“Po, kurasa
ini saatnya aku mengatakan sesuatu yang seharusnya sejak dulu”, begitulah
Ayah Bangau berkata kepada Po, panda anaknya yang subur itu.
“Oke”, sahut Po.
Sudah lama sebenarnya dia bertanya-tanya. Bahkan dia, terkadang masih merasa
berada di tempat yang salah. Dia ragu bahwa Ayah Bangau adalah bapaknya. Bukan
karena bentuk tubuhnya yang berbeda tetapi karena bapaknya hanya seorang
penjual mie.
“Akan aku
katakan bahan rahasia supku”, lanjut Ayah Bangau.
“Oooo…”, pikir Po,
Ayah Bangau akan menceritakan asal-usulnya. Berharap Ayah Bangau berkata kalau
Po bukan anaknya. Ingin agar dikatakan bahwa ayahnya yang sejati adalah orang
hebat bukan penjual mie. Namun, ternyata Ayah Bangun ingin bercerita tentang
rahasia sup mie yang terkenal lezat juga laris manis itu.
“Bahan
rahasianya adalah tidak ada”, tegas Ayah Bangau. “TIDAK ADA BAHAN RAHASIA!”
sekali lagi Ayah Bangau mengatakan pada Po.
“Maksud
ayah, itu hanya mie biasa?” Po keheranan. “Ayah
tidak menambahkan spesial atau apapun?” ulangnya untuk memastikan.
“Tidak
perlu”, kata Ayah Bangau. “Untuk membuat sup spesial KAMU HANYA PERLU
BAHWA DIA SPESIAL”, tegas Ayah Bangau.
Perkataan terakhir dari Ayah Bangau itulah menghentak kesadaran Po. Dibukanya kitab hebat yang ada di tangannya. Tidak ada tulisan. Dia hanya mendapati banyangannya sendiri. Kitab yang dikatakan hebat tetapi justru tidak ada tulisannya. Isi kitab yang lama dia pikirkan sampai nyaris pesimis karena belum ketemu juga. Sadarlah dia bahwa kitab hebat itu ingin mengatakan, “Untuk menjadi hebat, seseorang perlu meyakini dulu bahwa dirinya hebat!” Karena tanpa keyakinan dalam diri, sehebat apapun senjata maka tiada akan berguna.
Dari film
Kungfu Panda I, saya belajar banyak hal. Perlu berulang kali melihatnya memang
sampai saya mendapatkan banyak pencerahan. Tidak sedikit orang seperti Po dalam
film Kungfu Panda. Merasa berada di tempat yang salah. Setidaknya mereka
berandai-andai menjalani kehidupan sebagaimana yang orang lain pandang lebih
makmur, pandai, beruntung dst. Pikiran dan perhatiannya mengarah ke luar dank
ke luar. Bukan menghayati dan mensyukuri apa yang sudah di dapatkan tetapi
malah terus meratapi yang belum di dapatkan. Tidak memberikan perhatian pada
apa-apa yang menjadi potensi dan kelebihan tetapi justru mebesar-besarkan kekurangan
dan kelemahan.
Menerima hidup ini sebagai sebuah anugerah tentunya akan lebih menjadi hidup bersemangat. Energi positif yang kemudian mendatangkan banyak keajaiban dalam kehidupan. Siapa yang menganggap hidup sebagai korban tentunya penyesalan dan hal-hal yang tidak menyenangkan yang justru dirasakan.
Berapa banyak orang sebagaimana Po pada
awalnya. Dimana dia sekonyong-konyong ditetapkan sebagai “Dragon Warrior” (ketua
panitia, ketua organisasi, dan berbagai amanah lainnya). Tokoh hebat yang dinanti-nanti.
Legenda turun temurun yang nantinya diprediksi akan muncul dan membawa
kemakmuran juga kedamaian. Sedangkan si Po sendiri tidak percaya itu semua. Ada
yang meragukan kemampuannya memang. Walaupun memang banyak juga yang mendukung
dan meyakinkan bahwa Po memiliki potensi dan pastinya dia bisa mewujudkan itu
semua.
Tidak percaya diri untuk awalnya memang sebuah kewajaran. Sebuah penyesuaian. Belajar dari Po. Ketika dia yakin dan telah memenangkan dirinya maka banyak kemudahan dan hal ajaib yang ditemukan. Itulah kunci untuk membuka gembok-gembok keterbatasan dalam diri. Hal sederhana tetapi menimbulkan dampak luar biasa.
Andakah yang akan menjadi Dragon Warrior
berikutnya? Andalah legenda hidup berikutnya! Hanya perlu yakin anda luar
biasa. MASTER from minder!
Silahkan kontak untuk sharing dan
mengundang jadi pembicara.
Follow di twitter @inspirasisegar dan FB Inspiring
Man
eum...bapak... hehe
ReplyDeleteDua kali nonton kungfu panda 1 baru bisa ngambil pelajaran dari kalimat singkat itu.. hehe
ReplyDeleteSonik : Seneng nonton juga ya.
ReplyDeleteIrfan Yusuf : Belajar darimana saja tentang inspirasi. :)