tetapi mereka
berlatih kembali seolah menunjukkan pantang untuk menyerah. Dari hari ke hari,
anak-anak bertumbuh dan selalu kita bisa menemukan aksi pintarnya. Saya harus
akui, saya berguru perihal motivasi dari anak-anak. Jika saya mengajarkan
sesuatu, sekarang saya lebih senang dipanggil educator, hanya sekedar mengedukasi, memberi tahu, berbagi
informasi, dan saya sendiri masih perlu banyak belajar.
Dari anak-anak kita belajar bahwa sebenarnya setiap
orang lahir dibekali dengan jiwa-jiwa penuh semangat dan daya tahan atas
kegagalan. Pada ujungnya, setiap kegagalan adalah langkah semakin memperpendek
jarak menuju keberhasilan. Selama masih ada daya tahan untuk terus mencoba dan
menjalani dengan keceriaan, semakin dekat menuju keberhasilan. Namun, tidak
sedikit orang yang ‘lupa’ bahwa mereka pernah menjadi orang yang pantang
menyerah, bersemangat, berkemauan kuat, dan menjalani segala hal penuh
keceriaan.
Pertambahan usia bagi sebagian besar orang semakin
menguatkan daya pikirnya, semua serba dipikir, dilogika, dinalar, padahal pemikiran
seseorang ditentukan pengetahuan yang dimiliki. Ada banyak orang yang tidak
bersemangat menjalani sesuatu karena merasa tidak mampu duluan. Perlu
dicermati, bisa jadi keterbatasan pengetahuan permasalahannya. Permasalahan dan
solusi itu beragam jenisnya. Ada permasalahan yang selesai dengan pengetahuan
(semakin tahu), ada yang selesai dengan omongan, ada yang selesai dengan tindakan,
ada pula yang selesai dengan berpasrah pada Allah SWT. Seseorang butuh keceriaan dan pantang
menyerah, sesuatu yang ada dalam dirinya tetapi mungkin sudah terlalu lama
dilupakan.
Selamat belajar. ^_^
0 komentar:
Post a Comment