Saturday, December 14, 2013

#EbookSpesial: Hipnotis Cinta

“Buku ‘Hipnotis Cinta’ spesial saya tulis untuk seseorang yang Allah SWT masih rahasiakan. Dia yang kelak membersamai mengukir bahagia kehidupan ini dan nanti. Dia yang  suatu saat akan mengetahui bahwa buku ini adalah salah satu yang spesial untuknya”, (Pariman Siregar, Juni 2011) “Alhamdulillah, saya...

Friday, December 13, 2013

#SebuahRefleksi: Menjadi Manusia

Beberapa waktu lalu, tempat saya praktek (Yakkum, Yogyakarta) mengadakan Peringatan Hari Disabilitas Internasional. Kegiatannya berupa lomba mewarnai yang pesertanya adalah anak-anak yang mengalami disabilitas dan anak-anak dari sekolah sekitar yang diundang.  Ada hal yang menarik yang menjadi perhatian saya saat anak-anak mulai mewarnai. Saat itu, para orangtua yang mengantar diminta...

Saturday, November 30, 2013

#SebuahRefleksi: Bermental Pengemis?

“Pengemis”, sebutan yang tidak asing lagi untuk para peminta-minta. Dulu, orang mengemis karena benar-benar kelewat miskin. Saya ingat saat saya masih kecil, ada pengemis yang meminta-minta dari rumah ke rumah. Tujuannya mengemis sekedar untuk makan, tidak lebih dari itu. Pengemis itu juga malu ketika ada orang yang menyebutnya “pengemis”. Seolah dia sebenarnya tidak menginginkan untuk menjadi...

Thursday, October 24, 2013

Motivasi: Dari Cicak, Kita Belajar

Hanya Allah SWT yang memiliki kesempurnaan. Manusia itu tempatnya salah dan khilaf. Terkadang manusia terlalu terburu menyimpulkan hanya dengan inderanya yang terbatas dan pengamatan yang sekilas. Terkadang manusia terlalu tergesa hanya dengan pengalamannya yang belum tentu berkualitas. Hikmah itu bersembunyi di balik apa yang terlihat, terdengar, terindera, dan apa yang manusia alami. Karena itulah, Allah...

Wednesday, October 23, 2013

Pariman Siregar: Motivator


<![endif]-->


Dalam banyak kesempatan, seseorang lebih menganggap orang lain lebih bahagai dari dirinya. Sebagai kesempatan berharapdan berandai-andai dirinya menjadi orang lain. Padahal, jika benar-benar mencermati, hidup yang paling menyenangkan adalah menjalani hidupnya sendiri.

Seorang kakak merasa bahwa dirinya dibebani tanggung jawab yang lebih dari kedua orangtuanya. Dia diharuskan menjadi orang yang berhasil oleh orangtuanyaakarena nantinya diharapkan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Berbagai fasilitas diberikan termasuk juga kasih sayang.

Seorang adik memang bukan nomer satu. Orangtua berpesan agar dia menjadi anak yang baik sebagaimana kakaknya. Berbagai usaha sudah dilakukan tetapi tidak juga dipandang orangtua sebagai keberhasilan. Selalu saja kakaknya menjadi tolok ukur. Sering adanya dibanding-bandingkan. Bertindak ini dan itu seolah tidak dipandang benar oleh orangtua, serba salah adanya.

Serba ribet menjadi kakak, tidak bebas dalam menentukan keputusan. Setiap pilihan-pilihan mesti dipertimbangkan karena akand ijadikan landasan bagi adik-adiknya. Sederet tanggung jawab sudah menanti ketika sudah menjadi orang yang berhasil. Tanggung jawab terhadap orangtua,adik-adiknya, dan kebanggaan yang selama ini dielu-elukan oleh orangtuanya. Hidupnya seolah tidak memiliki banyak pilihan kebebasan.

Jadi adik itu serba menunggu, menanti, kakak yang lahir duluan, semuanya jadi seolah serba duluan. Orangtua seolah tidak mencintainya sebagaimana kakaknya. Lihat saja, foto yang terpasang di ruangtamu jauh lebih banyak kakaknya dibandingkan dirinya. Sebuah kenyataan. Fakta yang tidak bisa lagi dielakkan.

Itulah sekilas pengalaman ketika bertemu klien-klien ketika praktek kerja profesi psikologi. Pembelajaran kehidupan yang layak diambil siapapun sehingga bisa makin bijaksana dalam kehidupan. Kepemahamanakan psikologis anak-anak pertama, kedua, dst lalu menjadikannya sebagai pengetahuan untuk pengasuhan terbaik bagi anak. Bagaimana sebaiknya? Anda yang lebih tahu.

@inspirasisegar
Motivator dan Penulis Buku

Wednesday, August 28, 2013

Untukmu Separuh Agamaku

Menikah; Menua dan Mensurga “Aku ingin menggenapkan separuh agamaku”, begitu kata mereka yang akan menikah. Memang dalam Islam, menikah dikatakan sebagai penyempurna setengah agama seseorang. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba menikah maka sungguh orang itu telah menyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dalam setengah yang lainnya”. Lama saya mencari...