Menjadi orangtua dari anak yang
sholih/sholiha dan menyenangkan merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Allah
SWT mempercayakan bayi yang lahir dengan fitrahnya dan segala potensinya pada
para orangtua. Arah perkembangan fitrah apakah pada kebaikan atau pada kejahatan
dipengaruhi oleh orangtua. Dalam ilmu biologi dikenal bahwa setiap bayi lahir
dengan potensi genetik yang diturunkan dari kedua orangtuanya. Potensi genetik
akan aktif dan aktual ditentukan oleh lingkungannya. Tentu kita juga mengenal
istilah ada faktor genetis, bawaan, dan lingkungan. Faktor genetis terkait
kombinasi kromosom dari orangtua, faktor lingkungan dipahami sebagai lingkungan
dimana individu berinteraksi (keluarga, teman, sekolah, masyarakat), dan faktor
bawaan mengarah pada keadaan selama dalam kandungan. Dengan memahami hal
demikian, saat-saat anak masih dalam kandungan merupakan saat yang penting juga
untuk diperhatikan.
Masyarakat kita dengan kearifan
lokalnya memberikan perhatian penting masa kehamilan melalui “pranata sosial”
yang turun temurun. Ada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada usia tertentu saat
kehamilan. Ada pula pantangan-pantangan yang dipesankan bagi para ibu hamil
untuk tidak boleh dilakukan. Istilah yang umum digunakan seperti “pamali, saru” dsb. Pamali jika seorang wanita membunuh binatang, ada juga pesan pada
suami agar mengabulkan permintaan istrinya yang sedang hamil jika ngidam. Dalam tinjauan ilmiah, emosi
seorang ibu turut berpengaruh terhadap janin yang di kandungnya. Ibu dan janin
terhubung oleh plasenta, aliran darah dan hormone serta sari makanan
tersalurkan pada janin dari ibu. Emosi baik positif maupun negatif akan
mempengaruhi hormon yang diproduksi tubuh ibu dan selanjutnya tersalurkan juga
pada janin. Dengan demikian, penting peranan suami memberikan support bagi istri. Maha Besar Allah SWT
yang juga menambahkan kasih sayang dan cinta seorang suami pada istrinya saat
istrinya hamil. Maha Besar Allah SWT yang menganugerahkan sesuatu yang tidak diberikan
pada laki-laki, dua diantaranya adalah mengandung dan melahirkan.
Ada sebuah penelitian yang menarik
tentang hal yang bisa dilakukan saat kehamilan. Penelitiannya melibatkan
sejumlah ibu. Mereka diminta untuk memperdengarkan kisah dengan tape recorder pada janin selama sekian
waktu. Saat sudah lahir para ibu diminta untuk memutarakan kembali kisah
tersebut. Para bayi menunjukkan ketertarikan dan seolah-oleh mereka tidak asing
dengan atas kisah yang diperdengarkan saat dalam kandungan dan tidak memberikan
perhatian saat diputarkan kisah yang lain. Hal tersebut bisa dijelaskan bahwa
fungsi pendengaran seseorang sudah aktif sejak dalam kandungan. Perkembangan otak
berupa jaringan-jaringan neuron juga terjadi dengan adanya stimulasi yang
diterima dari luar. Di dalam Al Qur’an, kita mendapati keterangan bahwa Allah
SWT menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati. Allah SWT sebutkan
pendengaran sebelum penglihatan yang menunjukkan adanya hikmah bahwa fungsi
pendengaran telah aktif terlebih dahulu sebelum penglihatan. Hal tersebut
sekaligus menjadi dasar argumentasi bahwa stimulasi sudah bisa diberikan sejak
anak dalam kandungan.
Aktifitas-aktifitas dalam memberikan stimulasi
bisa dilakukan secara bersama-sama ayah dan ibu. Seorang ayah membacakan cerita
atau bertilawah sedangkan ibu menyimak sembari mengelus perutnya untuk
berkomunikasi dengan anak yang ada dalam kandungan. Mengajak berkomunikasi
dalam bentuk menyapa, mengajak bicara pada janin akan mendekatkan ikatan
emosional pada ayah dan ibu. Dalam ilmu psikologi, ada istilah kelekatan yang
menjadi hal penting dalam menentukan perkembangan anak (kecerdasan, rasa aman,
prestasi, kemampuan sosial dst).
Semoga kita menjadi orangtua yang
dikaruniai anugerah anak-anak yang sholih/sholihah, menjadi penyenang batin
kita, dan menjadi orangtua yang bijaksana. Aamiin.
(Pariman Siregar)